webnovel

Miracle For Dark Lord

Yuna harus bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukan pamannya. Satu kesalahan fatal yang seharusnya membawa sang paman menuju hukuman mati. Dan Yuna menjadi jaminan agar keluarganya selamat. Ia pun dibawa ke istana dimana seorang Raja misterius yang memiliki sebutan Matahari Dalam Kegelapan tinggal. Dan dari situlah, perjalanan nasib Yuna akan dimulai setelah pertemuan pertamanya dengan Sang Raja. Hingga terkuaklah satu persatu rahasia dari Yuna yang tersembunyi.

Kristina_Anjani · Fantasi
Peringkat tidak cukup
20 Chs

11. One Small Step Towards A Fatal Mistake - First Step

Yuna : "Kau sedang belajar untuk memahami penderitaan orang lain..?"

Mysterious Man's Voice : "Itu benar... Dan aku pertama kali mempelajarinya darimu... Kau menunjukkanku rasa sakitmu, rasa takutmu, rasa kesedihanmu dan rasa bahagiamu..."

Yuna : "Itu terdengar bagus..."

Yuna tersenyum lebih baik dari sebelumnya.

Mysterious Man's Voice : "Kau tersenyum lagi..? Aku bisa merasakannya..."

Yuna : "Ya... Aku tersenyum... Karenamu, aku merasa lebih baik. Aku bisa merasakan rasa takutku mulai berkurang..."

Balas Yuna dengan senyum namun wajahnya terlihat menyimpan kesedihan.

Mysterious Man's Voice : "Ada yang tidak wajar dari senyumanmu... Aku tidak yakin kau baik-baik saja..."

Yuna membaringkan tubuhnya dalam posisi menyamping. Membiarkan kepalanya merasakan kenyamanan menyeluruh dari bantal putih itu.

Yuna : "Benarkah? Apakah mungkin karena aku terlalu lelah?"

Mysterious Man's Voice : "Kalau begitu, tidurlah... Semoga perasaanmu membaik..."

Yuna : "Terima kasih..."

Yuna menutup kedua matanya.

Yuna : "Aku tidak tahu siapa kau, tapi... Terima kasih..."

Mysterious Man's Voice : "Tidurlah... Aku akan meninggalkanmu..."

Yuna : "Ya... Selamat malam..."

Yuna tidak bisa mendengar suara pria misterius itu lagi. Yuna membuka setengah matanya. Wajahnya berubah menjadi kesedihan. Air mata pun keluar begitu saja, tidak tertahankan. Akhirnya, Yuna kembali menangis dengan suara terisak-isak. Sambil menutup mulutnya lagi. Menahan suara terisaknya yang menyedihkan. Tubuhnya meringkuk. Terlihat gemetar.

Meskipun ia mengakui perasaannya membaik, namun di hatinya yang terdalam, Yuna tidak bisa membohonginya. Ia masih terus dihantui rasa takut dan cemas, karena kilas balik kejadian yang masih membekas. Tidak ada yang ia pikirkan, selain memikirkan perasaan ayahnya.

Yuna sedang tidak baik-baik saja. Malam itu, Yuna ditemani dengan air mata.

「 In Lucyver's Private Room 」

Di ruang yang temaram, Lucyver tengah berbaring di atas ranjangnya dengan posisi menyamping. Wajahnya termenung. Memegang dada kirinya.

King Lucyver : "Tidak... Kau tidak sedang baik-baik saja..." ("Jadi seperti inikah perasaan murni dari seorang manusia biasa..? Apakah seperti ini juga kelebihan mereka dalam menyembunyikan perasaan mereka yang sebenarnya..? Ibu... Aku tidak pernah tahu jika rasanya akan sesakit ini... Kenapa kau tidak bisa memberitahuku sebelumnya..?")

Lucyver menundukkan wajah dalam renungannya.

Meskipun ia telah lulus dari ujian berat yang diberikan sang ayah, Lucyver masih bisa merasakan sesuatu yang belum terjawab. Terganjal di dalam jantung abadinya.

