webnovel

Miracle For Dark Lord

Yuna harus bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukan pamannya. Satu kesalahan fatal yang seharusnya membawa sang paman menuju hukuman mati. Dan Yuna menjadi jaminan agar keluarganya selamat. Ia pun dibawa ke istana dimana seorang Raja misterius yang memiliki sebutan Matahari Dalam Kegelapan tinggal. Dan dari situlah, perjalanan nasib Yuna akan dimulai setelah pertemuan pertamanya dengan Sang Raja. Hingga terkuaklah satu persatu rahasia dari Yuna yang tersembunyi.

Kristina_Anjani · Fantasi
Peringkat tidak cukup
20 Chs

18. The Jealousy Of A Cold Lucyver

Pagi baru berikutnya di Istana Varrzanian. Lucyanna yang sedang santai menikmati tehnya, tiba-tiba saja kedatangan seseorang yang tidak terduga di Ruang Kerja Pribadinya. Ia adalah sang ayah, Vrannver.

Tentu saja Lucyanna terkejut. Vrannver selalu datang ke Istana Varrzanian dengan tiba-tiba. Namun penampilan Vrannver terlihat sedikit berbeda di bagian rambut hitamnya, terlihat sebagiannya memutih. Namun tetap terlihat tampan dan berwibawa.

Lady Lucyanna : "Ayah? Sungguh mengejutkan? Kau selalu datang tanpa memberitahukanku."

Vrannver membuka mantelnya. Lucyanna menggerakkan kursi terdekat dengan kekuatan magisnya, agar Vrannver bisa duduk. Seperti biasanya, cara duduk Vrannver selalu terlihat berkharisma.

Vrannver : "Ayah sengaja tidak akan pernah memberitahukannya. Agar kau dan saudaramu tidak terganggung dengan rencana kedatanganku."

Lady Lucyanna : "Kenapa begitu, ayah? Jika ayah memberitahu kami, aku akan mempersiapkan semuanya dengan baik. Ayah mau kutuangkan teh?"

Vrannver : "Tentu, silahkan. Ayah sudah terbiasa seperti ini. Hanya dengan melihat putra dan putri ayah saja, itu sudah cukup."

Lady Lucyanna : "Apa ayah baru saja mengunjungi tempat itu lagi?"

Vrannver : "Belum. Mungkin besok. Katakan, apakah benar jika saudaramu sudah menemukan gadis Jodoh Terikatnya? Saat ayah memasuki istana, ayah bisa merasakan energinya. Seperti yang pernah ditunjukkan oleh Dewa Lucifer 50 tahun yang lalu."

Ucap Vrannver sambil memandangi permukaan teh dalam cangkir yang sudah berada di tangannya, lalu menyeruputnya dengan tenang. Lucyanna tidak begitu terkejut. Ia tahu bahwa suatu saat, sang ayah mengetahuinya juga.

Lady Lucyanna : "Itu benar, ayah. Wanita muda itu sudah disini."

Vrannver : "Benarkah? Lalu dimana dia sekarang? Ayah ingin menemuinya secara langsung."

Tanya Vrannver yang terdengar sedikit berantusias di balik wajahnya yang dingin.

Lady Lucyanna : "Hmm, aku bisa saja melakukannya. Tapi keputusan itu hanya bisa diputuskan saudaraku saja."

Vrannver : "Keputusan saudaramu? Jelaskan."

Tanya Vrannver lagi setelah ia meletakkan kembali cangkir tehnya di hadapannya.

Lady Lucyanna : "Saudaraku memang berencana akan mempertemukan ayah dan Jodoh Terikatnya. Tapi bukan sekarang. Saudaraku ingin memastikan satu hal saja. Dia tetap ingin menunggu momentum fase bulan Dewi Varamist yang akan datang."

Vrannver : "Oh... Sayang sekali. Ayah ingin sekali menemuinya meskipun hanya sebentar."

Keluh Vrannver. Lucyanna terkejut dengan sikap ayahnya saat mengeluh. Terlihat seperti seorang remaja yang kecewa. Benar-benar mirip dengan putranya sendiri. Dengan menyandarkan kepalanya dengan satu tangan yang terlipat dan pandangan matanya melihat ke sisi lain.

Lady Lucyanna : ("Ada apa dengan ayah hari ini? Aku baru pertama kali melihat ekspresi ayah yang seperti...")

Lucyanna sempat membayangkan ekspresi yang sama dari Lucyver saat mengeluhkan sesuatu. Fix saja. Ayah dan putranya benar-benar memiliki kemiripan yang tidak diragukan lagi. Membuat Lucyanna mengangkat satu alis matanya.

Lady Lucyanna : ("Ah! Sulit kupercaya! Yang benar saja! Aku baru menyadarinya sekarang...")

Lucyanna menghela nafas panjang dengan sedikit berat.

Lady Lucyanna : "Bersabarlah, ayah. Puncak fase bulan Dewi Varamist hanya tinggal 3 bulan lagi. Dan aku yakin, saudaraku akan menepati janjinya."

Vrannver : "Baiklah. Ayah akan menunggu. Jika itu berarti bisa membuat saudaramu merasa nyaman saat ia ingin memperkenalkan calon istrinya sendiri."

Lady Lucyanna : "Tentu, ayah. Jangan khawatir."

Vrannver : "Ayah berharap bisa secepatnya bertemu dengan calon Ratu Varrzanian yang akan mendampingi saudaramu di masa depan. Dan memberikan mereka restu ayah dan juga ibumu. Rambut ayah sudah mulai memutih. Ayah tidak tahu akan sampai kapan."

Lady Lucyanna : "Aku bisa melihat sebagian rambut ayah yang sudah memutih. Kenapa ayah tidak mencoba untuk menanyakannya langsung pada putramu?"

Sejenak, Vrannver menutup matanya sebentar sambil menyandarkan punggungnya. Dengan ke 10 jari-jarinya yang saling tertaut. Pandangannya tertunduk.

Vrannver : "Sama halnya dengan saudaramu, ayah juga merasa belum waktunya untuk bertemu langsung dengan Jodoh Terikatnya. Setelah mendengar kabar yang baik ini, ayah sudah memiliki firasat tersendiri. Dan benar saja. Karena itulah, ayah pertama kali akan menemuimu untuk mencari tahu tentang Jodoh Terikat saudaramu. Atau mungkin meminta sedikit bantuanmu untuk melihat sedikit wajah wanita muda itu."

Lucyanna cukup terkejut dengan ungkapan sang ayah.

Lady Lucyanna : "Jadi ayah merasa sangat penasaran dengan Jodoh Terikat saudaraku? Ayah tidak sedang dalam efek 'Gila' yang pernah saudaraku alami, bukan?"

Vrannver cukup terheran dengan istilah 'Gila' yang pernah Lucyanna ceritakan beberapa waktu yang lalu. Justru hal tersebut membuatnya sedikit terhibur namun memahaminya.

Vrannver : "Gila? Heh, tentu saja tidak. Saudaramu sedang jatuh cinta dan itu hal yang sangat wajar. Ayah sudah pernah mengalaminya sendiri dengan ibumu. Karena kita hanya bisa jatuh cinta saat menemui Jodoh Terikat kita. Suatu saat kau akan memahaminya."

Jelas Vrannver sambil menikmati lagi tehnya dengan seruputan yang halus. Lucyanna hanya merespon dengan mengalihkan pandangannya sambi menahan kepalanya dengan satu tangan yang mengepal. Terlihat sedikit kesal.

Lady Lucyanna : "Haaah... Aku tahu itu, ayah."

Vrannver : "Kalau begitu, ayah akan kembali saja."

Vrannver beranjak dari kursinya, lalu memakai mantel panjangnya.

Vrannver : "Ayah akan menunggu kabar baik selanjutnya. Dan ingatlah selalu semua pesanku, putriku. Terutama sekarang ini, sebentar lagi kita akan melihat masa depan Kerajaan Varrzanian. Ayah sangat berharap masih bisa memiliki kesempatan untuk melihat semuanya sebelum benar-benar akan pergi untuk selamanya."

Lady Lucyanna : "Aku mengerti, ayah. Dan kumohon, ayah berhenti bicara seperti itu lagi!"

Ucap Lucyanna dengan sedikit kesal. Membuat sang ayah hanya terdiam.

Lady Lucyanna : "Jika ayah ingin melihat semuanya dengan tanpa menutup sedikit pun mata ayah, aku mohon bertahanlah! Bertahanlah demi aku dan saudaraku... Tanpa ibu, kami masih belum ada apa-apanya. Jika sekarang tanpa ayah juga, kami tidak tahu harus apa. Sebenarnya, aku masih membutuhkan ayah."

Ucap Lucyanna dengan emosional. Vrannver hanya bisa memandangi putrinya yang hanya mengalihkan pandangannya.

Vrannver : "Suatu saat, kalian berdua akan menempuh jalan di masa depan dengan kekuatan kalian sendiri. Meskipun usia kalian sudah lebih dari 100 tahun pun, ayah juga masih bisa melihat sifat kekanak-kanakan kalian. Bahkan seperti sekarang."

Vrannver tersenyum tipis. Lucyanna masih tidak ingin memandangi ayahnya untuk menutupi rasa malunya.

Lady Lucyanna : "Karena itulah bahkan aku dan Lucyver masih saja berdebat hal-hal kecil! Dia dan sifatnya yang menyebalkan, benar-benar membuat kesabaranku habis! Bahkan yang terparah adalah saat ia mulai menjadi gila setelah bertemu dengan Jodoh Terikatnya itu! Aargh! Dia bahkan selalu mengacaukan semuanya! Bagaimana mungkin sifat kekanak-kanakan kami akan hilang jika--"

Lucyanna terkejut. Selama ia mengutarakan kekesalannya pada Lucyver, Vrannver sudah berada di belakangnya dan memeluk Lucyanna dengan melingkarkan ke 2 tangannya. Dan menyandarkan dagunya di atas ubun-ubun Lucyanna dengan senyum tipisnya yang terlihat memukau.

