webnovel

Safira, Kanaya Dan Andrian

"Lo, kenal dia ?" tanya si cewek terkejut. Sementara si lelaki juga tak kalah sama kaget melihat Safira.

"Tentu saja, dia ... pacar gue waktu di New York! benarkan Andrian ?" jawab Safira menatap lelaki itu.

"Lo, hanya mengaku-ngaku aja ya kan ?" tanya si cewek yang mulai kesal.

"Bagaimana kabar lo Andrian! lo bilang dan berjanji mau datang menjemput gue! tapi sudah hampir setahun lebih lo, menghilang tanpa jejak dan kabar! dan lo tahu, Rio merindukan lo !" Safira tak perduli dengan cewek yang sekarang bersama Andrian, yang di lihatnya adalah cowok itu. Yang beberapa waktu lalu menjadi mimpi indahnya, sampai dia rela melakukan itu.

"An, gue ... takut hamil ... " ucap Safira, pelan setelah selesai bergulat dan menyerahkan dirinya di apartemen bagus milik lelaki yang di cintainya itu. Seorang lelaki gagah dan tampan sambil memeluk dan mencium pipinya yang sama telanjang seperti dirinya.

"Jangan khawatir, sayang! gue berjanji akan bertanggung jawab !" ucapnya, sambil mencium bibirnya.

"Benarkah ?" tanya Safira, seperti terhipnotis dengan rayuan lelaki itu. Dia memang sudah sekuat tenaga mempertahankan semua itu dari lelaki lain, sayang kini dia kalah.

"Tentu saja, sayang! kita akan melakukan janji kelingking !" jawab lelaki itu, di barat janji kelingking adalah sakral konon katanya. Safira menatap ragu, tapi akhirnya keduanya pun melakukan itu, sambil, mengucap janji. Dan setelah itu keduanya berciuman kembali dan bercinta untuk kedua kalinya.

"Rio Dewanto, kalau kita punya seorang putra !" ucap Andrian. Safira tersenyum.

"Kalau cewek ?" tanyanya, sambil memeluk tubuh lelaki itu.

"Apa ya? terserah kamu sayang !" jawab Andrian, keduanya tertawa.

"Gue ... sayang lo, Safira !" bisik Andrian, sambil memeluk dan kemudian menindih tubuhnya. Safira menatap wajah lelaki yang sudah dua bulan ini menjadi kekasihhya, setelah pertemuan tak terduga mereka di sebuah klub malam di New York. Waktu itu ada lelaki bule mabuk merayunya, tentu saja Safira berusaha mengelak, tapi tubuh dan tingginya tidak sebanding. Untunglah ada Andrian yang menolongnya dan itu awal dari semuanya.

"Aku juga mencintaimu !" ucapnya dan percaya sepenuhnya kepada lelaki di hadapannya, sambil menyentuh pipi yang terlihar kasar. Tak lama Andrian pun mencium bibirnya, mereka berpagutan dan nafas keduanya mulai memburu. Kembali keduanya bercinta.

Sampai suatu hari, Safira merasakan perutnya mual. Pengen muntah tapi tidak. Dan dia merasakan aneh dengan perutnya, Safira tersadar. Dia kemudian pergi ke apotek membeli tespack untuk mengetahui sesuatu dan ... ternyata centang dua biru ! tubuhnya terasa lemas sekali. Ketakutan yang selama ini, terjadi sudah. Tapi dia menghela nafas, dan merasa tenang karena Andrian akan bertanggung jawab.

Tak lama ponselnya berbunyi, itu dari Andrian ! katanya ingin bertemu, Safira pun senang karena akan mengabarkan sesuatu kejutan untuknya. Mereka bertemu di suatu tempat.

"Maaf, Safira! bokap meminta gue untuk pulang ke Indonesia !" ucap Andrian, Safira tertegun, memang sih! Andrian baru lulus kuliah dan wisuda satu bulan yang lalu. Dan katanya Andrian ingin bekerja di sini saja, di banding balik ke Jakarta atau Indonesia.

"Oh ..." hanya itu ucapan dari mulut Safira.

"Iya, tadinya sih gue pengen kerja di sini! tapi bokap menginginkan gue untuk memimpin perusahaannya !" jelasnya, Safira hanya terdiam.

