webnovel

[05] Lembar ~ Menikahlah

Qionglin tengah menyusuri jalanan di pinggiran desa dan sesekali mengayuhkan kakinya guna menendang kerikil yang menghadangnya, raut wajahnya begitu kusut, dan kerutan di keningnya semakin menambah nyata mengenai betapa rumitnya pemikiran yang tengah muncul di kepalanya.

Ia bergumam kepada dirinya sendiri, "apa yang sebaiknya harus ku lakukan? Aku tidak membenci kisah cinta sesama jenis tetapi bukankah aku gila jika beberapa hariku di dunia ini sudah harus menjalani pernikahan dengan sesama pria?"

Sekali lagi kakinya menendang kerikil yang lain, dan menggerutu, "tubuh ini benar-benar menyedihkan."

Seorang anak laki-laki bersimpangan dengannya, dan tatapan mata yang menggambarkan 'apakah orang ini gila?' di wajah anak itu membuat Qionglin segera tersadar bahwa ia tengah berbincang dengan dirinya sendiri di sepanjang jalan dan bahkan menggerutu tanpa ada orang lain yang bersamanya.

"Huft, tenanglah Qionglin," ia menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kemudian, "kau harus berpikir dengan jernih dan menimbang perkara ini masak-masak, atau kehidupan keduamu ini hanya akan menjadi hal yang sia-sia."

Yah, ia masih berbicara sendiri lagi.

Sebab itu, Qionglin mengalihkan perhatiannya pada nuansa di sekitarnya. Ada beberapa petak tanah yang seharusnya menjadi tempat bertani milik para warga, pun dengan pohon-pohon besar dengan daun rimbun yang siap menimbun tanah dan jalanan dengan daun-daun kering yang berguguran dan mulai membusuk.

Sedikit jauh dari sana, ada sungai selebar lima langkah kaki manusia dewasa, dengan beberapa anak kecil yang tidak memiliki rasa takut, melompat dari bebatuan besar dan menghasilkan semburan air yang membasahi tepian sungai.

Belum sempat Qionglin merasa iri dengan anak-anak yang dapat berenang dengan begitu riang, satu sosok yang memandang anak-anak itu sama sepertinya sembari duduk di tanah dan memeluk kedua kakinya di bawah pohon tidak jauh dari anak-anak itu, berhasil menarik atensinya seketika.

Bukankah itu seharusnya ... orang yang menjadi calon suaminya?

Qionglin tidak berpikir dua kali untuk berlari menuruni sepetak tanah yang biasa di gunakan sebagai pijakan oleh orang-orang, dan mendekati mereka.

Hanya ketika akhirnya dia sampai di tepian sungai dan tidak sempat menyesali tindakannya dengan nafas yang tersengal-sengal, pria yang sebelumnya duduk di bawah pohon melirik ke arahnya dan terperanjat, lantas berlari kepadanya dengan raut wajah bahagia tetapi masih ditambah teriakan yang memalukan.

"Istri! Apakah kau ingin bermain bersama?"

Ada apa dengan bermain bersama? Apakah dirinya terlihat seperti seseorang dengan masa kecil yang tidak bahagia sehingga masih memiliki keinginan untuk bermain di usia dewasa ini? Qionglin menyimpan gerutuan ini hanya untuk dirinya sendiri.

Dia mengatur nafasnya untuk sementara waktu sebelum kemudian berbicara dengan pria di hadapannya, "aku datang bukan untuk bermain, aku ingin berbicara denganmu tentang ... um, uhuk, pernikahan kita."

Dia merasa malu, tentu saja. Mengatakan perihal pernikahan di antara dua pria agak sedikit canggung baginya.

"Oh! Um ... Saudara Qionglin?"

Mendengarkan panggilan ini dia mengalihkan matanya pada seorang anak kecil yang berusia kisaran tujuh tahun, dengan tubuh basah kuyup yang nampaknya hasil dari berenang di sungai. Dia tidak tahu apakah niat dari anak ini, tetapi dia masih mengangguk menanggapi pihak lain.

Anak kecil itu berbalik ke arah teman-temannya, sebelum kemudian kembali kepada dirinya dan berbicara, "anu, itu ... benarkah saudara Qionglin akan menjadi istri dari Xiao Zhan?"

Xiao Zhan? Keheranan bangkit di benak Qionglin. Dia menuding langsung ke arah pria yang dapat dikatakan sebagai calon suaminya itu, dan bertanya-tanya.

"Kau menyebutnya Xiao Zhan?"

Anak kecil itu mengangguk dengan bingung.

Qionglin menghela nafas lagi, "Zhanqui adalah pria yang jauh lebih tua dari kalian, tidak pantas untuk menyebutnya dengan Xiao Zhan."

"Tetapi, Xiao Zhan masih anak-anak, dia juga suka bermain dengan kami, dan orang-orang tua juga mengatakan tidak apa untuk menyebutnya dengan Xiao Zhan." Anak kecil itu membantah.