Vrannver : "Ayah tahu apa yang sering terjadi di antara kalian berdua. Kalian berdua memang selalu bertengkar bisa karena apa pun. Bahkan Lucyver selalu berlindung di balik ibunya saat kalian berdebat. Bukankah kau juga melakukan hal yang sama? Kau juga suka berlari dan berlindung dibalik punggung ayah sambil mengadukan sifat menyebalkan saudaramu. Tapi apakah kau tahu? Meskipun begitu, kalian berdua terlahir untuk bersama dan menjadi 1 kekuatan yang besar. Jadi, sekalipun ayah akan pergi untuk waktu keabadaian, kalian berdua akan sanggup menghadapi rintangan apa pun. Coba ingat kembali. Kau dan saudaramu, sejauh ini kalian sudah mengarahkan Kerajaan Varrzanian ke arah yang lebih baik dari raja-raja sebelumnya. Karena itulah ayah melatih dan membimbing kalian untuk menjadi generasi Vortexian yang sangat kuat dengan bersama. Dan ibu kalian membesarkan kalian dengan penuh cinta dan kasih sayangnya, agar kalian menjadi seorang pemimpin kerajaan yang peka dengan kesejahteraan semua penduduk yang hidup di seluruh wilayah kekuasaan Kerajaan Varrzanian. Jadi karena itulah juga, ayah percaya kalian berdua bisa menjalaninya bahkan tanpa kehadiran ayah. Kau mengerti?"

Lucyanna hanya terdiam selama mendengarkan ungkapan tulus Vrannver yang mengena pada perasannya.

Kemudian, Vrannver mencium rambut Lucyanna dengan penuh kasih sayang. Lucyanna terkejut hebat, hingga membuat jantung abadinya berdebar kencang. Wajah putihnya mulai memperlihatkan rona merah yang samar-samar.

Vrannver : "Ayah bangga dengan kalian berdua. Sampai jumpa lagi."

Vrannver melepaskan pelukannya dan meninggalkan Lucyanna yang masih terdiam dalam keterkejutannya. Bahkan setelah akhirnya Vrannver melewati pintu ganda itu pun, Lucyanna masih merenungi semua ucapan sang ayah. Perlahan, garis senyuman terlihat di wajah Lucyanna yang selalu terlihat dingin.

Lady Lucyanna : "Kalau memang ayah berpikir seperti itu, meskipun aku dan saudaraku terkadang masih seperti anak kecil, kami tetaplah yang terkuat jika bersama. Seperti itu, bukan? Tapi aku masih berharap ayah masih tetap bersama dengan kami untuk waktu yang lebih lama lagi."

Ternyata ada satu harapan kecil Lucyanna yang selalu ingin ia wujudkan meskipun rasanya itu akan sulit untuk menjadi sebuah realita. Lucyanna akan selalu mencemaskan sang ayah sampai kapan pun.

「 In A Corridor Of The Varrzanian Palace 」

Sementara di tempat lain, Lucyver dengan langkah yang sedikit melambat dan wajah yang kesal, sedang mengeluhkan semua rasa kaku di punggungnya yang cukup mengganggu perasaannya hari ini.

Dengan satu kali peregangan yang membuat tulang-tulangnya terdengar bergesekan dengan dramatis, sudah bisa membuatnya merasa sangat nyaman. Namun tidak dengan perasaannya.

King Lucyver : "Benar-benar tidak bisa kupercaya! Lucyanna membuatku mengerjakan semuanya sendirian! Bahkan termasuk urusan kebutuhan kewanitaan! Aagh! Dia benar-benar ingin mengejekku rupanya? Aku pasti akan membalasnya! Dia benar-benar membuatku tidak bisa sedetik pun menengok calon ratuku! Tunggu saja, saudariku!"

Keluh Lucyver yang sudah mulai merasakan rasa kesalnya membesar. Tanpa sengaja, Lucyver berpapasan dengan 2 orang staf pria kerajaan yang terlihat sedang menikmati obrolannya.

Royal Male Staff 1 : "Apa kau sudah melihatnya? Pelayan wanita yang baru di rekrut istana katanya sangat cantik. Apa kau percaya?"

Saat mendengar kalimat pelayan wanita baru, rasa penasaran Lucyver terpancing dan perlahan memperlambat langkahnya.

King Lucyver : ("Siapa yang sedang mereka bicara? Apakah mungkin--") "Aetheroz!"

Bisik Lucyver, sampai akhirnya ia memanggil naga kecil hitam bertubuh asap yang selalu menjadi andalannya untuk memata-matai. Lucyver memerintahkan naga kecil itu menghampiri ke 2 pria staf kerajaan tersebut. Sedangkan Lucyver mulai berjalan menjauh, dan bersembunyi di balik pilar besar dan tinggi. Ia bisa mendengar pembicaraan mereka tanpa harus terlihat mencurigakan.

Royal Male Staff 2 : "Benarkah? Katanya sudah banyak yang melihatnya secara langsung. Benarkah jika siapa pun yang melihatnya, seperti melihat seorang malaikat?"

Royal Male Staff 1 : "Itu benar! Ah~, aku jadi ingin sekali melihatnya secara langsung. Kau tahu kenapa? Salah satu rekanku yang sudah pernah melihatnya sejak kemarin, tidak bisa melupakan wajahnya. Terutama mata birunya, seperti menghipnotis!"

Ucapnya dengan nada yang sangat antusias. Lucyver mulai mencurigai arah pembicaraan itu saat mendengar kata mata biru.

King Lucyver : ("Mata biru? Siapa yang mereka maksud?")

Royal Male Staff 2 : "Ah! Yang benar saja. Kau hanya membuatku semakin penasaran saja. Bagaimana kalau kita melihatnya juga? Kudengar dia hanya selalu di satu tempat."

Royal Male Staff 1 : "Ide yang bagus!"

Responnya dengan penuh antusias juga. Mereka berdua sudah meninggalkan tempatnya.

Sementara itu, Lucyver merasa curiga karena obrolan tadi.

King Lucyver : ("Ada begitu banyak pelayan wanita yang memiliki mata biru selain Yuna, bukan? Dan mereka bahkan tidak menyebutkan namanya... Itu bisa saja orang lain... Hmm! Lupakan saja!")

Pikir Lucyver tanpa ingin memperpanjangnya lagi. Namun, saat berpapasan lagi dengan 2 orang penjaga yang juga sedang mengobrol, yang bahkan tidak menyadari kehadiran Lucyver, terdengar lagi 1 pembicaraan mereka yang terdengar senang karena sesuatu.

Guardian 1 : "Dia benar-benar sangat cantik! Aku langsung menyukainya."

Guardian 2 : "Hei, tidak hanya kau saja. Sepertinya siapa pun yang sudah melihat pelayan wanita ini, akan langsung menyukainya. Begitu juga denganku."

Guardian 1 : "Kau benar. Aku bahkan baru mengetahuinya jika dia adalah pelayan wanita yang baru saja di rekrut. Dia bahkan selalu terlihat bersama dengan Ny. Clarissta."

Mendengar bagian akhir itu, Lucyver sangat terkejut. Dugaannya menguat dan mengarahkkannya hanya pada seseorang, yaitu Yuna.

Langkahnya lagi-lagi melambat dan mengendalikan lagi naga kecilnya untuk mematai-matai.

Guardian 2 : "Kelihatannya dia masih sangat muda. Mungkinkah sekitar 20an?"

Guardian 1 : "Sepertinya begitu. Aku juga berpikir sama denganmu. Kira-kira siapa ya namanya? Aku ingin bisa mengenalnya. Senyumannya sangat mempesona."

Guardian 2 : "Dia sepertinya sangat cocok dijadikan seorang istri dibandingkan menjadi kekasih. Dia tipe idealku."

Ucapnya dengan antusias karena khayalannya sendiri, sampai tersenyum lebar. Seketika membuat Lucyver mulai merasa tidak nyaman.

Guardian 1 : "Hei, kau pikir hanya kau saja yang ingin menikahi wanita cantik itu? Tentu saja aku juga menginginkannya. Ahaha!"

Guardian 2 : "Ah, gawat! Sepertinya akan sulit jika harus bersaing dengan pria lainnya."

Lucyver mulai merasa geram setelahnya.

King Lucyver : ("Benar dugaanku! Mereka sedang membicarakan calon ratuku! Beraninya mereka! Mereka bahkan bermimpi bisa menikahinya! Sulit kupercaya..!")

Lucyver pun meninggalkan posisinya lagi dengan membawa perasaannya yang geram. Lagi-lagi, ia harus berpapasan dengan beberapa pria dari bidang asisten juru masak istana berseragam putih dengan wajah mereka yang senang, dan sama sekali tidak menghiraukan Lucyver yang adalah seorang raja.

Assistant Palace Cook 1 : "Dia sangat cantik. Bahkan saat tersenyum dan berbicara terlihat semakin cantik saja."

Assistant Palace Cook 2 : "Kau benar. Sepertinya yang dikatakan semua orang benar, dia pasti seorang malaikat. Aah~, rasanya aku sekali bisa mengajaknya sekedar mengobrol."

Lucyver hanya melihat ke 2 pria asisten juru masak istana itu lewat begitu saja, sampai berhasil membuat Lucyver terheran dengan satu alis mata yang terangkat.

King Lucyver : "Sulit dipercaya! Mereka bahkan tidak berhenti atau bahkan sadar dengan kehadiranku! Dan lagi-lagi, mereka membicarakan Yuna! Aku tidak bisa membiarkannya!"

Lucyver kembali berjalan dengan tergesa-gesa dan mengarahkan langkah menuju ruang kerja pribadi Lucyanna.

Saat berada di depan pintu ganda tersebut, Lucyver langsung mendorong dengan sekuat tenaga. Berhasil membuat Lucyanna yang sedang memperhatikan kertas-kertas cukup terkejut. Lucyver langsung menghampiri saudarinya dengan perasaan kesalnya.

King Lucyver : "Katakan, dimana dia?!"

Lady Lucyanna : "Siapa yang kau maksud?"

King Lucyver : "Calon ratuku! Aku minta, segera bawa dia kembali! Aku akan langsung menikahinya!"

Keluh Lucyver, Lucyanna justru ikut merespon dengan ekspresi kesal yang sama.

Lady Lucyanna : "Apa maksudmu? Kenapa kau tiba-tiba datang dan berkata dengan sisimu yang menyebalkan?"

Gumam Lucyanna juga, harus membuatnya melupakan kertas-kertas pentingnya sekarang.

King Lucyver : "Para penjaga sampai dengan staf istana lainnya baru saja membicarakan Yuna! Mereka bahkan tidak menyadari kehadiranku karena terlalu senang dengan imajinasi mereka yang ingin mendekatinya juga menikahinya!"