"Oh iya, kamu mau ngomong apa sih? katanya ada kejutan ya ?" tanya Andrian tiba-tiba, Safira menatap Andrian, ada keraguan dalam hatinya. Apa di beritahu atau tidak. Tapi dia sudah memutuskannya.

"Gue ... hamil !" ucapnya, Andrian tertegun dan terkejut.

"Sejak kapan ?" tanyanya.

"Sudah, telat dua minggu !" jawab Safira.

"Kamu yakin? jangan percaya tespeck! itu bisa saja bohong !" ujar Andrian, Safira tertegun dan terdiam mendengar apa yang di katakannya, rasanya pengen menangis.

"Ini beneran, aku sudah ke rumah sakit! kamu tahu kan disini bebas !" jawab Safira, tubuh Andrian lemas.

"Lo, sudah berjanji sama gue !" ujar Safira kepada Andrian, dan air matanya tumpah tak tertahankan. Andrian tertegun dan mendekat kemudian memeluk Safira.

"Gue tahu! gue berjanji akan jemput lo dan membawanya ke Jakarta !" jawab Andrian kemudian, Safira merenggangkan pelukan dan mengusap air matanya.

"Benarkah ?" tanyanya. Andrian mengangguk sambil tersenyum.

"Tentu saja, ada anak gue di perut lo !" Safira tersenyum lega, tak lama mereka berciuman.

Andrian pergi sebulan kemudian, dan mengantarnya ke bandara. Perutnya sudah mulai membesar tapi tertutup jacket tebal, karena udara dingin di bulan November itu. Sampai saat ini Anggia mamanya belum mengetahui keadaan dirinya yang hamil. Anggia sudah terbiasa meninggalkan putrinya untuk bepergian ke berbagai negara, terutama Eropa. Dengan jangka waktu yang cukup lama, kabar pun hanya melalui telpon. Anggia percaya sepenuhnya kepada Safira untuk menjaga dirinya sendiri. Toh selama ini baik-baik saja.

Sempat kepikiran di antara keduanya, untuk melakukan aborsì atau menggugurkan kandungan, tapi tiba-tiba Safira berubah pikiran dan ingin tetap mempertahankannya karena yakin kepada lelaki itu, yanb kini di tatapnya berjalan menjauh masuk ke pesawat, tanpa sadar air matanya meleleh dan kemudian menangis di dalam mobil, di atasnya terdengar deru pesawat yang melayang pergi. Satu bulan kemudian Anggia pun tahu, dia terkejut luar biasa, tapi tidak bisa memarahi Safira putri satu-satunya itu, akhirnya menerima, dan tentu saja bertanya siapa lelaki yang melakukannya.

Anggia mengetahui siapa Andria kemudian, dia tertegun. Dia menatap Safira yang sedang berjuang untuk melahirkan putranya dengan penuh perjuangan, tangannya memegang erat kepadanya. Mengingatkan dirinya waktu lalu, tapi dengan rasa bahagia, tidak dengan Safira, sebulan sebelum melahirkan kabar lelaki itu seperti menghilang, telpon dan alamat pun tak pernah di balas atau di angkat. Tapi Safira tidak putus asa, dia masih percaya, Anggia sudah menasehatinya tapi tak di gubris.

----------------------

"Dengar ya, lo belum tahu siapa gue hah? gue tunangannya dia sekarang !" seru perempuan itu marah.

"Gue engga perduli! yang gue bicarakan, meminta pertanggung jawaban dari dia tentang anak gue! lo sebagai cewek ngerti engga sih !" Safira pun mulai marah, sambil menunjuk ke arah Andrian yang masih terdiam. Perasaan campur aduk yang sudah lama di pendam akhirnya keluar.

"Mitha, ayo kita pergi !" tiba-tiba Andrian menarik perempuan itu, karena mulai menyadari orang-orang di sekitarnya mulai memperhatikannya,

"Lepasin, lo sekarang jelasin ke gue! apa benar yang dia katakannya !" ucap gadis itu sambil menatap tajam dan menepis tangan lelaki itu.

"Iya .. tapi, kita pergi !" ajaknya tak perduli, dan menarik tangan perempuan itu pergi meninggalkan Safira yang terdiam, sambil mengepalkan tangannya.

"Lepasin, lo brengsek Andrian !" teriak perempuan itu terdengar menjauh.

"Safira ..." ada sebuah tangan menyentuh pundaknya.

