webnovel

AYO BAYAR INI

Apple menatap tajam pada dua security yang menghampirinya, melipat tangan di depan dada dan melayangkan sebuah tatapan yang penuh dengan ancaman, seolah mengatakan; kalau mereka berani menyentuhnya, maka dia tidak akan segan- segan untuk mematahkan tulang- tulang mereka tersebut.

Dan Apple tidak main- main dengan ancaman tersembunyi itu.

Mungkin karena mereka merasakan aura permusuhan yang sangat kuat datang dari Apple, maka ke dua security itu berdiam diri di tempat mereka dan tidak menghampirinya.

Lagipula, gadis muda tersebut tidak melakukan apapun dan dia tidak beranjak kemanapun, maka dari itu, mereka tidak merasa perlu untuk menahannya.

Di sisi lain, setelah Apple yakin kalau ke dua security tersebut tidak akan menyentuhnya, she shifted her tatapan tajam dan penuh permusuhannya tersebut pada Jayden, yang berdiri sedikit jauh dari kerusuhan ini.

Apa yang dilakukan pria itu?! Kenapa dia tidak datang untuk menyelesaikan masalah ini tapi justru bersikap seolah dia hanyalah seorang pengamat yang mengamati dari kejauhan. Damn! Dia bukan seorang penonton! Apple berada di sini dan mendapatkan masalah tidak penting ini adalah karena dia.

Tapi, sepertinya Jayden sama sekali tidak ada niat untuk membantu, dia lebih memilih untuk mencari hiburan dengan menonton saja.

Menyadari hal tersebut, Apple mendengus dengan kesal. Fine! Kalau memang itu yang Jayden inginkan, maka dia bisa melihat betapa gilanya Apple.

Kalau masalah yang ingin Jayden saksikan, maka Apple akan memberikannya masalah yang dia memang inginkan untuk lihat.

"Wanita ini melakukan tindak kekerasan terhadap temanku, kalian harus menangkapnya. Tidakkah kau lihat kalau dia menghancurkan barang- barang di sini?!" seru salah seorang pria dengan marah, sementara seorang pria lainnya membantu temannya untuk berdiri setelah mendapatkan serangan tidak terduga dari Apple.

Di sisi lain, sang karyawan wanita yang menyaksikan semua hal yang terjadi tersebut, menceritakan semuanya secara detail mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada sang manager.

Karyawan wanita itu berusaha untuk bersikap adil dan menjelaskan kalau memang Apple lah yang pertama kali melihat jaket tersebu dan menginginkannya, tapi salah satu dari pria itu justru mengambil jaket yang hendak dia berikan.

Hanya saja, pria yang tadi dilempar oleh Apple bicara dengan suara yang cukup lantang.

"Apa kau tidak tahu siapa keluargaku?!" serunya. "Kami sudah sering datang ke sini dan kau pasti sudah tahu kalau kami adalah tamu regular!"

Tentu saja sang manajer menyadari dengan siapa dirinya berurusan dan siapa keluarga dari ketiga pria dihadapannya, maka dari itu dia terlihat bimbang.

"Kau tidak mau berurusan dengan keluarga kami," ucap salah satu dari mereka dengan nada yang sombong.

"Nona, saya minta maaf," sang manajer memulai setelah dia membuat beberapa perhitungan. Dia melihat Apple tidak mengenakan pakaian bermerk ataupun berasal dari keluarga terpandang yang dirinya telah kenal, maka dari itu, tentulah akan lebih mudah untuk menangani gadis asing ini. "Tapi, saya rasa anda harus memberikan jaket tersebut kepada mereka, karena mereka adalah tamu regular di sini."

Apple membelalakkan matanya dengan tidak percaya. Logika macam apa itu?

"Kalau setiap tamu regular mendapatkan apa yang mereka inginkan walaupun itu berarti mereka mengambil apa yang telah menjadi milik orang lain, kalau begitu kenapa kau masih membuka toko ini untuk umum?!" seru Apple dengan kesal.

Dia lalu mengalihkan sorot mata kesalnya pada Jayden yang justru kini tengah menikmati slurpy- nya, entah siapa yang telah membelikan minuman tersebut untuknya.

Pria itu menatap balik pada Apple, tapi sorot matanya seolah mengatakan kalau ini lah kehidupan yang seharusnya Apple telah ketahui sejak lama.

Hal itu tentu membuat Apple bertambah kesal.

"Maaf, tapi anda pun belum membayar jaket tersebut." Lalu sang manajer tersebut menambahkan dengan hati- hati. "Apakah anda sanggup membayar harga jaket tersebut? Apakah anda sudah melihat harganya?"

"Aku tidak perlu tahu harga jaket ini untuk membelinya," jawab Apple dengan ketus, dia berusaha berjalan ke arah Jayden untuk melemparkan jaket tersebut ke wajahnya agar dia segera membayar dan mereka bisa pergi dengan cepat dari tempat ini.

Sekarang, Apple menginginkan jaket ini karena dia menyukainya, tapi karena dia tidak ingin jaket tersebut diberikan pada ke tiga pria bodoh di hadapannya.

Dan yang lebih mengesalkannya lagi adalah karena jaket ini hanya tinggal satu.

"Maaf Miss, tapi anda tidak bisa membawa jaket tersebut." Dia menghalangi jalan Apple. "Saya hanya bertanya, apakah anda memiliki dana yang cukup untuk membelinya?"

Apple memejamkan matanya untuk membuat dirinya sedikit memiliki kesabaran, tapi ketika dia membuka matanya ke tiga pria itu memperolok dirinya dan dia melihat Jayden yang dengan santainya meminum minumannya.

"Hey, you!" Apple mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah Jayden. "COME HERE!"

Tentu saja, cara Apple memanggil Jayden itu jauh terdengar seperti seorang majikan yang memanggil pembantunya, terdengar agresif dan penuh perintah.

Mendengar itu, beberapa bodyguard yang berada di sekitar Jayden terkesiap, terkejut dengan apa yang mereka lihat dan dengar. Mereka tidak akan pernah menyangka kalau mereka akan menyaksikan adegan dimana Jayden Tordoff dipanggil seperti seorang karyawan rendahan oleh seorang wanita untuk menghampirinya.

Bahkan Jayden pun tidak menyangka kalau reaksi yang diberikana Apple akan seperti itu. Dia tersedak minumannya dan terbatuk- batuk beberapa kali, sebelum dia dapat menguasai dirinya sendiri dan terlihat tidak terpengaruh seperti semula.

"Cepat kemari!" seru Apple dengan tidak sabar, melambai- lambaikan tangannya pada Jayden. "Kemari dan bayar ini."

Jayden mengerjapkan matanya beberapa kali. Sepertinya setelah ini mereka harus memiliki sebuah percakapan mengenai siapa yang boss di antara mereka berdua dan Apple tidak boleh memperlakukannya seperti ini terutama di depan banyak orang.

"Lama sekali! Jalan yang cepat!" seru Apple. Dia tampaknya tengah meluapkan kekesalannya pada orang- orang di sekitarnya pada Jayden.

Tapi, sebelum Jayden dapat menghampiri Apple dan membayarkan tagihan jaket tersebut, seseorang telah datang menghampiri Apple dan mengambil jaket tersebut sambil menarik pergelangan tangannya dan berkata.

"Let's pay this thing."

Apple terkejut, begitu pun dengan orang- orang di sekitar mereka, tapi kemudian ketika mereka menyadari siapa pria tersebut, sang manajer tidak berani menghalagi jalannya dan ketiga pria tersebut diam seribu bahasa.

"Misha? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Apple.