Ucap Lucyver dengan kesal. Namun Lucyanna terkejut dan menyadari sesuatu yang baru saja saudaranya alami di balik rasa kesalnya. Langsung saja membuat garis senyum sinisnya muncul di wajah cantiknya.

Lady Lucyanna : "Ooh! Kenapa tidak katakan langsung saja bahwa kau itu cemburu."

King Lucyver : "A-Apa?! Aku cemburu katamu?"

Respon Lucyver yang sebenarnya cukup terkejut dengan tebakan saudarinya yang tepat sasaran. Seperti anak panah yang melesat tepat di tengah target sasaran.

Lady Lucyanna : "Akui saja. Kau bahkan ingin langsung menikahinya dan akan mengabaikan saran dari Sang Dewa? Manis sekali, saudaraku!"

Ucap Lucyanna dengan sedikit nada cibiran khasnya.

King Lucyver : "Katakan saja sekarang dimana Yuna?!"

Tanya Lucyver dengan nada kesal sambil menahan rasa malunya.

Lady Lucyanna : "Kau tidak akan bisa menemuinya sekarang. Yuna masih harus menjalankan proses latihan dan pembelajarannya bersama dengan Ny. Clarissta. Jangan coba-coba untuk mengganggunya! Sudah kukatakan sebelumnya, biarkan dia beradaptasi dengan lingkungan istana dengan tenang!"

King Lucyver : "Dan kau pikir dengan aku harus menunggunya sampai ia layak bekerja dan mendengar semua pria di istana membicarakannya di belakangku? Apa aku akan tahan?!"

Tanya Lucyver dengan geram.

Lady Lucyanna : "Itu artinya kau cemburu. Haaah! Apakah sesulit itu untuk mengakuinya?"

King Lucyver : "Jika pun itu benar, aku tidak akan pernah mengatakannya padamu!"

Lucyver langsung membalikkan punggungnya dan bergegas menuju pintu ganda.

Lady Lucyanna : "Kau mau kemana?"

King Lucyver : "Aku akan mencarinya sendiri!"

Pintu ganda itu terbuka dengan sendirinya karena kekuatan telekinesis Lucyver. Dan Lucyanna benar-benar sudah melihat saudaranya melewati pintu ganda itu, tanpa menutupnya kembali.

Seketika, Lucyanna tersenyum sinis dan merasa begitu puas setelah melihat reaksi saudaranya yang terasa sangat menarik saat cemburu.

Lady Lucyanna : "Ini dia yang kukhawatirkan. Prediksi Ny. Clarissta ada benarnya. Apa sebaiknya aku ikut mengawasinya? Dengan kecemburuan seperti itu, dia seperti akan melakukan hal yang gila. Tapi itu hanya akan menarik semakin banyak perhatian. Hmm, merepotkan..!"

Pikir Lucyanna sambil memegang dagunya.

Lady Lucyanna : "Apa boleh buat. Aku akan memakai cara ini saja."

Lucyanna merencanakan sesuatu cara mengawasi Lucyver tanpa harus membuntutinya seperti seorang stalker. Dan ia akan tetap bisa bertindak jika Lucyver mulai bertingkah hal yang dianggap melewati akal sehatnya.

「 Varrzanian Palace Corridor - Looking For Yuna 」

Lucyver berjalan dengan tergesa-gesa. Dari tangannya, terdapat 4 buah batu permata hitam keunguan yang memunculkan naga kecil hitam yang sama. Wajahnya terlihat kesal.

King Lucyver : "Aetheroz!"

Ke 4 batu permata itu secara bersamaan merubah wujudnya. Dan berterbangan di sekeliling Lucyver.

King Lucyver : "Temukan Yuna sekarang!"

Ke 4 naga kecil hitam dan bertubuh seperti asap hitam itu pun langsung menyebar ke segala arah atas perintah Lucyver. Gejolak kecemburuannya semakin menguasainya dan benar-benar membuatnya gelisah.

「 The Varrzanian Palace Library 」

Sementara itu, Yuna terlihat sangat fokus namun santai dengan satu buku berukuran sedang yang terbuka di hadapannya. Lebih tepatnya, Yuna sedang menikmati buku tersebut. Setiap detailnya, setiap katanya dan setiap bahasanya.

Namun Yuna tidak pernah menyadarinya, bahwa meskipun saat sedang fokus dengan bukunya, ia sudah menjadi pusat perhatian di Istana Varrzanian. Terutama di kalangan pria.

Tiba-tiba, Yuna dikejutkan dengan kedatangan Natsumi dengan wajah cerianya.

Natsumi : "Hai, Yunaaa! Sudah waktunya makan siang. Kita makan bersama yaaa!"

Sapa Natsumi sambil memiringkan punggungnya dan melambaikan tangannya dengan manis. Perhatian Yuna pun langsung teralihkan.

Yuna : "Ooh, halo Natsumi. Jadi sudah waktunya makan siang rupanya? Aku benar-benar tidak menyadarinya."

Balas Yuna dengan senyumannya.

Natsumi : "Iya, itu benar. Sekarang kau harus berhenti sebentar dan makan. Ny. Clarissta selalu mengingatkanku agar jangan sampai melewatkan jam makanku."

Yuna : "Kau benar. Ny. Clarissta juga mengingatkan hal yang sama padaku. Kalau begitu, ayo kita pergi."

Yuna beranjak dari kursinya dan meninggalkan semua buku-buku tersebut dan pastinya Yuna ingin segera kembali.

Bersama dengan Natsumi, mereka keluar dari gedung besar yang merupakan surga terindah bagi Yuna.

Lagi-lagi, Yuna bahkan tidak menyadari banyaknya pasang mata dari pria yang bekerja sebagai staf istana dari berbagai divisi. Yang rela datang jauh-jauh dan meninggalkan pekerjaannya sebentar, hanya untuk melihat Yuna. Yang sekarang, kecantikan lembutnya telah menjadi hal yang terpopuler di Istana Varrzanian.

Dalam perjalanan mereka, Yuna hanya begitu larut dalam kenyamanannya berbagi obrolan dengan Natsumi. Termasuk berbagi senyum dan tawa bersama. Hal tersebut justru semakin banyak yang terpana dengan kecantikan Yuna yang semakin terpancar dengan indahnya.

Tiba-tiba, dari ujung lorong lainnya, para pelayan wanita terlihat mulai gelisah. Satu persatu, mereka terlihat seperti bergeser merapat ke tembok sambil membungkukkan tubuh. Keriuhan tersebut berhasil memancing perhatian Yuna dan Natsumi yang harus menghentikan langkah mereka.

Natsumi : "Apa yang sedang terjadi? Kenapa kedengarannya ribut ya?"

Tanya Natsumi yang penasaran, juga ikut memancing rasa penasaran Yuna.

Dari kejauhan itu, terdengar suara langkah sepatu yang nyaring dan terdengar semakin mendekat dan dekat. Sampai-sampai, salah satu pelayan wanita yang terlihat panik mulai menegur Yuna dan Natsumi.

Maid Palace : "Kalian berdua, jangan diam saja..! Yang Mulia Raja akan datang. Jaga sikap kalian..!"

Yuna dan Natsumi sama-sama terkejut. Tanpa berlama-lama, Yuna dan Natsumi langsung merapat dekat dengan tembok dan menundukkan wajahnya. Dan menjaga gesture tubuh mereka agar tetap baik dan sopan.

Suara langkah sepatu semakin terdengar dekat dan dekat. Yuna tetap menundukkan wajahnya. Berharap gesture yang ia tunjukkan adalah yang terbaik.

Namun, langkah itu terdengar berhenti. Sedangkan Yuna masih menundukkan kepalanya. Ia merasakan seseorang yang sedang berdiri di hadapannya.

King Lucyver : "Disini kau rupanya!"

Yuna terkejut hebat, bahwa yang dihadapannya sekarang adalah Lucyver dengan wajah kesalnya sambil menaruh tangan di pinggangnya.

Yuna : "Ya-Yang Mulia Raja..!"

Ucap Yuna yang mulai panik dan tidak berani mengangkat wajahnya.

King Lucyver : "Sekarang, ikut denganku!"

Yuna : "Ngh, ta-tapi... Saya harus istirahat makan siang dahulu. Ny. Clarissta menganjurkan saya agar jangan sampai melewatkan jam makan..."

Jelas Yuna dengan suara yang terdengar sedikit gemetar.

King Lucyver : "Aku yang akan menjamin makan siang yang lebih baik untukmu! Sekarang ikut denganku dan jangan membantah!"

Ucap Lucyver, terdengar menekankan nada suaranya, hingga membuat Yuna semakin kaget. Bahkan juga mengagetkan Natsumi yang berada di samping Yuna.

Yuna : "Ba-Baik, Yang Mulia Raja..."

Yuna tidak bisa menolak perintah itu. Yuna sempat menoleh sedikit ke arah Natsumi yang masih menundukkan wajah sambil menutup matanya. Ia merasa bersalah. Saat Lucyver pergi, Yuna pun mengikutinya dari belakang dengan masih menundukkan wajahnya. Melewati barisan pelayan wanita yang juga menundukkan wajahnya untuk menghormati Lucyver sebagai raja.

Yuna : ("Apa aku dalam masalah..?")

Jantung Yuna berdebar kencang. Bahkan ia masih bisa mengingat nada bicara Lucyver yang emosional. Terutama untuk Natsumi yang juga pasti mendengarnya.

Sepanjang melewati beberapa koridor istana, Lucyver masih bisa mendengar para pria sedang membicarakan Yuna. Bahkan dengan momen saat Yuna mengikuti Lucyver, hal tersebut semakin banyak memancing perhatian. Lucyver merasa cukup geram. Namun ia memilih untuk menikmati sendiri emosinya demi menjaga kewibawaannya sebagai seorang raja.

Tiba-tiba, Lucyver berhenti. Yuna yang mengikuti hampir saja menabrak punggung Lucyver yang bidang dan membuatnya terkejut. Beruntung Yuna masih bisa menghentikan langkahnya segera.

Yuna menahan nafas. Seketika Lucyver membalikkan punggungnya dan menatap langsung pada Yuna dengan tajam. Meskipun Yuna masih menundukkan wajahnya, ia bisa merasakan tekanan dari sorot mata dingin Lucyver.

King Lucyver : "Sulit kupercaya! Kalau seperti ini, kau tidak boleh berjalan di belakangku!"

