Benar saja, jika Aldo Tidak bisa sampai di kediaman Kenzo, karena setiap angkutan umum atau ojek, yang Aldo sewa, mereka tidak ada yang mau mengantar Aldo sampai ke rumah besar itu.
Aldo tak hilang semangat dan akal, Aldo memutuskan untuk berjalan kaki ke rumah utama, tapi, di tengah perjalanan. Ia malah terjatuh dan mengakibatkan kakinya keseleo.
"Aduh, kenapa harus pake acara keseleo segala sih, kalo seperti ini, aku harus bagaimana, untuk menuju ke rumah Tuan Kenzo saja aku tak bisa, apalagi untuk kembali ke jalan utama, ini sungguh sangat jauh sekali dari jangkauan orang." Aldo melihat ke arah sekeliling.
Benar saja ,jika Samapi satu jam pun Aldo tidak melihat ada satu orang pun yang melewatinya, Dnegan terpaksa Aldo harus berjalan kearah jalan utama untuk menuju pulang kerumahnya.
Dengan keadaan seperti itu, tidak memungkinkan untuk Aldo, untuk meneruskan perjalanan menuju kerumah utama.
"Ka, maafkan Aldo, Aldo belum bisa menjemput Kaka, Aldo janji, nanti Aldo akan segera menjemput Kaka!" Aldo berjalan tertatih.
Hingga hari mulai terlihat gelap, Aldo masih saja berada di dalam hutan.
Alias jalan utama yang berada di tengah hutan
"Ya Tuhan, bagaimana ini, hari suda muai gelap, tapi Aldo masih tetap di sini,apakah Aldo bisa bertahan di sini?" Aldo melihat ke arah langit.
Di dalam kegelapan itu, tiba-tiba ada sebuah cahaya sayang sangat silau di matanya, hingga membuat Aldo menutup matanya.
Namun, tiba-tiba tubuh Aldo malah terbang ke atas, tubuhnya terbentur dengan sangat kerasnya.
"Lihat lah ka, aku sudah di jemput oleh ayah dan ibu, Aldo tidak sempat untuk menjemput Kaka!" Ujar Aldo di sela sela dirinya yang sudah terkapar di tengah-tengah jalan.
Tubuhnya mengeluarkan banyak darah.
Ternyata Aldo tertabrak oleh mobil mewah yang berjalan sangat kencang itu.
Mau tak mau pemilik mobil tersebut harus keluar dan melihat apa yang tengah terjadi.
"Ah, kenapa harus ada kejadian ini sih, kenapa harus ada manusia di sini?" Ujar orang tersebut.
Ternyata yang menabrak Aldo adalah Kenzo.
Kenzo yang tak sengaja membunuh adik dari sang budaknya.
Kenzo menendang tubuh Aldo yang sedang terbujur kaku dengan posisi tengkurap untuk melihat wajahnya.
"Siapa ini, kenapa dia ada di sini?" Ujar Kenzo.
Karena Kenzo tak mungkin meninggalkan mayat Aldo dengan begitu saja, akhirnya Kenzo memutuskan untuk menghubungi anak buahnya untuk menyusulnya ke tempat kejadian.
Sedangkan di ruang utama.
Sedari tadi Niken terus saja merasa resah dan juga tak enak hati, seperti sedang ada sesuatu yang terjadi dengan seseorang yang paling Niken sayang.
"Ada apa ini, kenapa perasaanku tidak enak, kenapa Aldo tidak ada kabar lagi, Sampai saat ini, Aldo kenapa belum sampai di sini?" Niken melihat ke arah jendela kamarnya.
Dari jendela kamarnya ia bisa melihat pemandangan alam yang sangat indah, dari rumah itu, Niken bisa melihat lampu-lampu cantik yang ada di pusat kota.
Beberapa waktu kemudian. Anak buahnya Kenzo sudah Samapi di tempat kejadian dan membantu membersihkan jalanan.
Kenzo yang hanya terdiam sambil menghisap sebatang rokok.
"Tuan, mau di bawa kemana mayat ini?" Ujar sang pengawal.
"Bawa dia ke rumah, berikan mayat ini ke kandang buaya, kasihan peliharaan ku, mereka sudah lama tidak makan makanan enak!" Ujar Kenzo sambil tersenyum tipis.