"Kanaya ..." Safira membalik dan memeluk sahabatnya, lalu menangis. Kanaya mengerti, dari tadi hanya terdiam tak ikut turut campur masalah Safira.

"Sudah !" ucapnya, sambil mengusap punggungnya.

"Sorry !" ucap Safira, setelah dirinya tenang.

"Tidak apa-apa, gue ngerti kok perasaan lo !" jawab Kanaya, tersenyum.

"Gue, seharusnya tidak begitu! tapi karena susah sekali mencari dia, pas ketemu ... ya udah, gue keluarkan semua yang ada di pikiran! dan gue tak menyangka dia berbohong dan sekarang malah mau menikah! dasar memang cowok brengsek !" ucap Safira mulai marah. Kanaya hanya terdiam.

"Benar, gue ... tahu tentang dia sebenarnya !" ujar Kanaya, Safira tertegun.

"Tapi gue, sebagai sahabat punya kapasitas terbatas! pertama, bila gue memberitahu kepada lo, pasti terkejut dan sakit hati! dan itu terbukti, kedua walau tahu ... itu karena bokap gue, kenal keluarga Andrian dan itu semata-mata hanya karena bisnis! lo lihat kan, tadi dia engga kenal gue? padahal beberapa kali ketemu di pesta! gue ingin berbicara kepadanya sebagai teman lo, tapi dia mungkin tak menerima gue !" jelas Kanaya, merasa bersalah karena sudah sejak awal tahu, Andrian sudah bertunangan. Bahkan datang ke acaranya sebulan lalu.

"Tidak, apa-apa Kanaya! dan bersyukur gue bertemu dia disini! gue memang sakit hati kepadanya! dia telah ingkar janji, dan bodoh serta polosnya gue percaya dia 100 persen !" jawab Safira tersenyum miris, dengan nasibnya.

"Lalu, lo mau ngapain sekarang ?" tanya Kanaya penasaran, sambil menatap sahabatnya itu, Safira terdiam dan kemudian tersenyum.

"Tentu saja, gue akan merebutnya !" jawan Safira, Kanaya tertegun.

"Rio, anaknya dan itu ada di surat perjanjian kami berdua !" ujar Safira, menatap sahabatnya.

"Yap, kurasa Rio berhak untuk itu! Andrian harus bertanggung jawab atas perbuatannya ke elo !" jawab Kanaya walau ragu, tapi tetap mendukung Safira. Safira mengangguk dan meminum minuman cukup banyak.

"Ya udah, ayo kita berdangsa! musiknya bagus tuh !" ajak gadis itu, Safira pun mengangguk dan bergabung dengan yang lain. Berdangsa dan menari melupakan sejenak apa yang terjadi.

-------------

"Sialan !" maki seorang lelaki di dalam sebuah mobil mewahnya, sambil memukul setir yang tak bersalah.

"Kok, bisa sih dia ada di sinj !" ujarnya sambiil mengusap wajahnya. Dia tak menyangkan akan bertemu dengan Safira disini, dia berpikir masih New York. Andrian hanya bermain-main dengan temannya atau di sebut taruhan untuk menggaet seorang cewek, ketika berada di sebuah klub malam.

"Hei, Andrian lo bisa engga menggaet cewek itu ?" tunjuk temannya sambil menunjuk Safira yang sedang di goda oleh cowok bule.

"Males ah !" jawabnya cuek.

"Cantik loh, emang sih agak kurus dan kurang seksi !" ujar tertawa.

"Gue, akan bayar lo 10 juta! kalau lo bisa membuat dia jatuh cinta sama lo !" tawar seorang temannya.

"10 juta ? itu mah kecil bro !" jawabnya sambil tertawa.

"Jadi berapa dong ?" tanya temannya penasaran.

"50 juta !" jawab Andrian cuek, dia tak berminat untuk melakukan itu. Dia sedang malas, sejak putus dari pacarnya yang rese abis, yang ternyata cewek matre.

"Oke, asal lo sama dia sampai berhubungan seks !" jawab temannya setuju, Andrian tertegun.

"Kenapa, lo kan playboy buaya And ... ha ... ha ...! cewek seperti dia mah gampang !" ujar yang lain ikut manas-manasin pertaruhan itu.

"Oke, gue setuju !" jawabnya kemudian dan dengan mudahnya dia menggaet Safira, yang ternyata masih remaja dan polos.