Tiba-tiba, Lucyver mengambil tangan Yuna. Sambil melanjutkan perjalanannya, Lucyver menarik Yuna sepanjang koridor.

Yuna sangat terkejut saat tangan dingin Lucyver membalut tangan Yuna. Demi menyelaraskan langkah Lucyver yang tergesa-gesa, Yuna harus berlari kecil.

Sayangnya, stamina Yuna tidak sebanding dengan stamina Lucyver yang tinggi, apalagi karena Lucyver adalah seorang keturunan Vortexian yang terkenal dengan durabilitas stamina mereka yang sangat tinggi.

Yuna harus terus mengikuti tarikan Lucyver dan mulai membuatnya lelah. Lucyver tidak mempedulikan pandangan beberapa pelayan wanita istana atau staf istana yang melihatnya.

Kemana Lucyver akan membawa Yuna?

Yuna : ("Sebenarnya, dia ingin membawaku kemana? Bagaimana aku harus menghentikannya? Jika seperti ini, semua tenaga yang sengaja kusimpan untuk belajar hari ini bisa terkuras habis...")

Dahi Lucyver mulai mengkerut. Ternyata, tujuan Lucyver adalah membawa Yuna ke kamar pribadinya lagi.

「 Lucyver's Private Room 」

Dengan kekuatan magisnya, pintu ganda itu terbuka dengan sendirinya. Yuna sangat terkejut bahwa dia akan dibawa lagi ke kamar pribadi Lucyver.

Lucyver membawa masuk Yuna hingga ke ruang tengah dan mereka pun berhenti.

Yuna begitu kelelahan. Nafasnya naik dan turun dengan berat. Kaki-kakinya terasa sangat lemas, sampai tidak bisa menahan tubuhnya dan tersungkur ke lantai.

Saat membalikkan punggungnya, Lucyver terkejut dengan kondisi Yuna.

King Lucyver : ("Cerobohnya aku! Aku lupa kalau dia hanya manusia biasa...")

Lucyver mulai menyalahkan dirinya sendiri.

King Lucyver : "Ka-Kau baik-baik saja?"

Tanya Lucyver dengan sedikit nada yang gugup.

Yuna masih berusaha mengatur nafasnya. Berusaha menarik lebih banyak oksigen, sambil memegang dadanya sendiri.

Yuna : "Y-Ya... Yang Mulia... Ma-Maaf, saya sangat lelah..."

Jawab Yuna, saat harus menyelaraskan suaranya dengan nafas yang tersengal-sengal. Lucyver semakin merasa bersalah.

Dengan kekuatan magisnya, Lucyver memunculkan segelas air putih dalam gelas kaca yang tinggi. Kemudian dia berlutut sambil menawarkan air tersebut pada Yuna.

King Lucyver : "Minumlah. Aku minta maaf..."

Yuna terkejut dengan permintaan maaf dari Lucyver. Bukan karena itu berasal dari seorang Lucyver yang terkenal dingin. Tapi, Yuna merasakan sebuah De Ja Vu. Permintaan maaf itu sama seperti waktu di malam Festival Cellestina. Yang diucapkan Sasouke dengan kejadian yang sama. Di dalam dadanya, mulai merasakan seperti rasa sakit kecil.

King Lucyver : "Kenapa kau tidak menjawab apa pun?"

Tanya Lucyver, langsung menyadarkan Yuna dari lamunannya tentang masa lalu.

Yuna : "Ma-Maafkan saya, Yang Mulia Raja..."

King Lucyver : "Ambillah air ini dan minumlah. Agar aku bisa menebus kesalahanku."

Lucyver menawarkan kembali air tersebut. Yuna sempat ragu, namun akhirnya ia menerima tawaran itu. Dan dengan perlahan, Yuna meneguk air dalam gelas panjang itu, melewati tenggorokannya sambil menutup ke 2 matanya. Air tersebut habis. Yuna merasa lebih baik. Namun Lucyver kecewa karena tidak bisa melihat mata biru Yuna yang sangat ia sukai, karena Yuna menundukkan kembali wajahnya.

King Lucyver : "Sudah merasa lebih baik?"

Yuna : "Ya... Yang Mulia Raja... Terima kasih."

King Lucyver : "Kau mau memaafkanku?"

Yuna : "Ya, Yang Mulia Raja."

King Lucyver : "Kalau begitu ucapkanlah. Angkat wajahmu dan tatap aku."

Yuna terkejut. Ia sangat ragu untuk mengiyakan permintaan terakhir Lucyver. Dengan posisinya sekarang, sangat tidak mungkin baginya untuk mengangkat wajahnya.

Yuna : "Sa-Saya akan memaafkan Yang Mulia Raja. Tapi... Saya tidak mungkin mengangkat wajah saya."

King Lucyver : "Apa kau lupa? Kau itu pengecualian. Jadi lakukanlah. Atau... Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari kamar pribadiku selamanya!"

Ucap Lucyver. Ia tersenyum sinis saat di akhir kalimat. Apakah bermaksud mengintimidasi Yuna? Tentu saja itu berhasil membuat Yuna terkejut dan hanya memiliki 1 pilihan saja.

King Lucyver : "Aku bahkan merasa tidak keberatan lagi jika harus berbagi ranjang denganmu. Seperti waktu itu. Kau tertarik?"

Ucap Lucyver secara terus terang dengan senyum di wajahnya. Semakin membuat Yuna tidak memiliki pilihan apa pun yang terpikirkan. Bahkan karena Lucyver kembali mengingatkan tentang hari pertama tertidur di kamar pribadinya, jantung Yuna berdebar kencang. Sampai tidak bisa berkata apa pun.

Yuna : ("Benarkah kalau hari itu... Yang Mulia Raja tidur bersama denganku..?")

Ke 2 mata biru Yuna tidak berhenti berkedip beberapa kali karena terlalu terkejut dan berusaha untuk meluruskan kembali akal sehatnya.

Lucyver mendekatkan wajahnya sambil berbisik.

King Lucyver : "Apa kau ingin tahu hal sangat kusukai malam itu?"

Jantung Yuna semakin berdebar.

King Lucyver : "Menikmati dan mencium--"

Yuna : "Sa-Saya memaafkan Anda, Yang Mulia Raja!"

Ucap Yuna dengan langsung mengangkat wajahnya dan menatap langsung Lucyver yang ternyata begitu dekat. Apakah agar Lucyver berhenti mengatakan kebenaran malam itu?

Kontak mata pun terjadi. Untuk pertama kalinya, Yuna melihat mata merah Lucyver dari jarak yang sangat dekat. Lucyver menunjukkan senyuman terbaiknya demi mendapat kesan yang baik di hadapan Yuna, Jodoh Terikatnya.

King Lucyver : "Begini lebih baik. Aku menyukainya."

Semakin lama Yuna menatap mata merah yang berkilau itu, Yuna mulai merasakan sesuatu di dalam dadanya. Seperti sedang memanggilnya.

Lucyver seperti terhipnotis dengan mata biru Yuna yang cantik, bahkan tidak mengedip sedikit pun. Memanggil hasratnya kembali. Mengangkat tangan dinginnya untuk menyentuh wajah cantik Jodoh Terikatnya. Lucyver merasa ingin mewujudkan mimpi terindahnya beberapa waktu yang lalu, yang sempat menghilang.

Yuna hanya bisa terdiam. Menunggu apa yang akan Lucyver lakukan padanya. Namun tiba-tiba, terdengar suara ketukan 3 kali. Menghentikan momen tersebut secara total. Tentu saja hal tersebut membuat Lucyver sangat kecewa. Dan Yuna langsung tersadar dari lamunannya yang tidak biasa.

Lucyver berdiri.

King Lucyver : ("Benar-benar interupsi yang tidak menyenangkan!") "Siapa?"

Mrs. Clarissta : "Saya membawakan Anda makan siang."

Yuna juga langsung berdiri saat mendengar suara Ny. Clarissta bahkan terlihat panik. Yuna membangkitkan kaki-kakinya yang sudah tidak terasa lemas lagi. Tapi dikejutkan dengan rasa kesemutan yang menjalar di kakinya. Yuna merasa linu dan hampir membuatnya terjatuh.

Betapa mengesankannya. Lucyver langsung menahan tubuh Yuna dengan melingkarkan tangannya di pinggang Yuna dan berhasil membuat Yuna terkejut.

King Lucyver : "Ada apa denganmu?"

Yuna : "Ma-Maaf, Yang Mulia... Kaki saya kesemutan."

King Lucyver : "Apa maksudmu?"

Jawab Yuna dengan wajah yang meringis menahan sensasi linu di seluruh kakinya. Lucyver terlihat bingung. Kenapa tidak? Keturunan Vortexian mana mungkin mengerti dengan rasa kesemutan?

Tapi saat tangan Yuna meremas lengan baju Lucyver, ia hanya memahami bahwa Yuna memang sedang kesakitan.

Lucyver langsung berlutut di hadapan Yuna dan sambil memegang ke 2 kaki Yuna. Yuna mulai panik. Dan khawatir dengan apa yang akan dilakukan Lucyver.

Yuna : "Ja-Jangan, Yang Mulia Raja! Saya hanya butuh waktu untuk kembali normal..."

King Lucyver : "Jangan bicara. Aku tahu apa yang harus kulakukan."

Yuna : "Tapi, Ny. Clarissta bisa--"

King Lucyver : "Biarkan saja jika sampai Ny. Clarissta melihatnya. Karena aku memang sedang menolongmu."

Yuna langsung terdiam. Lucyver terlihat fokus sambil memegang kaki Yuna.

King Lucyver : "Leavirnoz!"

Dari tangan Lucyver keluar cahaya putih. Yuna merasakan sensasi yang menghangatkan. Yuna merasa terpana dengan kemampuan magis Lucyver yang baru pertama kali ia lihat.

Ny. Clarissta pun masuk dan melihat momen tersebut dari kejauhan. Dan memberikan isyarat tangan, agar para pelayan wanita di belakangnya untuk berhenti.

Mrs. Clarissta : "Berhenti dulu. Tunggu aba-aba dariku."

Ny. Clarissta mulai tersenyum karena momen tersebut. Ia merasa tidak ingin mengganggu momen tersebut.

Hanya membutuhkan beberapa menit saja, Lucyver baru saja menyembuhkannya. Rasa linu yang cukup menyiksa itu sudah menghilang. Seketika Lucyver memegang kepalanya untuk menahan rasa sakit yang sedikit menusuk kepalanya. Dengan masih berlutut untuk menutupi ekspresi meringisnya karena menahan rasa sakitnya.