Sedikit cerita. Keturunan Vortexian adalah keturunan yang di bawah naungan Dewa Lucifer, yang di anugerahi banyak kemampuan, stamina yang lebih kuat, usia yang lebih panjang, awet muda, fisik yang cantik dan tampan dan keseluruhannya adalah memiliki mata berwarna merah.

Ciri khas kepribadian mereka adalah sikapnya yang dingin dan tegas. Mereka bisa bersikap kejam bahkan sadis. Tidak bisa merasakan iba dan sedih.

Apakah mereka bisa merasakan cinta?

Keturunan Vortexian bisa merasakan cinta, hanya pada saat mereka akan dipertemukan dengan Jodoh Terikatnya, yang disampaikan langsung oleh Dewa Lucifer. Dan sebagian kecil Ratu Varrzanian adalah berasal dari ras manusia. Tentunya, Dewa Lucifer tidak sembarangan memutuskan saat menentukan Jodoh Terikat untuk setiap keturunan Vortexian.

Setelah dinikahi oleh keturunan Vortexian, wanita manusia dan keluarganya yang memiliki darah yang sama akan di anugerahi kelebihan yang serupa. Dengan tujuan untuk memperpanjang garis keturunan Vortexian. Dan salah satu hadiah teristimewanya adalah di anugerahi jantung abadi yang sama, serupa dimiliki 100 persen keturunan murni Vortexian.

Namun, Lucyver telah diwariskan sebagian kecil jantung mendiang ibunya. Dimana semua perasaan manusia dapat ia rasakan. Tentu saja hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan kepribadian murninya sebagai keturunan Vortexian.

Itulah ujian terberat sekaligus dilema bagi seorang pria dingin dan kejam seperti Lucyver.

「 Somewhere In The Domain Of The Varrzanian Kingdom 」

Di tengah malam, di suatu wilayah kekuasaan Kerajaan Varrzanian, suasananya sedikit sunyi. Salah satu distrik yang terlarang di masuki selain dari pihak Kerajaan Varrzanian. Sudah lebih dari 10 tahun distrik tersebut masih berdiri.

Di sebuah tenda yang besar dan kokoh, seorang pria paruh baya berseragam kerajaan sedang duduk dan terlihat gelisah, dahinya mengkerut, saat melihat kertas-kertas bertanda-tangan Raja Vrannver yang memenuhi meja kerjanya. Pria ini di panggil Komandan Distrik.

Raut wajahnya terlihat kecewa. Di tenda pribadinya itu, dia tidak sendirian. Terdapat seorang pria lainnya. Seorang prajurit senior, yang memimpin unit khusus distrik.

Sang Komandan Distrik tiba-tiba terlihat geram.

District Commander : "Tidak bisa kupercaya!!"

Sang Komandan Distrik menggebrak meja kerjanya dengan pukulan tangan yang keras. Sontak saja membuat prajurit senior yang ada di dekatnya terkejut dengan reflek kemarahan pimpinannya.

District Commander : "Aku tidak mengerti lagi dengan mantan Raja Varrzanian itu! Aku terlalu sering mengajukan surat permohonan untuknya dan tidak ada satu pun jawaban yang memuaskan! Dan sekarang, setelah Kerajaan Varrzanian sudah mengangkat raja yang baru, permohonan itu pun tidak ia jawab!!! Apa yang sebenarnya yang dia inginkan?! Aagh!"

Geram Sang Komandan Distrik penuh emosi. Membuat pimpinan unit yang bersamanya semakin terkejut dan mulai takut. Dan hanya bisa terdiam.

District Commander : "Distrik ini akan menguntungkan Kerajaan Varrzanian lebih besar setiap tahunnya! Bagaimana tidak?! Disini terdapat tambang batu berlian violet yang langka dan sangat berharga! Dan itu juga akan menguntungkan kita semua! Dan sejak Raja Vrannver berhasil menguasainya, sampai dengan detik ini, sampai dengan dinobatkannya raja yang baru, distrik ini seolah diabaikan begitu saja!! Ini benar-benar membuatku muak!! Kau juga setuju, bukan?"

