webnovel

Kekuasan Antara Raja dan Ratu

"Yang Mulia Terlihat tidak senang" kata Permaisuri.

Tak ingin menjawab, Raja yang kesal langsung masuk ke istana tanpa sepatah kata apapun. Sementara rombongan Raja masih menunggu perintah bubar. Siane masih sedikit membungkuk memberi hormat.

"Kalian boleh pergi" perintah Permaisuri. Rombongan itu memberi hormat dan berangsur membubarkan diri.

"Tunggu, aku ingin semua barang selir baru itu menjadi milikku" kata permaisuri lagi. "Bawa semuanya ke istanaku!"

Semua petinggi saling menatap. Siane berhenti membungkuk. Ia tahu benar, betapa busuk orang ini. Tak memungkiri, ini adalah alasan mengapa Rendra ingin menyingkirikannya.

"Yang Mulia Siane, ini tidak baik" kata Ding. "Sebagian besar perhiasanan anda…"

Siane meminta Ding berhenti bicara. Seseorang datang mendekati selir baru ini. Ia membawa beberapa abdi dalem menghadap bersamanya.

"Kami akan mengambil semua barang anda sesuai perintah Yang Mulia Permaisuri." Kata orang itu.

"Hamba Dimas, ketua abdi dalem di istana ini. Mari, saya akan mengantarkan anda." Kata abdi dalem itu dalam bahasa inggris.

"Baiklah, ambil semuanya. Aku yakin, permaisuri akan sangat senang" katanya Siane.

Abdi dalem yang mendengarnya tak berani mengeluarkan ekspresi apapun. Ia hanyalah bawahan. Membantah Ratu maka akan membawa bencana. Mencari gara-gara dengan selir, juga bukan sebuah hal yang baik. Maka ia memilih diam.

"Tunggu, apa seorang pelayan tidak perlu berlutut di sini?" kata Siane dalam bahasa mereka. Abdi dalem itu terkejut mendengarnya.

"Yang Mulia Selir memahami bahasa kami?"

"Apa karena aku hanya seorang selir, lantas aku harus bodoh?" tanya Siane.

Dimas berlutut dan meminta ampun atas kelancangannya.

"Yang Mulia, maafkan saya. Kami tidak ada maksud untuk menyinggung Anda. Jika saya boleh tahu bisakan Yang Mulia memberitahukan nama Yang Mulia dan status Yang Mulia dari tempat asal Yang Mulia, agar kami para abdi dalem tidak salah menyebut nama Yang Mulia Selir"

Siane tak menyangka, reaksinya akan seperti itu. Berlutut sampai ke tanah.

"Sudahlah cukup! Berdiri! Aku hanya seorang selir di sini, bukan lagi putri mahkota. Aku hanya bercanda."

~Putri Mahkota?~ batin Dimas yang masih berlutut bersama anak buahnya.

~Apakah orang ini benar-benar hanya berniat menjadi Selir atau? Ia tampak pandai. Ia bisa berbahasa asing maupun bahasa kami. Apa benar, ia adalah hiasan saja? Berhati-hati dengannya adalah pilihan terbaik saat ini~ batin Dimas lagi.

Selama ini, seorang selir biasa hanyalah hiasan. Tak lebih dari itu. Mereka seperti orang bodoh yang menjadi Ratu kecantikan tanpa kekuasaan. Mereka ditakuti pelayan, namun bagaikan singa ompong, tidak memiliki kekuasaan membuat keputusan apapun. Seorang selir, biasanya adalah hadiah dari para Raja tetangga atau putri dari para pejabat yang ingin mengamankan kedudukan mereka. Tak heran, jika kebanyakan dari mereka hanya berparas cantik tapi berotak kosong.

"Masih melamun?"tanya Siane yang heram melihat Dimas tidak berani berdiri. "Bangun dan tolong tunjukkan, tempat tinggal kami"

Dimas pun langsung berdiri dan membawa mereka ke tempat tujuan.

"Silahkan Yang Mulia, ini adalah istana Anda" kata Dimas.