King Lucyver : "Selesai. Bagaimana perasaanmu?"

Yuna : "Ya... Yang Mulia Raja. Saya sudah merasa lebih baik sekarang. Te-Terima kasih..."

Jawab Yuna dengan nada yang sedikit gugup. Sambil sedikit menggerakkan kakinya secara bergantian.

Lucyver menghela nafas dengan perlahan untuk mengontrol rasa sakitnya. Dan langsung berdiri, sambil memandangi Yuna dengan senyuman di wajah tampannya.

King Lucyver : "Manis sekali. Ini pertama kalinya kau berterima kasih padaku."

Yuna : "Sebenarnya, saya hanya mengalami kesemutan saja. Dan hanya perlu duduk sebentar saja. Yang Mulia Raja tidak perlu sampai melakukan hal tadi..." ("Walaupun sebenarnya, tadi itu kemampuan yang sangat hebat...")

Ucap Yuna sambil menundukkan wajahnya.

Seketika Lucyver tersenyum puas, karena ia baru saja mendengar isi pikiran Yuna.

King Lucyver : "Jadi kau tertarik dengan kekuatanku? Kau menyukainya ya?"

Yuna : ("Bagaimana dia bisa tahu?")

Yuna terkejut. Wajar saja, itu karena Yuna belum mengetahui kemampuan Lucyver dalam membaca pikiran seseorang yang dia inginkan.

King Lucyver : "Kalau kau mau, aku bisa menunjukkan kemampuan hebatku yang lain. Dari yang kecil sampai yang terbesar. Bahkan yang TERBAIK yang bisa kulakukan. Kau semakin tertarik ingin tahu?"

Goda Lucyver dengan berbisik, sambil mendekatkan wajahnya. Sontak saja membuat Yuna semakin terkejut, bahkan saat ia bisa merasakan nafas Lucyver yang menyentuh kulit wajahnya. Membuat jantungnya berdebar sangat kencang sambil terus menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan kegugupannya karena ucapan Lucyver.

Yuna : "Mu-Mungkin lain waktu, Yang Mulia Raja..."

King Lucyver : "Kenapa tidak sekarang saja? Aku siap menunjukkannya sekarang!"

Yuna : "Ti-Tidak, Yang Mulia Raja! Ma-Maksud saya, itu juga lain waktu saja..."

Jawab Yuna yang panik karena Lucyver terus berusaha menggoda Yuna hingga membuat wajahnya memerah. Lucyver menarik wajahnya lagi, menegakkan punggungnya dengan masih tersenyum puas dengan reaksi Yuna yang membuatnya mulai tertarik.

King Lucyver : ("Dia benar-benar wanita muda yang sangat menarik... Rasanya aku ingin sekali 'Mengigitnya' dan mencengkeramnya! Membawanya bersamaku disini! Lalu--")

Lucyver terlalu berlarut dalam imajinasinya sendiri, karena rasa kegemasannya pada Yuna bercampur dengan perasaan lainnya. Namun ia langsung tersadar jika ternyata itu berlebihan dan justru akan membuat Yuna mati lemas karena tenaga fisik Lucyver yang terlalu kuat untuk manusia biasa.

King Lucyver : ("Ah! Itu berlebihan. Ternyata sulit sekali untuk menahan hasrat yang semakin membesar ini...")

Lucyver menghela nafas dengan tenang.

King Lucyver : "Dengar. Aku tidak mengerti apa itu rasa kesemutan yang kau bicarakan. Tapi melihat dari wajahmu tadi, aku tahu jika itu cukup menyakitkan untukmu. Tentu saja sebagai Jo-- Ngh, maksudku! Sebagai rajamu, aku tidak bisa membiarkanmu sakit! Tidak ada salahnya jika aku menolongmu, bukan? Apalagi bahwa kau akan bekerja untuk melayani rajamu. Kau tidak kuijinkan sakit! Kau mengerti?"

Ucap Lucyver yang terdengar sedikit gugup. Dan hampir saja mengatakan 2 kata yang belum bisa ia ucapkan dihadapan Yuna. Yuna hanya bisa tertunduk.

Yuna : "Baik, Yang Mulia Raja. Saya mengerti..."

King Lucyver : "Jika kau sampai sakit, aku akan benar-benar membawamu ke kamar ini lagi! Dan mungkin akan berubah menjadi 'Dokter Pribadimu' hari itu juga! Bagaimana?"

Lucyver menggoda lagi. Semakin berhasil membuat Yuna gugup dan jantungnya berdebar kencang.

Yuna : "Ba-Baik, Yang Mulia Raja..! Saya mengerti juga..." ("Kenapa dia selalu seperti ini?")

Tiba-tiba, terdengar suara perut kosong Yuna yang terdengar nyaring bahkan Lucyver pun mendengarnya. Yuna terkejut dan malu. Sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Lucyver tersenyum puas dengan garis yang lebar.

King Lucyver : "Heh! Jadi kau sudah mulai lapar karena terlalu terkesan dengan kemampuan hebatku? Waktunya tepat. Ny. Clarissta! Masuklah sekarang. Aku tahu kau sudah berdiri disana sejak lama. Bawakan semua makanannya sekarang!"

Yuna : ("Ny. Clarissta sudah sejak tadi ada disini? Itu berarti beliau sudah melihat... Semuanya?")

Yuna kembali terkejut, dan hanya bisa semakin menundukkan wajahnya karena malu.

Ny. Clarissta hanya menghela nafas dengan halus, lalu memberikan aba-aba agar para pelayan wanita yang sejak tadi menunggu diluar, untuk segera membawa masuk makanannya. Ny. Clarissta bersama dengan beberapa pelayan wanita dibelakangnya pun masuk. Dan langsung memerintahkan para pelayan wanita menyajikan makanannya.

Mrs. Clarissta : "Maafkan saya, Yang Mulia Raja. Saya hanya... Tidak ingin mengganggu Anda."

Jawab Ny. Clarissta sambil tersenyum geli, meskipun ia menggunakan istilah lain untuk mengutarakannya. Namun sebenarnya, Ny. Clarissta cukup terkesan dengan momen manis tersebut. Dan makanan pun sudah tersaji di atas meja dengan apik.

King Lucyver : "Bagus! Yuna, duduk dan makanlah."

Pinta Lucyver sambil menatap Yuna.

Yuna : "A-Apa? Duduk dan makan?" ("Apakah itu harus? Aku hanya seorang pelayan wanita disini...")

Tanya Yuna dengan ragu. Lucyver tentu bisa mendengar keluhan manis Yuna, sampai membuatnya mengangkat 1 alis mata.

King Lucyver : "Ya! Ini sebuah keharusan dan perintah langsung dariku! Jangan lupa, aku adalah rajanya!"

Sontak Yuna terkejut karena lagi-lagi Lucyver sudah menebak isi pikirannya. Lalu, Ny. Clarissta menghampiri Yuna sambil memegang pundaknya.

Mrs. Clarissta : "Duduklah, Yuna. Tidak apa-apa. Kau ingat dengan pesanku, bukan?"

Yuna : "Ba-Baik, Nyonya..."

Yuna tidak memiliki pilihan lain lagi. Jika bukan karena ditambah bujukan lembut dari Ny. Clarissta, mungkin Yuna akan selamanya ragu untuk mengiyakan permintaan Lucyver.

Yuna pun duduk. Dan terlihat canggung. Lucyver pun duduk juga, dengan posisi menyamping sambil menyilangkan kakinya. Terlihat berkharisma. Bersebrangan dengan Yuna, dengan lebar meja marmer putih gading itu berukuran sekitar 6 meter.

King Lucyver : "Tuangkan anggurnya untukku." Makanlah, Yuna. Pilih apa saja yang kau sukai."

Seorang pelayan wanita menuangkan anggur merah dengan perlahan. Sedangkan, Yuna mulai bingung.

Yuna : "Tapi, bukankah semua ini untuk Yang Mulia?"

Tanya Yuna dengan sedikit menengok ke arah Lucyver.

King Lucyver : "Tadinya aku ingin menikmati makan siang bersama denganmu. Tapi ternyata, aku sudah cukup kenyang setelah merasakan momen manis denganmu tadi."

Ucap Lucyver dengan senyum puas sambil memandangi anggur di dalam gelas kristalnya. Wajah Yuna langsung memerah dan menundukkan wajahnya.

King Lucyver : "Jadi makananku ini hanya untukmu saja. Nikmatilah. Dan isi perutmu yang kosong itu. Bukankah kau masih memiliki pekerjaan lainnya? Atau kau masih tertarik menghabiskan waktu bersama denganku disini?"

Goda Lucyver dengan menunjukkan pesonanya. Wajah cantik Yuna semakin menunjukkan rona merahnya.

Yuna : "Ba-Baik, Yang Mulia Raja! Saya akan memakannya dan melanjutkan kembali pekerjaan saya..."

Jawab Yuna dengan nada yang gugup. Yuna sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Ia pun menghela nafas sejenak dan sup sebagai pilihan pertamanya. Yuna bahkan memasang kain serbet di atas pangkuannya. Lalu mengambil salah satu sendok yang memiliki ujung sendok yang sedikit besar dan menyendokkan sup kental tersebut dengan perlahan. Menyeruputnya dengan lembut tanpa suara. Yuna telah menunjukkan gesture saat di meja makan dengan sangat baik. Berhasil membuat Ny. Clarissta dan Lucyver sama-sama terkejut sekaligus terkesan.

Kemudian setelah sup, Yuna memilih hidangan berbahan dasar daging. Yuna memilih peralatan yang tepat. Kembali menunjukkan sikap terbaiknya lagi. Membuat Ny. Clarissta tersenyum bangga, sedangkan Lucyver sampai belum menyentuh anggurnya.

Setelah acara makan tenang yang dipenuhi kejutan, Yuna hanya menghabiskan 2 hidangan saja. Dengan serbet putih di atas pangkuannya, Yuna membersihkan sudut bibirnya dengan perlahan. Lalu, menghela nafas dengan halus.

Yuna : "Terima kasih atas makanan dan kemurahan hati Anda, Yang Mulia Raja. Apakah saya boleh kembali pada pekerjaan saya?"

Tanya Yuna sambil menundukkan pandangannya. Perasaanya sudah terasa lebih baik setelah makan, bahkan bisa sedikit melupakan momen yang sudah membuat wajahnya merah berkali-kali.

