"Tidur yuuuk.." Ajaknya, dengan kedipan dimatanya. Tentu hal itu dihadiahi pukulan kecil dari Zara.
Mereka tertawa bersama, saling melemparkan tatapan hangat dan menyalurkan kasih sayang lewat tangan satu sama lain yang terjalin dengan indah.
Zara menunggu lama untuk menunggu saat saat seperti ini. Dimana ia merasa dicintai, dan terbaring damai dengan seseorang yang memiliki banyak cinta dan perhatian. Itu pikirannya, entah untuk pikiran Zia.
"Zia.." Panggilnya. "Zia.." Sekali lagi, masih belum ada tanggapan sama sekali. "Apa kau sudah tidur?" Tanyanya.
"Belum.." Balasnya.
Gadis itu membenarkan posisinya untuk menatap manik mata hitam seperti miliknya. "Tentang Mama tadi.." Ucapnya tergantung.
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan." Jawabnya, seolah-olah memahami apa yang sedang Zara risaukan beberapa saat yang lalu.
"Tapi..."
"Kalau kamu mau fokus terlebih dahulu pada studimu, tak apa. Selama kamu bahagia, aku akan bahagia." Tambahnya lagi. "Jadi jangan terlalu dipikirkan yaa.." Perintahnya. Zara hanya mampu mengangguk setuju, ia tak bisa menolak keinginan lelakinya itu.
Mereka kembali diselimuti oleh suara dari setiap helaan nafas yang mereka ambil. Tak ada satupun yang berani bersuara. Sungguh mereka dalam keadaan lelah, tapi mereka masih tak rela untuk melewati kehangatan malam ini.
"Apa kita akan di sini selamanya?" Tanya Zara lagi berusaha mencairkan suasana.
Zia yang tengah menikmati harumnya rambut Zara yang khas kembali bertanya, "Apa kau keberatan?"
"Tidak, selama aku bisa bersamamu." Ucapnya langsung.
Lelaki itu melukiskan senyumam diwajahnya. Lengannya dengan cepat menyanggah kepalanya agar lebih tinggi dan lebih leluasa untuk menikmati setiap lekukan wajah sang istri. Ia menatap dengan mata yang menelisik. "Kenapa sih?" Tanya Zara merasa risih.
"Selama.. Kau bisa.. Bersamaku?" Ungkapnya dalam kalimat tanya, ia tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
Zara yang mulai tersadar, kembali merona. "Apaan sih Mas." Elaknya.
"Mas?" Ulang Zia. "Apa itu ungkapan sayang untukku?" Godanya.
Zara membelakangi Zia, "Iiih.. Kau ini, tak pernah bisa berhenti untuk menggodaku." Ucapnya ketus. "Apaan panggilan sayang.." Cibirnya.
Lelaki itu mengulurkan tangannya, melingkarkannya pada tubuh yang ramping itu. Ia melakukan pelukan dari belakang, "Aku suka seperti ini..." Ungkapnya. "Tapi aku gak suka dipanggil Mas. Karena merasa tersaingi oleh mas mas tukang bakso, atau mas mas tukang sayur depan rumah. Panggil aku sayang saja, bagaimana?" Zia begitu antusias mengusut topik ini. Ia yang awalnya merasa lelah l, seolah-olah penatnya hilang dalam sekejap.
"Maunya.." Ucap Zara masih dengan nada bodo amat.
"Sayang.." Ulang Zia.
"Apaan ih.. Berisik. Ayo tidur." Ajaknya, berusaha untuk menghentikan acara yang telah Zia buat pada malam hari ini.
Zia menatap jam yang berada di depan Zara, tepat di atas nakas di samping tempat tidurnya. "Tidur?" Tanyanya. Zara menolehkan wajahnya ke arah belakang, dan ia menganggukkan kepalanya. Ekspresi yang ditunjukan Zia sungguh membuat Zara geli, dengan kata tidur tersebut telah membangkitkan semangat pada dirinya.
"Yuuk kita tidur." Ajaknya, laki-laki tersebut mendudukan diri.
"Kau antusias sekali.. Tapi, kenapa kamu bangkit? Mau kemana? Kan kamu tadi sudah dari air." Ucap Zara dengan perasaan aneh.
"Kau kan mengajakku tidur.. Ayo, kita tidur. Olahraga." Ungkapnya penuh isyarat.
Pipi Zara yang semula telah netral kembali terbakar, "Tidur dalam arti sebenarnya Zia.." Ucapnya setengah geram, yang disambut dengan tatapan kecewa dari Zia.
"Kau kan tadi mengajakku tidur, ini masih pukul 9 malam. Masih terlalu dini untuk tidur cepat-cepat.. Aku punya ide bagus, gimana kalau kita menghabiskan malam ini dengan berkering-"
Zia yang belum menyelesaikan ucapannya terhenti karena dihadiahi pukulan kecil di kepalanya. "Otakmu cepat sekali mesumnya. Baru saja kau mengatakan menunggu diriku untuk siap." Katanya.
"Apa sebegitu pengennya?" Tanyanya penuh telisik, ia menatap mata Zia lekat-lekat.
"Hahaha.. Aku hanya menggodamu sayang. Aku suka dengan pipimu yang terlihat seperti apel merah itu. Sungguh menggoda, aku selalu menginginkan ini.." Ucapnya terhenti kemudian mencuri start untuk Zara membalas kata-katanya dengan beberapa ciuman di bibirnya.
"Yakin?" Tanyanya.
"Kalau kau memang tak tahan, aku siap kok." Ucap Zia dengan pedenya.
"Hey... Kau kan tadi yang tak sabaran dan tak tahan. Mengapa tiba-tiba aku?" Protesnya.
Zia hanya menampilkan deretan gigi putihnya. "Iya iya, aku bercanda. Tidur yuukk.. Kamu pasti lelah." Ajaknya.
Hal tersebut kembali mendapatkan tatapan waspada dari Zara, "Aku serius.. Tidak akan macam-macam, hanya satu macam." Ucapnya. Zara masih belum bisa tenang, ia masih menatap penuh dengan kewas-wasan. Ia mendaratkan bibirnya di kening Zara cukup lama, lalu membawanya ke telinga dengan anting-anting berbentuk bulat penuh permata yang indah itu. "Selamat tidur, Sayang.. Jangan lupa doakan kita selalu." Bisiknya. Hal tersebut justru menuai gidikan dari sang empu.
Ah~ Sungguh menyenangkannya ketika suatu hubungan sudah menjadi halal. Halal untuk berinteraksi, halal untuk saling bercumbu.
Maafkan baru update lagi.. Beberapa hari kemarin ada full camp, jd belum bisa update cerita. Dan beberapa hari kedepan akan ada beberapa ujian, yang mungkin akan jarang untuk update. Mohon dimaafakan. Terima kasih readers yang masih bertahan ♡