Samanta mendapat kabar dari guru sekolah. Dia langsung menghubungi suaminya yang sedang bekerja di gallery. Samanta sangat takut jika putranya sampai kenapa-kenapa.
"Kamu tenang, sayang. Sekarang juga aku jemput kamu. Kita akan berangkat ke puncak." Larry keluar dari ruangannya dan menemui Sherin yang sedang melukis.
"Ada apa, Larry? kamu terlihat sangat panik." Sherin meletakkan kuasnya di atas pallet. Larry tidak bisa menyembunyikan kecemasan di wajahnya.
"Aku harus izin, She. Aku dan Manta harus ke puncak. Asma Keizaro kambuh dan sekarang dia dirawat di sebuah puskesmas."
"Ya Tuhan!" Sherin pun terkesiap. Dia sudah menganggap Keizaro seperti keponakan sendiri. "Kalian berangkat saja. Kamu nggak usah memikirkan pekerjaan di sini."
Larry langsung menjemput Samanta. Istrinya sudah menunggu di depan Lynch Company sambil berulang kali melihat penunjuk waktu yang menghiasi pergelangan tangannya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com