King Lucyver : "Baiklah, sesuai dengan janjiku sebelumnya. Kau sudah memenuhi perintahku. Dan... Kau boleh pergi sekarang."

Ucap Lucyver dengan sedikit kecewa, namun janji tetaplah janji. Meskipun ia ingin menahan Yuna lebih lama.

Yuna pun berdiri dari kursinya. Lalu memberikan salam hormatnya pada Lucyver dengan gesture yang lagi-lagi membuat Lucyver cukup terkejut.

Yuna : "Terima kasih, Yang Mulia Raja. Terima kasih, Ny. Clarissta. Saya permisi."

Yuna pun berlalu sampai akhirnya benar-benar meninggalkan kamar pribadi Lucyver.

King Lucyver : "Kau benar-benar sudah mengajarinya dengan sangat baik, Ny. Clarissta. Tapi, aku ingin segera memperkerjakannya."

Puji Lucyver.

Mrs. Clarissta : "Yang Mulia ingin secepatnya? Namun, Yuna masih membutuhkan banyak pembelajaran."

King Lucyver : "Aku tahu. Aku sudah merubah keputusanku sekarang. Aku ingin, Yuna bisa langsung bekerja mulai besok dan dia akan tetap bisa melanjutkan pembelajarannya bersama denganmu!"

Mrs. Clarissta : "Baiklah, jika memang itu keinginan Yang Mulia Raja. Saya akan segera menyiapkan seragamnya."

King Lucyver : "Ya! Lebih cepat, akan lebih baik!"

Ucap Lucyver dengan ekspresi sedikit kesal, karena teringat kembali dengan para pria yang selalu berantusias membicarakan Yuna sambil memujinya. Hal itu benar-benar sudah merusak suasana hatinya.

Jadi inikah bentuk kecemburuan Lucyver pada Yuna?

「 In One Of The Corridors Of The Varrzanian Palace 」

Sementara di tempat lain, Yuna sedang berjalan untuk kembali melanjutkan belajarnya yang sempat tertunda. Wajahnya terlihat lelah karena momen saat berada di kamar pribadi Lucyver.

Yuna : ("Kenapa Yang Mulia Raja sampai harus melakukan semua itu padaku? Aku jadi merasa sangat canggung... Bukankah aku hanya menjadi pelayan pribadinya saja, bukan?")

Gumam Yuna dalam hati.

Tiba-tiba di ujung jalan koridor itu, ia melihat seorang pelayan wanita yang sedang mengangkat satu keranjang penuh kain-kain di dalamnya. Dan terlihat sangat berat, Yuna bisa menebaknya dari ekspresi wajahnya yang kesulitan.

Yuna pun segera menghampiri pelayan wanita tersebut.

Yuna : "Kelihatannya berat. Bolehkah aku membantumu?"

Female Maid : "Aah? Bukankah kau Yuna? Pelayan wanita yang baru direkrut itu, bukan?"

Tanyanya dengan wajah yang terkejut.

Yuna : "Itu benar. Bisakah aku membantumu?"

Female Maid : "Tentu saja."

Jawabnya sambil menaruh keranjang besar itu di atas lantai sambil mengusap dahinya.

Female Maid : "Ini adalah tugas mencuci semua seragam dari divisi pasukan istana. Dan masih tersisa 3 keranjang besar lagi. Semuanya harus segera di cuci hari ini juga."

Ucap pelayan wanita itu yang terlihat kelelahan. Yuna merasa iba karenanya.

Yuna : "Kau melakukannya sendiri?"

Female Maid : "Sebelumnya tidak. Tapi 3 rekanku harus mengikuti kelas akademi setelah makan siang. Jadi hanya tinggal aku saja. Huuuuh, cukup melelahkan..."

Yuna : "Aku sedang tidak ada pekerjaan apa pun, aku akan membantumu."

Female Maid : "Aah, benarkah? Aku jadi sangat terbantu sekarang. Terima kasih, Yuna."

Respon pelayan wanita itu dengan wajah yang senang dan lega.

Yuna : "Kalau begitu, kemana aku harus membawa keranjang ini?"

Female Maid : "Hanya tinggal belok ke kiri saja. Disanalah tempat untuk mencuci."

Ucapnya sambil menunjukkan arahnya.

Yuna : "Baiklah. Akan kukerjakan sekarang."

Female Maid : "Aku benar-benar tertolong. Sekali lagi, terima kasih, Yuna."

Yuna menjawab dengan tambahan memberikan senyumannya sambil mengangkat keranjang tersebut. Dan berlalu menuju arah yang sudah ditunjukkan. Yuna cukup terkejut dengan jumlah seragam di dalam keranjang tersebut.

Hanya baru beberapa langkah, Yuna mulai merasa kelelahan.

Yuna : "Ternyata keranjang ini berat juga. Kasihan sekali pelayan wanita tadi jika harus mengerjakannya sendirian."

Yuna masih membawanya dengan sangat berhati-hati. Tangannya mulai terasa lemas. Ia tidak mengira akan terasa seberat ini.

Yuna : "Jika saja ada alat yang bisa mempermudah membawa keranjang ini... Ini jadi mengingatkanku dengan gerobak kecil andalanku saat harus memupuki ladang Rosalina Berry. Itu sangat membantuku."

Yuna terpaksa berhenti dan meletakkan keranjangnya, sambil mengatur nafasnya.

Yuna : "Huuuh, melelahkan juga... Jadi seperti ini rasanya bekerja di istana?"

Ucap Yuna sambil mengusap dahinya yang sedikit lembab.

Tiba-tiba, Yuna dihampiri oleh 2 orang pria yang ternyata berasal dari divisi pasukan istana.

Guardian 1 : "Permisi, apakah kau yang bernama Yuna?"

Yuna langsung menolehkan pandangannya pada ke 2 pria yang memiliki tubuh yang tinggi dan mengenakan separuh baju jirah hitam yang melekat. Mereka pun memberikan senyumannya pada Yuna sebagai salam perkenalannya.

Yuna : "Ya, saya Yuna. Siapa kalian?"

Guardian 2 : "Kami dari divisi pasukan istana. Jadi kau pelayan wanita yang baru direkrut itu ya? Waah, ternyata benar, kau secantik yang dikatakan banyak orang. Senang bertemu denganmu."

Puji penjaga tersebut, dan berhasil membuat Yuna terkejut. Membuat wajah putihnya mulai memperlihatkan rona kemerahan di pipinya.

Yuna : "I-Iya... Senang bertemu dengan kalian juga."

Namun karena momen ini, ada seseorang yang langsung merasa kesal saat mendengarnya dari ruang yang lain. Yang jauh dari Yuna. Itu adalah Lucyver. Yang secara sengaja memerintahkan naga kecilnya Aetheroz untuk mengikuti Yuna setelah acara makan siang itu. Dan kekhawatirannya pun sudah terjadi lagi.

King Lucyver : "Lagi-lagi seperti ini! Tidak bisa kubiarkan!"

Lucyver beranjak dari tempatnya. Berjalan dengan langkah yang tergesa-gesa, bersamaan dengan wajahnya yang diliputi rasa kesal. Jadi kecemburuannya sudah kembali memanggil hatinya?

Demi mempersingkat waktu, Lucyver menggunakan kekuatan magisnya hingga membuat ke 2 mata merahnya bersinar dan terciptalah sebuah gerbang portal yang hitam. Lucyver pun masuk ke dalamnya. Dan hanya hitungan detik, Lucyver sudah tiba di tempat dimana ia merasakan kecemburuannya membesar.

Lucyver masih bisa mendengarkan pembicaraan mereka sambil berjalan.

Guardian 1 : "Bolehkah kami membantu membawakanmu keranjang ini? Tidak tega juga melihat wanita muda secantik dirimu harus membawa keranjang seberat ini."

Yuna : "Oh, ba-baiklah. Jika itu tidak merepotkan Tuan-Tuan sekalian."

Guardian 2 : "Kau tinggal di asrama khusus pelayan wanita, bukan? Apakah sesekali kau juga mau mengunjungi asrama kami? Aku bisa membawamu berkeliling."

Guardian 1 : "Jika ada waktu, aku juga ingin menunjukan kehebatan divisi pasukan istana. Kau mau'kan?"

Yuna : "Ngh, itu..."

King Lucyver : "Jika aku tidak mengijinkannya, apa yang akan kalian berdua lakukan?"

Yuna dan ke 2 penjaga itu sama-sama terkejut saat mendengar suara Lucyver yang hadir di tengah-tengah perbincangan mereka. Sambil melemparkan pandangan dingin Lucyver yang menjadi ciri khasnya.

Sontak saja, ke 2 penjaga itu juga Yuna langsung menundukkan wajahnya karena panik.

Guardian 1 : "Yang Mulia Raja..! Kami hanya sedikit berbincang dengan pelayan wanita baru."

King Lucyver : "Dia bukan hanya pelayan wanita baru! Tapi dia akan menerima kehormatan terbaik untuk melayaniku! Jadi jaga sikap kalian di hadapannya! Dan kembalilah ke tempat kalian!"

Ke 2 penjaga itu terkejut saat mendengar bahwa Yuna adalah pelayan pribadi raja. Tentu saja hal tersebut membuat mereka semakin tidak akan bisa berbuat apa-apa.

Guardian 2 : "Ma-Maafkan kami, Yang Mulia Raja..."

Guardian 1 : "Ka-Kami akan segera pergi..."

Sambil memberikan salam hormat, ke 2 penjaga itu langsung pergi tanpa menoleh lagi. Lucyver hanya bisa menatap punggung-punggung mereka yang semakin menjauh dengan 1 alis mata yang terangkat.

King Lucyver : ("Beraninya mereka! Mendekati calon ratuku!")

Lucyver membalikkan punggungnya lagi. Dan kali ini ia melemparkan pandangan dingin nan emosionalnya pada Yuna yang menundukkan wajahnya.

King Lucyver : "Kau benar-benar tidak bisa kubiarkan sendiri! Katakan! Pekerjaan apa yang harus kau kerjakan hari ini? Aku harus mengawasimu!"

Yuna cukup terkejut saat mendengar kalimat terakhirnya. Lucyver mau mengawasi Yuna bekerja? Atau khawatir jika ada yang mendekatinya lagi? Kelihatannya, perasaan menjadi posesif mulai memperkenalkan dirinya pada hati Lucyver. Baru kali ini terjadi.

