webnovel

My Boyfriend 18 Years Old

Bagaimana rasanya kalau ada seorang pemuda tampan tak dikenal, bocah SMA berusia 18 tahun tiba-tiba menghampiri mu seorang wanita berusia 25 tahun, lalu pemuda itu berkata. "Jadilah pacarku. " Itulah yang dialami seorang wanita lajang bernama Lidza Damarise. "Aku menyesal membuat perjanjian itu, bisakah aku membatalkan nya?!" Lidza Damarise. "Kak kau sudah jadi milikku, tidak akan aku biarkan kau bersama dengan pria lain selain diriku!" Damian Bonaventura. Bagaimana kah kelanjutan kisah pasangan berbeda usia ini, apakah cinta keduanya bisa bersatu atau mereka memilih menjalankan kehidupan masing-masing?! Ikuti terus kisah ke dua pasangan berbeda usia yang penuh dengan lika liku dan misteri. bantu dukung ya para readers dengan saran, gift, dan komentar.

Lidz85 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
23 Chs

Sosok Moren Stev

8 Tahun Kemudian

Saat ini Lidza Damaries telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik juga berpendidikan, wanita dewasa berusia 25 tahun yang saat ini bekerja di sebuah perusahaan kosmetik besar bernama Lauders Company ia bekerja di bagian Pemasaran sebagai marketing promosi.

Saat ini Lidza masih berjuang keras untuk mengumpulkan pundi-pundi uang, tiap bulannya ia harus rutin mengirim uang ke ibunya untuk memenuhi kebutuhan mereka juga membiayai sekolah adiknya Vira yang telah duduk di bangku SMP. Dania ibunya sudah berhenti bekerja karena permintaan sang putri sulung nya itu.

Saat lulus sekolah Lidza memutuskan untuk segera keluar dari salon miss Jane dan mencoba mandiri tapi alasan utamanya ia ingin melarikan diri dari keluarga Bonaventura yang tersohor itu karena takut terjerat dengan perjanjian yang dibuatnya sendiri bersama putra keluarga itu.

Awalnya sangat sulit sekali mencari pekerjaan serabutan yang bisa menyesuaikan jadwal kuliahnya, untung miss Jane membantunya sehingga ia berhasil mendapatkan pekerjaan di kafe juga restoran milik teman kuliah miss Jane dulu.

Dengan berbekal tekad kuat dan perjuangan yang panjang, Lidza berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan lancar selama 8 semester dan meraih gelar SE (Sarjana Ekonomi) yang sangat membuat ibunya Dania bangga dan kagum terhadap putri tercintanya itu.

Tahun berganti tahun Lidza pun sudah mulai melupakan perihal perjanjiannya termasuk keluarga Bonaventura, sejak ia pergi meninggalkan salon tidak ada kabar sama sekali tentang keluarga itu seolah-olah mereka hilang ditelan bumi.

Media dalam negeri pun jarang memberitakan mereka karena sudah 8 tahun keluarga itu menetap di Amerika, hanya berita tentang perusahaannya saja yang saat ini dipegang tangan kanannya yaitu tuan Rayen masih suka terpampang di TV.

" Woi... woi ngelamun aja bu, lagi mikirin siapa sih sampe dipanggil-panggil kagak denger, ckckck, " ucap Naomi rekan kerja Lidza sesama bagian pemasaran.

" Eh, gak lagi mikirin siapa-siapa kok Na, " jawab Lidza.

" Lah kalau u gak lagi ngelamunin siapa-siapa kenapa sampai 3 kali dipanggil baru nyahut, udah kayak jaelangkung aja u harus dipanggil 3x dulu baru ngerespon, " ucap Naomi lagi.

Lidza pun hanya tertawa kecil menanggapi ucapan temannya itu.

Tak lama terdengar keriuhan di ruangan mereka, semua rekan kerja mereka maupun divisi lainnya terutama para karyawan wanita pada berlarian kecil ke luar ruangan.

" Eeh tunggu, ada apaan sih pada lari ke luar ruangan?" tanya Naomi sembari menarik salah satu rekan kerja wanitanya yang sedang berlari kecil untuk ikut keluar ruangan seperti yang lainnya.

" Masa gak tau sih, hari ini CEO sementara pengganti pak Dorf Lauders pemilik perusahaan ini sudah mulai bekerja namanya Moren Stev Lauders putra dari pak Dorf, denger-denger putranya ini ganteng pake banget juga ramah terhadap siapapun dan juga masih lajang. manager tadi menyuruh kita semua untuk keluar menyambutnya, ayo cepetan ikut nanti kita telat dan dimarahi bu manager, " ucap rekan yang mereka cegat itu.

