webnovel

Persiapan.

Pagi itu, terlihat seorang wanita tengah melakukan aktivitas di dapur. Wanita muda yang begitu antusias melakukan kesibukan memasaknya.

Ya, dia adalah Fujita Evelyn Vallkarie, putri tunggal dari Ivana Vallkarie dan Arata Vallkarie. Wanita yang akrab di panggil Evelyn itu merupakan putri dari seorang pengusaha ternama di Jepang dan Indonesia.

Wanita yang memiliki darah Jepang itu memiliki kulit yang putih, mata sipit, dagu yang runcing, hidung mancung dan tentunya sangat cantik. Evelyn, umurnya yang baru menginjak duapuluh tahun itu sudah memiliki tunangan dan akan melangsungkan pernikahan dalam jangka waktu yang tak lama lagi. Tak heran, kini ia harus belajar untuk menjadi istri yang baik bagi suaminya kelak. Belajar masak salah satunya. Ia memang sangat kurang mahir dalam memasak, maka dari itu berkat dari saran ibunya, dia berupaya untuk bisa menyiapkan diri sebaik mungkin. "Ah garamnya habis, mana udah jam segini lagi" gerutunya dalam hati.

"Lyn, apa yang kamu lakukan?" Teriak mamanya dari belakang.

Evelyn hanya tersenyum, "Itu mom, garamnya habis, aku lupa beli tadi hehe" sahutnya sambil membalikkan badan. "Haa dasar, kamu yakin bisa menjadi istri yang baik? Begini saja sudah repot" celetuk ibunya. "Oh iya mom, daddy mana? Aku mau izin keluar sore ini, ada reuni dari sekolah ku. Boleh ya?" Rengeknya sambil merangkulkan tangan ke ibunya. "Kamu sudah izin ke calon suami mu? Mommy mengizinkan, asal kamu jangan membuat Kai khawatir. Jangan pulang larut malam" Jawabnya tanpa menoleh ke putrinya. "Nanti Lyn izin ke Kai, nnti kalo gak ada acara tambahan lyn usahain buat pulang cepat ya mom, thank you" Seru evelyn sambil berlari kecil menuju kamarnya. Ibunya yang melihat perilaku kekanakan evelyn hanya menggelengkan kepalanya. "Dasar anak muda, sudah mau menikah masih saja memikirkan untuk main keluar" gerutunya dalam hati.

Sementara itu jam menunjukkan pukul 2 sore. Evelyn yang tengah sibuk menata rambutnya berkali-kali menatap layar ponselnya. Hatinya di landa gelisah, memang acara reuni ini sangat di nantikannya. Namun ada satu hal yamg membuatnya ragu, ada seseorang yang sangat tidak ingin di jumpainya. Seseorang yang sudah menorehkan luka dua tahun silam, yang membuat hidupnya terombang-ambing tanpa arah dan tujuan. Ia menatap layar ponselnya begitu lama, sampai akhirnya ada beberapa pesan muncul dari tunangannya.

"Datanglah, jarang-jarang ada reuni kan? Bagus juga untuk kamu memberitahukan tentang pernikahan kita sayang. Jaga dirimu baik-baik, maaf aku tidak bisa mengantarmu. Aku sudah transfer untuk bekal mu di jalan"

"Terimakasih kai, aku janji akan pulang dengan selamat" 

Ada senyuman mengembang di pipi ranum wanita itu, ia kembali ke aktivitasnya untuk berdandan dan bersiap berangkat menuju tempat perkumpulannya nanti. Ya, meski banyak yang mengganggu pikirannya, kali ini dia ingin menghabiskan masa mudanya sebelum harus menyandang ibu rumah tangga.

Setelah semuanya selesai ia beranjak dari kamarnya, kebetulan ada mommy and daddy sedang menikmati teh di ruang tamu. Evelyn berlari kecil sambil tersenyum ke arah orang tuanya itu.

"Evelyn" Tegur ayahnya. "Yes Dad?" Jawab evelyn sambil menatap ayahnya heran. "Kamu yakin datang ke acara reuni? Bukankah kamu sudah menghindarinya selama dua tahun ini?" Ucap sang ayah sambil melirik ke arah ibunya Evelyn. Evelyn terdiam, membuat kedua orang tuanya merasa sangat kgawatir dengan keadaannya sekarang. "Menurut Daddy kamu tid-" , "No Dad, aku baik-baik saja. Daddy tenang aja, dia ga datang ke acara ini kok" potong Evelyn sambil tersenyum ke arah orang tuanya. Arata termenung cukup lama, ia menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan. Ya, bagaimanapun juga anaknya kini telah dewasa.