Yuna : "Saya harus mencuci semua seragam-seragam ini, hari ini juga."

King Lucyver : "Lalu?"

Yuna : "Saya harus menjemurnya juga."

Yuna mulai merasa bingung. Apa yang terjadi pada Lucyver? Itulah yang ia pikirkan awalnya.

Lucyver melihat keranjang penuh dengan seragam yang tergeletak begitu saja. Tanpa ragu, Lucyver mengangkat keranjang itu dengan mudahnya. Bagaimana tidak? Keturunan Vortexian memang memiliki fisik yang kuat.

King Lucyver : "Biar aku yang membawakannya!"

Lucyver hanya berlalu begitu saja, yang semakin membuat Yuna semakin bingung dengan tingkah Lucyver yang menurutnya tidak wajar. Yuna hanya masih terdiam di tempatnya berdiri.

King Lucyver : "Kenapa kau diam saja disana?!"

Yuna : "Ah! Ba-Baik!"

Yuna segera menyusul Lucyver dengan berlari setelah mendengar nada tinggi Lucyver.

「 The Palace Wash Open Room 」

Ternyata Lucyver juga tahu dimana area mencuci itu. Terlihat tidak ada siapa pun dan cukup terbuka. Sangat nyaman untuk dijadikan tempat mencuci baju dengan air yang terus mengalir dari sebuah saluran terbuka berukuran besar.

King Lucyver : "Kau ingin aku meletakkan keranjang ini dimana?"

Yuna : "Di dekat saluran air itu saja."

Jawab Yuna dengan ragu. Lucyver langsung menuju tempat yang ditunjuk Yuna dan meletakkan keranjang tersebut.

King Lucyver : "Kerjakan pekerjaanmu sekarang! Aku akan berada di belakangmu."

Yuna : "Tapi, sebaiknya Yang Mulia Raja kembali saja ke istana."

King Lucyver : "Bagaimana jika tetap tidak? Apa kau akan tetap berpikir untuk menolaknya?"

Tanya Lucyver dengan sedikit nada tegas. Dan Yuna hanya bisa menundukkan kepalanya, memilih untuk patuhi saja. Lucyver pun berlalu begitu saja. Dan mengambil satu spot agar ia bisa mengawasi Yuna. Lucyver bersandar di salah satu pilar di bawah bayangan dengan ke 2 tangannya menyilang.

Yuna mulai merasa tidak nyaman, karena seorang raja sedang mengawasinya. Tapi Yuna tidak memiliki pilihan lain. Yuna pun menghela nafas sejenak.

Yuna : ("Apa boleh buat...")

Yuna mulai menggulung lengan bajunya hingga melewati setengah bagian sikunya, lalu menggulung rambutnya ke atas agar terasa nyaman. Saat itu pun, Lucyver terpana saat melihat Yuna menggulung rambut panjangnya.

Yuna pun langsung memulai pekerjaannya. Beruntungnya ia bisa menemukan sabun dan alat sikat yang memiliki pegangan dari kayu. Satu persatu, Yuna mulai mencuci seragam-seragam itu. Kegiatan mencuci bukanlah hal yang tabu bagi Yuna selama tinggal di Desa Rashvarrina.

Dengan terampil, Yuna menyikat, membasahinya, di bolak-balikan dan terakhir adalah pembilasan beberapa kali.

Dari kejauhan, Lucyver terkesan dengan cara Yuna mencuci. Bahkan wajah Yuna terlihat tidak jenuh atau lelah. Lebih tepatnya, Yuna sangat menikmati pekerjaan mencucinya meskipun dalam jumlah yang banyak.

Lucyver bahkan memperhatikan sorot mata Yuna yang melembut dan terlihat sedikit senyuman di wajah yang menyamping itu. Membuat jantung abadinya berdebar kencang.

Ternyata, Yuna menyelesaikannya lebih cepat. Ia merasa puas sambil menyeka dahinya yang basah karena terciprat air.

Yuna : "Selesai juga. Tapi..."

Sekarang Yuna menjadi bingung, bagaimana caranya ia harus membawa keranjang penuh pakaian basah dan berat ke area penjemuran?

King Lucyver : "Biar aku saja yang melakukannya!"

Tanpa berpikir lagi, Lucyver langsung mengangkat keranjang penuh pakaian basah. Yuna terkejut bukan karena Lucyver yang secara tiba-tiba muncul, tapi karena hal lain.

Yuna : "Ja-Jangan, Yang Mulia! Atau--"

King Lucyver : "Atau apa?"

Yuna : "Atau pakaian dan jubah kerajaan Yang Mulia akan basah semuanya..."

Benar saja, karena air dari pakaian basah yang merembes ke lubang-lubangnya, membuat sebagian pakaian Lucyver basah. Tapi Lucyver hanya tersenyum sinis.

King Lucyver : "Ini tidak masalah buatku. Kecuali kalau kau mau mambantuku menggantikan pakaianku. Terdengar menarik untuk dicoba. Bagaimana?"

Sontak saja, hal tersebut berhasil membuat wajah Yuna memerah.

Yuna : "Ma-Maaf, Yang Mulia Raja! Bu-Bukan seperti itu maksud saya!"

Ucap Yuna dengan terus menundukkan wajahnya karena malu. Lucyver merasa puas dengan reaksi Yuna setelah menggodanya.

King Lucyver : "Kalau begitu, jangan mencoba menasehatiku lagi. Aku rajanya disini."

Lucyver berlalu begitu saja dengan membawa wajah penuh percaya dirinya. Membiarkan Yuna larut dalam keterkejutan dan kebingungannya. Dan memilih membiarkan Lucyver melakukannya lagi.

「 Open Area For Drying Clothes 」

Menuju area terbuka untuk menjemur pakaian. Yuna merasa takjub dengan luasnya area tersebut. Dengan sorot matahari yang menyinari setiap sudutnya tanpa celah. Tiang-tiang besi yang cukup tinggi berjajar dengan rapi, saling terhubung dengan untaian tali tambang berukuran sedang dan terlihat kokoh. Sangat cocok untuk menjemur apa pun.

Area itu pun dikelilingi pepohonan yang terlihat rimbun dan tertata dengan rapi. Yuna bisa merasakan angin yang datang dari arah mana pun.

Lucyver meletakkan keranjang penuh pakaian basah itu hingga terdengar suara yang cukup keras.

King Lucyver : "Sekarang, selesaikan pekerjaanmu! Aku akan mengawasimu dari belakang lagi"

Yuna : "Baik, Yang Mulia."

Lucyver berlalu lagi. Meskipun Yuna harus merasa canggung lagi, ia harus tetap melakukannya. Yuna kembali menghela nafas yang kali ini terdengar sedikit berat.

Yuna : ("Baiklah, Yuna. Selesaikan saja ini... Agar kau bisa kembali belajar...")

Satu persatu, Yuna mulai menjemur pakaian basahnya dan menggantungnya di antara tali tambang yang tingginya hanya berbeda beberapa centi dengan tinggi Yuna.

Namun perlahan, saat angin datang dengan hembusan yang lembut, Yuna semakin menikmati pekerjaan yang satu ini. Bahkan sambil sesekali menyanyi kecil.

Lucyver yang melihat dari kejauhan, kembali terpesona dengan nyanyian kecil Yuna yang terdengar merdu dan lembut. Bahkan saat angin menerbangkan rambut samping Yuna yang sekaligus memancarkan kecantikannya, seketika jantung abadinya berdebar kencang.

Tanpa disadari, Lucyver berjalan dengan sendirinya. Mendekati Yuna yang tengah larut dalam pekerjaannya. Hingga muncullah perasaan ingin menyentuhnya.

Namun Yuna menyadari kehadiran Lucyver yang sudah berada di dekatnya saat akan mengambil pakaian basah lainnya. Kontak mata mereka bertemu lagi.

Yuna : "Yang Mulia Raja? Apa ada sesuatu?"

Lucyver mulai merasa gugup dan mungkin akan tampak konyol jika saja sedang berhadapan dengan saudarinya. Demi menjaga kewibawaannya, Lucyver memasang wajah seriusnya.

King Lucyver : "Kau terlalu lambat! Aku tidak tahan melihatnya. Aku... Sepertinya harus membantumu. Katakan padaku, bagaimana caranya?"

Yuna terkejut. Kenapa jadi seperti ini?

Yuna : "Ngh, apa tidak apa-apa jika Yang Mulia melakukannya? Maksud saya, karena Yang Mulia adalah seorang Raja Varrzanian yang terhormat. Sebaiknya, biar saya yang menyelesaikannya sampai selesai."

Lucyver seperti merasa sedikit cambukan keterkejutan saat mendengar ucapan Yuna.

King Lucyver : "Katakan saja..! Tunjukkan caranya padaku..!"

Ucap Lucyver yang sedang berusaha menutupi rasa gugupnya. Hingga membuat Yuna cukup terkejut.

Yuna : "Ba-Baik, Yang Mulia Raja! Se-Seperti ini caranya..."

Yuna pun memperlihatkan cara menjemur pakaian basah. Hanya beberapa langkah yang sederhana.

King Lucyver : "Jadi hanya seperti itu saja? Hanya dengan kekuatan magis saja, aku bisa menyelesaikannya lebih cepat."

Ucap Lucyver dengan penuh percaya diri.

Yuna : "Ngh, sebaiknya jangan, Yang Mulia. Kita tetap harus menggunakan tangan sampai dengan selesai. Karena inilah tahap terakhir mencuci. Dan akan menghasilkan pakaian yang lebih bersih dan segar. Agar mereka yang memakainya akan terasa lebih nyaman. Karena dikerjakan dengan sepenuh hati."

Jelas Yuna, bahkan sambil menunjukkan senyum tipisnya pada Lucyver yang membuatnya terpana. Tapi setelahnya, raut wajahnya berubah lagi. Dengan 1 alis mata terangkat.

King Lucyver : "Tapi apakah kau sadar, bahwa pekerjaan seperti ini membutuhkan banyak tenaga? Kau tidak akan bisa melakukan pekerjaan lainnya!"

Ucap Lucyver, yang terdengar seperti mencemaskan Yuna.

Yuna : "Saya tahu, Yang Mulia. Pekerjaan ini memang sangat berat. Tapi akan berbeda jika dilakukan bersama-sama. Dan setelah ini selesai, kita akan merasakan satu kepuasan tersendiri. Dan saya tidak akan bisa mengeluhkan rasa lelahnya. Karena pekerjaan ini sedang saya nikmati dengan sepenuh hati."