Qionglin tidak tahu bagaimana menjelaskan pada mereka bahwa kata Xiao tidak digunakan dengan cara seperti itu, dia hanya bisa mencari jalan keluar yang setidaknya mudah dipahami oleh anak-anak ini.

"Kalian melihat Zhanqui sekarang, bukankah dia lebih besar dari kalian?" Tanya Qionglin berusaha untuk membujuk.

Seluruh anak kecil yang sebelumnya berenang juga telah bergabung dengan mereka, dan semuanya melihat ke arah Zhanqui yang seperti tidak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan dan hanya memasang wajah yang juga penuh keingintahuan.

Qionglin menambahkan lagi, "karena dia lebih besar dari kalian, maka kalian harus menyebutnya Kakak Zhan, bagaimana?"

Semua anak di sana mengangguk setuju sesaat kemudian setelah mengamati Zhanqui, kemudian mereka mulai bertanya-tanya dengan heran, "tetapi saudara Qionglin, Kakak Zhan juga lebih besar darimu, bukankah kau juga harus memanggilnya kakak?"

Qionglin tersenyum kecut. Apakah dia baru saja menggali lubang untuk dirinya sendiri? Bagaimana dia dapat menjelaskan bahwa besar yang ia katakan bukanlah dalam ukuran tubuh, tetapi dalam usia, anak-anak sekecil ini tidak akan mengerti. Dia merasa malu seketika.

Dia menutup bibirnya dengan tangan, "uhuk, itu ...."

"Tidak!" Pria yang sebelumnya hanya memandang interaksi di antara mereka dengan wajah bingung dan konyol, tiba-tiba saja melompat dan berteriak, yang membuat Qionglin tersentak dan menepuk dadanya dengan gugup.

Dia agak bingung juga, "mengapa kau berteriak begitu tiba-tiba? Sesuatu mengigit kakimu atau apa, membuatku terkejut sampai mati."

"Jangan aku, kakak, suami ... aku suami ... yah?"

Kedua tangan pria itu memeluk tangan kirinya, dan ia hampir saja mendorong pria itu sampai jatuh jika saja ia tidak tersesat oleh mata berbinar yang menatap langsung padanya dengan begitu bahagia. Kekonyolan macam apa ini? Membuatnya sulit untuk marah atau menolak.

Tetapi, menyebut pihak lain suami? Dia belum gila untuk menyetujuinya!

Dia bergerak untuk melepaskan tangannya, tetapi pihak lain memegang dengan begitu erat, dan ia tidak dapat memindahkannya sedikitpun. Qionglin hanya mampu menghela nafas dalam-dalam.

"Dengarkan aku, Xiao ... ekhem, kakak Zhan. Tidak bisa memanggil suami atau istri, mengerti."

Pria itu, Zhanqui menatapnya dengan mata berbinar itu lagi, dan bertanya, "eh, mengapa? Tetapi aku suka istri!"

Maaf, tapi aku tidak menyukaimu sama sekali. Batin Qionglin tentu saja.

Dia tersenyum dengan selembut mungkin, "karena kita belum menikah."

Pria itu menatap wajahnya dengan cermat, jika tidak mengingat bahwa pihak lain bodoh, mungkin Qionglin akan berpikir pria ini sedang mencoba untuk melihat apakah dia berbohong. Tetapi di sampingnya ini hanyalah anak-anak dengan tubuh pria dewasa.

Zhanqui kemudian berkata dengan percaya diri, "lalu, kita menikahlah."

"Uhuk! Uhuk!" Qionglin tersedak oleh ludahnya sendiri karena terlalu terkejut. Dia menghampiri pihak lain dengan tujuan untuk membubarkan pernikahan, tetapi mengapa ini justru sampai kepada titik dimana pria ini tampak seperti ingin segera menikah di tempat.

Sepertinya dia menggali lubang untuk dirinya sendiri sekali lagi.

Qionglin segera menggeleng dengan penolakan, "tidak bisa ... tidak bisa menikah!"

Anak-anak kecil yang terlupakan di antara mereka tiba-tiba mulai angkat suara, "eh, saudara Qionglin tidak mau menikah dengan Xiao ... uhuk, Kakak Zhan? Tidak akan menjadi istrinya?"

Anak-anak lain ikut menambahkan, "mengapa? Kakak Zhan orang yang hebat, dia mahir berenang, dapat menjelajahi hutan dan tidak tersesat, kakak Zhan juga bermain dengan baik. Kenapa saudara Qionglin tidak bisa menjadi istrinya?"

Anak-anak lain mulai mengeluh satu demi satu.

Di samping mereka adalah Qionglin dengan wajah pahit, mengamati anak-anak ini satu demi satu dan berteriak di dalam hatinya, apakah kalian seorang mak comblang?!

[To Be Continued]

Setelah berhenti sejenak, akhirnya bisa kembali meski hanya satu bab dulu ya. Aku harus membuat daftar kekonyolan dulu. Terimakasih kalian sudah mampir.

~ Ann

Hi_Annchicreators' thoughts