Dan Andrian pun menunjukan bukti bahwa dirinya sudah tidur dengan Safira, teman-temannya memuji Andrian sebagai playboy kelas berat. Dia pun memenangkan pertaruhan.

"Hallo pa? ada apa ?" tanya Andrian suatu hari.

"Kamu kan sudah lulus, sebaiknya kamu pulang ke Indonesia !" pinta papanya, yap dia memutuskan kuliah di Amerika setelah lulus dari SMU. Disini kehidupannya sangat bebas, kuliah iya tetapi party dan foya-foya sering di lakukannya. Dan kebetulan dia bertemu teman-teman sesama Indonesia yang kehidupannya di sana seperti itu, dan mereka pun bukan orang biasa.

Segala kebutuhannya sudah terpenuhi, punya apartemen bagus. Tabungan yang selalu terisi penuh, untuk biaya kuliah di sana. Apa lagi coba, yang kurang. Dan sepertinya kedua orang tuanya juga tak perduli, seperti apa mereka di sana. Bagi mereka hanya cukup kuliah di luar negeri dengan title yang mentereng walau itu tak penting banget, karena toh mereka bisa langsung bekerja di perusahaan keluarga, tanpa bersusah payah mencari pekerjaan.

Dan itulah yang terjadi dengan Andrian, ayahnya bernama Daniel Atmaja. Betul, dia adalah mantan Amira yang dulu sempat di jodohkan oleh Ardhi Wijaya. Sayang berakhir memalukan, karena Amira menolaknya di hadapan publik dan memilih kawin lari dengan asistennya sendiri.

Daniel butuh 5 tahun untuk melupakan kejadian itu, dia kabur ke Amerika setelah itu, dan baru kemudian kembali. Tak lama dia pun di jodohkan kembali dengan istrinya yang sekarang, dia tipikal istri setia tak banyak berbicara. Andrian anak bungsunya dari tiga putra dan putrinya. Kedua lainnya sudah menikah. Rupanya ada dendam pribadi terhadap keluarga Wijaya terutama Amira. Dulu ketika papanya masih ada perusahaannya pernah bekerja sama dengan perusahaan milik Amira. Tetapi, setelah di ambil alih sepenuhnya oleh Daniel, dia memutuskan untuk berpisah dan tidak lagi berhubungan dengan perusahaan mantannya yang dulu.

Kini perusahaan itu tetap berkembang, walau dengan cara yang berbeda. Perusahaan itu selalu bermain sembunyi dan kotor. Perusahaannya ada yang bergerak dalam bisnis ilegal, tetapi di sembunyikan milik orang lain, padahal itu masih kepunyaan Daniel yang tergabung dalam perusahasn Bumi Persada. Yang utamanya memang bisnis pertambangan, melebar hingga minyak kelapa sawit dan lainnya.

Daniel sendiri, sebenarnya tahu apa yang terjadi dengan Andrian. Karena merasa anaknya itu mirip dengannya waktu dia dulu. Playboy, suka foya-foya dan lainnya. Untungnya belum terkena kasus hukum. Walau selalu pulang dalam keadaan mabuk sejak sekolah dulu. Sementara mamanya sudah menyerah dengan tingkah putranya itu.

"Sudah lah, tak usah di pikirkan !" ujar Daniel, ketika istrinya memberitahu tingkah putranya itu, dia sendiri begitu sibuk. Kadang jarang di rumah, selalu tugas keluar kota atau luar negeri.

"Namanya juga anak muda !" katanya lagi.

"Terserah deh, kalau terjadi apa-apa! papa yang tanggung jawab !" ujar istrinya, yang bernama Sarah yang sekarang sedikit berubah sifatnya setelah ikut arisan ibu-ibu sosialita. Dia semakin glamour dan suka barang mewah. Tak ada yang tahu, sifat Daniel pun sama tak berubah. Ke playboyannya masih ada, tanpa di ketahui istrinya, dia sering ke klub malam dan melakukan cinta satu malam dengan perempuan mana pun, yang mau dengannya.

"Oke, pa! Andrian akan pulang !" jawab Andrian, setelah itu dia menelpon Safira. Sebenarnya teman-temannya sudah memperingatkan agar cepat putus. Tapi entah kenapa, Andrian baru pertama kali ini merasakan sesuatu yang berbeda. Ketika bersama Safira di banding pacar atau cewek yang di dekatinya, dan akhirnya kebablasan ... Safira pun hamil !

Bersambung ....