Ini tak terlihat mewah. Bahkan terkesan biasa saja. Satu-satunya kelebihan adalah luas.

"Artha Pura Kencana, kalian memiliki arsitektur yang unik?" sindir Siane.

"Ndoro, anda seorang Selir. Permaisuri meminta anda tinggal di sini. Hamba tahu, ini bukan tempat yang mewah. Tapi, jika Yang Mulia Selir tidak menentang Permaisuri, mungkin Yang Mulia akan memindahkan Anda ke Istana Kembang"

Mendengar hal itu, membuat Siane mengerti posisinya saat ini. Abdi dalem yang ada di hadapannya memcoba memperingatkannya.

"Jadi aku harus menjilat kaki Permaisuri agar aku bisa tinggal di istana bukan gudang seperti ini?"

Dimas diam tak berani menjawab. Terjawab sudah ketakutan dalam DimasNampaknya aka nada peperangan antara selir dari negeri anatah berantah ini dengan yang Mulia Permaisuri. Kira-kira, apa yang Selir baru ini akan lakukan? Akan sangat baik jika tidak berseberangan dengan pendapatnya atau pun mendukungnya. Karena mendukungnya, artinya menentang Ratu dari Artha Pura Kencana.

"Yang Mulia Selir, saya akan meminta para abdi dalem membersihkan tempat ini secepat mungkin. Hamba juga menugaskan empat orang abdi dalem untuk tinggal dan melayani Yang Mulia" kata Dimas. Setelah itu ia pun pergi.

Siane hanya bisa mematung melihat para abdi dalem datang dan membersihkan tempat itu setelah memberi hormat padanya. Tak ingin menganggu, ia pergi ke pelataran menuju sebuah kolam gersang.

"Aninda, bisakah kau menemukan ikan koi? Kolam ini tampak gersang."

~Ikan Koi? Apa aku tak salah dengar, bagimana aku bisa mendapatkan ikan koi dalam keadaaan seperti ini. Hanya para bangsawan kaya yang mampu mendatangkannya dari nergeri Sakura~ batin Aninda yang bicara pada dirinya sendiri.

"Ikan Koi adalah ikan keberuntungan"

Siane menoleh. Ia melihat Rendra.

"Apa hanya itu yang kau inginkan?" kata Rendra mendekat. "Aku akan meminta seseorang mencari apa yang kau minta. Tempat ini, sangat buruk. Aku akan meminta arsitek istana memperbaiki tempat ini. Malam ini, kau tidur denganku."

Siane mematung.

"Siapa yang bertanggung jawab atas istana?" tanya Siane. "Dimas? Atau Permaisuri?"

"Keduanya benar." kata Rendra. "Namun, Ken Darsa adalah arsitek kerajaan di bawah perintahku. Apa ada yang kau ingin lakukan? Jika ada, katakanlah. Aku akan mendukungmu. Asal kau bahagia dan tidak pergi dariku, apapun aku akan berikan untukmu."

Arya yang mendengar perkataan Raja menjadi sedikit takut. Apa ini berarti, Raja juga akan menentang Yang Mulia permaisuri batin Arya.

"Aku ingin semua orang yang tidak penting menjauh dari hadapanku."

"Oh, aku mengerti." Kata Rendra. Ia pun segera memanggil Arya, kaki tangannya.

"Buat peraturan baru dan sampaikan. Tidak ada yang boleh memasuki kawasan Selir Siane Yang tanpa izin dariku. apa kau mengerti?"

Arya memeberi hormat dan segera pergi untuk menyampaikan aturan baru itu kepada penangung jwab istana.

"Satu lagi" kata Siane saat melihat Arya sudah pergi.

"Katakan, apa lagi?"

"Aku ingin mengubah seluruh bangunan di istana ini. Kelak, apapaun yang terjadi tidak peduli dari kasta mana pun, tidak akan pernah ada orang yang bisa mengambilnya. Sekalipun ia Permaisuri"

Rendra tertawa, "Hanya itu saja? Aku kira kau ingin meminta seluruh istana ini."

"Aku lebih tertarik membangun istanaku sendiri, dari pada hanya mengambil barang milik orang lain"