Ucapnya, sambil menjemur 1 pakaian basah. Wajahnya tersenyum saat melihat pakaian basah itu tergantung dengan rapi.

Lucyver kembali merasakan debaran jantung abadinya yang mulai mengisyaratkan 1 perasaan yang manis. Seketika itu pun, senyum itu tergambar di wajah dingin Lucyver.

King Lucyver : ("Kau wanita yang luar biasa, Yuna... Kau pasti memang benar Jodoh Terikatku...")

Lucyver langsung menggulung lengan bajunya hingga setengahnya. Memperlihatkan otot lengan bawahnya dengan jelas. Lalu Lucyver mengambil satu pakaian basah dan mulai menjemurnya seperti yang sudah Yuna tunjukkan caranya. Tanpa berpikir lagi untuk menggunakan kekuatan magisnya.

Dan pekerjaan ini pun selesai. Di ujung jauh matanya, Lucyver melihat Yuna yang tengah memandangi barisan pakaian basah tersebut yang bergoyang ke depan dan belakang mengikuti arah angin. Yuna terlihat sedang menghela nafas dan memasang ekspresi senangnya.

Lucyver terpikirkan sesuatu saat melihat rambut Yuna yang sejak tadi menggulung. Dengan menggerakkan sedikit jarinya, langsung membuat rambut panjang Yuna terlepas dari gulungannya. Tergerai dengan indahnya dengan belaian lembut angin yang menerbangkannya. Yuna terlihat semakin cantik.

Yuna terkejut, kenapa rambutnya bisa tiba-tiba terlepas. Sedangkan Lucyver tersenyum dari kejauhan.

King Lucyver : "Hmm, begitu lebih baik. Aku akan selalu menyukai rambut panjangmu."

「 To The Varrzanian Palace Library 」

Pekerjaan mencuci mungkin sudah selesai, masih tersisa cukup waktu bagi Yuna untuk melanjutkan belajarnya yang sempat tertunda. Namun sayangnya, Lucyver masih mengikuti Yuna. Membuatnya semakin canggung.

King Lucyver : "Jadi kau akan pergi ke perpustakaan istana? Aku akan tetap mengawasimu dan menunggu sampai kau selesai. Jangan pernah berpikir untuk memintaku pergi!"

Ucap Lucyver yang berjalan di belakang Yuna sejak tadi. Yuna tidak bisa menjawab apa-apa dan kembali membiarkan semuanya terjadi. Bahkan kedatangan Lucyver ke Perpustakaan Istana cukup menarik banyak perhatian para penjaga sampai pelayan wanita yang tercengang. Karena hal tersebut jarang terjadi.

Lucyver mengikuti Yuna sampai ke meja yang Yuna tinggalkan, masih dengan buku-buku yang tetap berada di tempatnya. Lucyver memilih untuk duduk di kursi yang lain dengan jarak yang cukup jauh agar tetap bisa mengawasi Yuna.

Yuna lagi dan lagi harus menghela nafasnya.

Yuna : ("Baiklah, Yuna. Jangan pikirkan apa pun... Sekarang aku harus fokus dengan belajarku...")

Yuna pun duduk dan melanjutkan kembali membaca buku yang belum ia selesaikan.

Dari kejauhan, sambil menyandarkan kepalanya dengan satu tangan yang mengepal, Lucyver lagi-lagi dikejutkan dengan kemampuan Yuna lainnya. Buku-buku itu semakin bertumpuk dan yang lainnya masih tetap terbuka.

Yang Lucyver perhatikan hanya mata biru Yuna yang fokus dan sibuk melihat isi buku-buku tersebut secara bergantian. Beralih ke buku kanan, lalu ke kiri. Bahkan Yuna membuka lagi buku yang lainnya atau mencari buku lainnya dari rak.

King Lucyver : ("Apa seperti ini caranya belajar? Jika kuperhatikan sikap itu, Yuna terasa mirip seperti...")

Lucyver mulai teringat dengan sang ayah. Ya, itu benar. Cara belajar Yuna mengingatkan Lucyver dengan cara Vrannver dan Lucyver juga ingat dengan cara itu pun Vrannver mengajarkannya untuk disiplin dengan ilmu apa pun.

Masa muda yang cukup berat bagi Lucyver. Yang saat itu, ia mau saja belajar, namun lebih tertarik dengan seni perang dan senjata. Dan ekspresi dingin nan seramnya sang ayahlah yang sulit ia lupakan saat memintanya untuk belajar dengan metode itu. Kenangan yang mengesankan meskipun harus meninggalkan kesan yang tidak sesuai dengan ekspektasinya.

Tapi saat ini, Lucyver hanya memperhatikan wajah penuh ketenangan Yuna dibalik kecantikannya.

King Lucyver : ("Bukankah pekerjaan mencuci tadi baru saja menguras tenaganya? Tapi Yuna masih bisa terlihat menikmati waktu membacanya... Apakah ini terhitung salah 1 keistimewaannya?")

Puji Lucyver di dalam benaknya, sambil terus menunggu dan menikmati ekspresi Yuna yang membuatnya ikut tenang.

Tidak lama kemudian, Yuna selesai. Ia langsung menutup buku terakhirnya, lalu meregangkan ke 2 tangannya ke atas. Wajahnya terlihat sangat senang.

Yuna : "Aah... Selesai juga."

Yuna menghembuskan nafasnya dengan halus.

King Lucyver : "Kau sudah selesai? Sekarang apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

Tanya Lucyver yang ternyata sudah berada di depan meja. Yang dengan kekuatan magisnya, menggerakkan semua buku-buku yang baru saja Yuna baca, kembali ke tempatnya masing-masing.

Yuna cukup terkejut dan langsung menundukkan wajahnya.

Yuna : "Setelah ini, saya harus kembali ke kamar untuk beristirahat."

King Lucyver : "Hmm, di Asrama Pelayan Wanita ya? Sekarang berdirilah dan segera pergi. Aku akan mengikutimu sampai ke kamarmu untuk yang terakhir kalinya. Dan membiarkanmu beristirahat."

Yuna : "Baik, Yang Mulia..."

Ucap Yuna dengan membawa perasaan lelah bercampur canggungnya. Ia dan Lucyver pun meninggalkan gedung tersebut. Dan ternyata, hari sudah gelap. Yuna baru menyadarinya, bahwa ternyata ia sudah cukup lama menghabiskan waktu di perpustakaan istana.

Lucyver tetap mengikuti Yuna dari belakang sampai ke area asrama. Kembali memancing banyak perhatian, khususnya para pelayan wanita yang terkejut dengan kehadiran Lucyver di gedung Asrama Pelayan Wanita Istana.

Ada yang terkejut, tidak sedikit juga yang mengagumi ketampanan Lucyver dan sebagiannya yang bahkan membicarakan Yuna.

Lucyver tidak berpura-pura tuli begitu saja. Ia bahkan langsung melemparkan tatapan mata merah dinginnya pada pelayan wanita yang membicarakan Yuna dalam hal keburukannya. Sontak saja langsung menciutkan pelayan wanita tersebut.

Sedangkan Yuna, hanya terus berjalan dan tidak ingin menghiraukan yang lainnya karena rasa lelahnya yang terus menggelayuti pundak dan punggungnya.

「 Palace Maid's Dorm - In Front Of Yuna's Room 」

Sekarang mereka tepat berada di depan pintu kamar Yuna. Yuna pun membalikkan tubuhnya dengan masih menundukkan wajahnya yang lemas.

Yuna : "Baiklah, Yang Mulia. Kita sudah sampai di kamar saya. Bolehkah saya masuk untuk beristirahat?"

King Lucyver : "Baiklah, sesuai dengan janjiku. Dan satu hal terakhir. Mulai besok, kau akan langsung bekerja padaku! Aku sudah mengatakannya pada Ny. Clarissta. Meskipun kau sudah bekerja sebagai pelayan pribadiku, kau masih tetap bisa melanjutkan belajarmu. Kau mengerti?"

Yuna terkejut di dalam hatinya, meskipun wajahnya terlihat tidak menunjukkan tanda apa pun karena terlalu lelah.

Yuna : "Baik, Yang Mulia."

King Lucyver : "Sekarang masuklah ke kamarmu. Aku akan menunggumu besok."

Lucyver langsung saja berlalu. Yuna hanya bisa sedikit mengintip punggung tegap Lucyver yang semakin menjauh. Dan Yuna pun langsung masuk ke dalam kamarnya.

Hal pertama yang ia tuju adalah tempat tidurnya. Yuna langsung merebahkan seluruh tubuhnya yang terasa lelah. Membiarkan rasa nyaman memenuhi punggungnya.

Yuna : "Lelah sekali..."

Sejenak Yuna memejamkan matanya. Tapi seketika itu pun, ia teringat dengan semua sikap Lucyver yang dianggapnya tidak biasa.

Yuna : "Ada apa dengan Yang Mulia ya..? Kenapa dia sampai bersikap seperti itu..? Menyembuhkan kakiku yang kesemutan, membantu menjemur pakaian basah sampai dengan menungguku sampai dengan selesai... Selalu mengikutiku... Apa yang sebenarnya dia inginkan..?"

Yuna terlalu lelah untuk memikirkannya.

「 In Front Of Lucyver's Private Room 」

Saat Lucyver akan menuju kamar pribadinya, di depan pintu gandanya, ia sedang di hadang Lucyanna yang sedang tersenyum puas, tengah bersandar. Lucyver cukup terkejut, namun merasa kesal.

Tiba-tiba, Lucyanna menunjukkan aksen tangan mungil seekor anak anjing di hadapan Lucyver dengan menggemaskan.

Lady Lucyanna : "Woof! Woof! Itu manis sekali, saudaraku! Ahahaha!"

Lucyver sontak terkejut hebat, karena Lucyanna sedang mencibirnya sebagai 'Anak anjing yang mengikuti wanita muda cantik'. Begitu mudahnya, tepat sasaran.

Lucyanna langsung tertawa lepas dan berlalu meninggalkan Lucyver yang terlihat sangat malu. Benar-benar langsung menjatuhkan kewibawaannya sebagai raja. Lucyver pun menjadi geram tanpa berkomentar apa pun dan langsung masuk ke kamar pribadinya.