Lidza maupun Naomi pun jadi penasaran dengan CEO baru mereka itu, akhirnya ke dua wanita itu pun turut berbaris untuk menyambutnya bersama dengan rekan lainnya.

Semua karyawan berbagai Divisi sudah berbaris rapi bersiap menyambut kedatangan CEO baru mereka, tak lama terdengar suara beberapa langkah kaki berjalan masuk terlihat 3 orang berjalan dengan gagahnya, 1 sosok yang berada di tengah memberikan senyuman ramah dan manis bagai gula membuat semua mata terpana memandangnya bahkan beberapa karyawan wanita ada yang hampir pingsan dibuatnya, itulah sang Moren Stev dengan 2 orang kepercayaannya yaitu asisten juga sekretaris nya yang berjalan di samping kanan kirinya.

Moren Stev pun menghampiri dan menyalami satu persatu karyawan nya dengan ramah, semua membalas menyalami sang CEO dengan antusias terutama para staf wanita.

Saat tiba giliran Moren Stev menyalami Lidza, wanita itu hanya diam menatapnya terpesona.

" Oh My God tampan sekali, " ucap Lidza dengan suara pelan namun masih bisa terdengar oleh Moren juga rekan disebelahnya.

Naomi pun segera menyenggol kan sikunya ke lengan Lidza supaya gadis itu segera tersadar dari pesona pria dihadapannya.

"Eh maaf tuan, " Lidza pun tersadar akan kesalahan nya, ia segera membalas menyalami CEO nya itu dengan gugup.

" Terimakasih untuk pujiannya barusan, kamu juga sangat cantik, " ucap Moren lalu tersenyum membuat pipi wanita itu berubah menjadi pink karena malu.

Moren pun kembali melanjutkan untuk menyalami karyawan lainnya.

Setelah selesai acara salam menyalami, Moren Stev pun masuk lift bersama asisten juga sekretaris nya untuk menuju kantornya yang berada paling atas, dan para staf pun kembali ke tempatnya masing-masing sembari terus membicarakan CEO Tampan mereka.

Ruang divisi pemasaran.

" Ish gila u Lidza, jujurnya u tuh kebangetan masa bisa-bisanya bilang CEO kita tampan didepannya langsung, aku sampai ketakutan tadi takutnya u dipecat saat itu juga karena berani ngomong sembarangan sama CEO baru kita itu, "

Lidza hanya terdiam lalu merutuki kebodohannya itu dalam hati.

" Ternyata benar yang digosipkan, CEO kita itu selain tampan,dan ramah ternyata ia juga bagaikan malaikat benar-benar sosok yang sempurna, sepertinya aku harus mandi tengah malam di tujuh sumur nih supaya bisa mendapatkan perhatian dari CEO kita itu" ucap Naomi dengan tatapan mendamba.

" Udah kelar ngehayalnya bu, ayo balik ke dunia nyata sekarang kerjaan kita lagi banyak nih, " ucap Lidza.

" Ish gak asyik u Lidza, mendingan aku menghayal di saat orangnya tidak ada, lah u tadi langsung didepan orangnya untung tuan Moren kagak manggil dukun buat nyembur muka u hehehe, " Ledek Naomi.

" Sialan u Na, udah ih ngeledek nya tadi aku udah malu banget tau jangan diingetin lagi napa, " wajah Lidza kembali memerah menahan malu.

" Malu karena kamu bilang tampan didepannya, atau karena CEO kita muji u balik dengan mengatakan kamu juga sangat cantik?, ih beruntung banget kamu Lidza pertama kali ketemu udah di puji tuan Moren, " ledek Naomi lagi.

"Yaa Naomi bisa berhenti gak ngeledek nya, mau aku kasih cabe rawit setan itu mulutnya, " ucap Lidza dengan nada kesal.

" O ya boleh tuh, besok bawain cabenya sekilo ya makan tanpa cabe itu rasanya kurang nendang soalnya, " ucap Naomi ngasal yang memang pecinta pedas level max.

" Au ah gelap, capek ngomong sama orang stres kayak kamu Na suka gak nyambung, " Lidza pun segera bangkit dari duduknya.

" Eh mau kemana Lidza?, aku belum selesai ngomong nih, " tanya Naomi.

" Mau minum panadol!, sono ngomong aja sama tembok dijamin bakal jadi pendengar setia, u kagak bakalan ditinggal pergi, " ucap Lidza sembari menjulurkan lidahnya, lalu segera melangkah keluar ruangan.

" Jaaah mau cari ribut nih anak, pilih mau masuk RS apa kuburan woiii, " teriak Naomi.

Bersambung...