"Ah, baiklah. Mobil mu sudah di siapkan di depan sama pak Juna" timpal ayahnya sambil meminum teh hangat. "Aku gak bawa mobil Dad, aku mau naik kereta biar cepet. Lagipula biar aku ada alasan buat pulang cepet hehe. Ya sudah, Lyn jalan dulu ya Mom Dad. See you" serunya sambil berlari kecil ke luar rumah.

"Pak, anter ke stasiun". "Loh Non Evelyn, kaget saya non" seru pak Juan. "Hehe iya maaf pak, yuk anterin Lyn. Takut keretanya ketinggalan" pinta Evelyn sambil memasuki mobil. Pak Juam hanya menurut sambil mengerutkan kening, ia pun langsung memasuki mobil di bagian kemudi. "Non gak jadi bawa mobil?" Tanyanha memastikan. "Nggak pak, Lyn males banget", "Baiklah Non". Mobil bergerak meninggalkan pelataran rumah yang sangat mewah itu. Menembus keramaian ibukota dan padatnya penduduk kota Metropolitan.

Tak berselang lama, Evelyn pun sampai di stasiun dan menunggu kereta jurusannya Tiba. Hari ini tidak begitu ramai, karena mungkin belum jam pulang kerja. Kereta jurusan Jakarta-Bandung pun tiba, Evelyn bersama penumpang lainnya pun bergegas masuk bergantian menuju gerbong. Mencari tempat duduk yang nyaman meskipun tidak berebut tempat duduk namun Evelyn mencari tempat yang cukup sepi.

Di perjalanan, Evelyn cukup banyak diam. Ia berfikiran terlalu banyak soal Reuninya kali ini. Meskipun ia mengatakan baik-baik saja pada orangtuanya, kini ia tak bisa berbohong bahwa hatinya juga merasa cemas.

Suara notif WA pun membuyarkan lamunanya, Reina sahabatnya yang sejak tadi pagi berisik mengacau jika Evelyn tidak datang ke acara kali ini. Telefon yang begitu mengganggu pun terpaksa Evelyn angkat dengan sedikit malas.

"LO DIMANA LYN?" teriak seseorang di seberang sana. "Gue di jalan, lo gausah teriak teriak bisa ga sih nyet, sakit telinga gue dengernya" sungut Evelyn kesal. "Hehe iya sorry, gue kira lo batal buat dateng hari ini, yaudah nanti kalo lo udah nyampe stasiun kabarin gue. Biar nanti Bima sama Leo jemput lo" Timpal sahabatnya itu. "Iya nanti gue kabarin, yaudah ya gue lagi sibuk nih. Gue tutup ya. Bye" Telepon pun diputuskan sepihak. Meski sahabatnya memang brutal namun Evelyn senang, dia memiliki sahabat yang menyayanginya.

Tak lama pun kereta yang di tumpangi Evelyn sampai di Stasiun Bandung. Tampak dua orang lelaki berbadan kekar dan tinggi serta memakai masker berpakaian serba hitam itu menghampiri Evelyn. Evelyn yang merasa diperhatikan itu merasa sedikit takut sambil memandangi dua orang tersebut secara bergantian.

"Permisi, mau kemana nona" tanya salah seorang lelaki itu, Evelyn hanya terdiam dan bersiap untum berteriak. Tapi sebelum hal itu terjadi, pria itu membuka maskernya dan segera menutup mulut Evelyn yang sudah menganga.

"Aww- Sakit Anj" teriak salah satu pria itu. "Mampus! Lo rasain enak ga tuh gigitan gue. Lagian lo berdua apa-apaan sih bikin gue parno aja sialan" Maki Evelyn saking kesalnya di jahilin ke dua sahabatnya itu.

"Makin galak aja lo gila. Mak lampir" Tukas Bima. "Gue disuruh jemput Lo cil, nanti kalo lo di culik om-om kita bedua yang ribet. Buruan jalan" timpal Bima lagi. "Berisik, gue bukan bocil ya" Evelyn mendengus kesal sambil berjalan mendahului Bima dan Leo.