Setelah mengucapkan hal tersebut, akhirnya Kenzo kembali masuk kedalam. Mobilnya dan langsung menancap kan gas dan langsung pergi dari sana.
rumah utama kini sudah di sulap menjadi gedung pernikahan, ruangan tamu yang ada di lantai paling bawah kini sudah terlihat cantik.
Kenzo tersenyum tipis saat melihat pemandangan itu.
"Bagus, kalian sudah berkerja dengan sangat bagus!" Kenzo membuang sisa batang rokok di tempat sampah.
sedangkan Niken, ia terus saja melihat siapa saja yang datang kerumah utama itu, Niken pun tau jika Kenzo baru saja Samapi di rumah utama.
setelah mobil Kenzo datang, beberapa menit kemudian, di susul oleh mobil yang lumayan besar
Niken menatap mobil itu dengan tatapan aneh.
"Mobil apa itu, kenapa bentuknya seperti itu?" Niken menyipitkan matanya.
tiba-tiba mata Niken menangkap sebuah pemandangan yang tak lazim.
"Apa itu, kenapa mereka bawa kantong jenazah seperti itu kerumah ini, Kenapa darahnya banyak sekali yang keluar dari dalam kantong itu?" Niken terus saja mengikuti pergerakan anak buah Kenzo
tapi, saat dirinya sibuk dengan aktivitasnya.
Kenzo tiba-tiba datang ke kamar tersebut.
Niken tersentak kaget dengan sentuhan Kenzo yang secara tiba-tiba.
Kenzo memeluk tubuh Niken dari belakang dan menghisap bau tubuh Niken.
Niken merasa sangat geli dengan apa yang telah di lakukan oleh Kenzo.
"Tuan, tolong itu sangat tidak nyaman!" ujar Niken dengan suara parau.
Kenzo langsung membalikan tubuh Niken
Kenzo melihat setiap inci tubub gadis yang ada di hadapannya itu.
Kenzo mengusap sudut pipi milik Niken.
"Apakah ini masih terasa sakit?" ujar Kenzo sambil mengelus lembut pipi yang terlihat kebiruan itu.
Niken hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
karena Niken sangat takut untuk menjawab pertanyaan Kenzo.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk melukai mu sayang!" Kenzo memeluk tubuh lemah itu.
Niken yang bingung dengan Kenzo pun hanya terdiam.
"Apakah kamu mau memaafkan aku sayang?" Kenzo membetulkan anak rambut Niken dan menyelipkannya di belakang telinga.
"Em, iya. Niken udan maafin Tuan," ujar Niken sambil mengigit bibir bawahnya.
"Kenapa harus di gigit, nanti kamu bisa sakit?" Kenzo menaikan wajah Niken dan menatap matanya dalam-dalam.
Niken malah melakukan kesalahan, ia malah menggelengkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya
"Sudja aku bilang sayang, jika aku Tidka suka jika kamu mengigit bibir kami seperti ini, Ini membuat aku sangat bernafsu melihat kamu," Kenzo mengelus bibir Niken yang sedikit terluka
pelan dengan pelan Kenzo mendekati bibir tersebut dan langsung melumatnya, Kenzo menikmati setiap gerakan yang ia lakukan. Niken hanya bisa pasrah dan hanya bisa mengikuti arahan dari Kenzo.
awalnya Niken akan menolaknya, tapi karena Kenzo mengancamnya untuk mendorong dirinya dari balkon tersebut, akhirnya Niken tidak bisa berbuat apa-apa.
"Bagus, jadilah gadis yang baik, jangan sering membuat aku marah sayang!" Kenzo berbisik di telinga Niken.
Niken mencari cara agar bisa terlepas dari genggaman Kenzo saat itu, karena jujur saja, jika Niken sudah tak sanggup jika harus melayani nafsu bejad dari lelaki tersebut.
"Em, Tuan, apakah aku boleh tau, apa yang mereka bawa tadi?" niken meberanikan diri untuk bertanya.
Kenzo menatap mata Niken dan langsung melepaskan genggamannya itu.
Kenzo kembali mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam sakunya dan menghidupkannya.