Unit Lead Soldier : "I-Iya, Pak! Sa-Saya setuju..."

Jawabnya dengan keterpaksaan. Tiba-tiba, seseorang memasuki tendanya. Melewati bayangan pintu. Dia adalah seorang wanita keturunan bangsawan, memakai jubah agar bisa menutupi identitasnya.

Noble Lady : "Tenangkan dirimu, Komandan Distrik Yang Terhormat. Kau tidak perlu semarah itu."

Ucap wanita bangsawan itu dengan nada yang lembut sambil membuka tudung bagian kepala jubahnya. Wajahnya tersenyum, matanya tajam berwarna kuning dan berwajah pucat. Bibirnya merah seperti bunga mawar yang baru merekah, tersenyum dengan garis yang sempurna.

District Commander : "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau sampai datang di tengah malam seperti ini?"

Noble Lady : "Beginikah caramu menyambut seorang wanita bangsawan keturunan bangsawan vampire, Lord Julian ke 6? Ehehe! Aku sudah berkali-kali memperingatkannya padamu tentang masa depan distrik ini. Kenapa kau tidak mau mendengarkanku?"

Wanita bangsawan berambut cokelat bergelombang itu berjalan menghampiri Sang Komandan Distrik dengan sikap yang anggun.

District Commander : "Tinggalkan kami!"

Perintah Sang Komandan Distrik pada prajurit tersebut dengan tegas dan pria yang ketakutan itu pun pergi dengan tergesa-gesa.

Wanita bangsawan itu memperhatikan kertas-kertas yang berserakan di atas meja kerja tersebut. Mengambil salah satu lembarnya dan membacanya. Sambil duduk di atas meja dengan anggunnya.

Noble Lady : "Ditanda-tangani oleh Raja Vrannver Vortexian. Heh! Yang benar saja! Dan kau percaya dengan semua ini?"

District Commander : "Cih! Aku tidak ingin membahasnya lagi!"

Noble Lady : "Kalau begitu, tanda tangani saja kontrak dengan keluargaku. Dengan begitu, kau akan mendapatkan keuntungan yang besar. Bahkan lebih dari cukup untuk seluruh keturunanmu di masa depan."

Wanita bangsawan itu mengeluarkan gulungan kertas yang terikat pita berwarna merah dan menawarkannya pada Sang Komandan Distrik. Namun ia tidak langsung menyentuhnya. Satu alis matanya terangkat. Menatap sinis gulungan kertas yang ada di hadapannya.

District Commander : "Apa ini?"

Noble Lady : "Buka dan baca saja dulu. Aku yakin, kau pasti akan menyukai isi kertas itu."

Sang Komandan Distrik mulai merasa tertarik dengan gulungan kertas itu. Tanpa ragu, ia meraih gulungan tersebut, membukanya dan langsung membaca isinya dengan seksama.

Namun seketika, raut wajahnya berubah terkejut. Semakin lama ia membaca isinya, senyuman mulai tergambar dengan jelas. Wanita bangsawan itu pun memperhatikan ekspresi kepuasan dari Sang Komandan Distrik. Prediksinya tepat.

Noble Lady : "Bagaimana? Kau menyukainya, bukan? Kau tidak bisa membohongiku."

District Commander : "Heh! Ini sangat menguntungkan!"

Ungkap Sang Komandan Distrik dengan senyum kepuasannya sambil menggulung kertas itu lagi. Dan mengalihkan pandangannya lagi pada wanita bangsawan yang ada dihadapannya.

District Commander : "Apa kau hanya bisa melakukannya sampai sejauh ini saja? Tentunya, aku tidak mau hanya diberi keuntungan yang terbatas!"

Ucap Sang Komandan Distrik dengan senyuman sinisnya. Wanita bangsawan itu pun membalasnya dengan ekspresi yang sama.

Noble Lady : "Kau meremehkanku? Sebaiknya jangan!"

Jawab wanita bangsawan itu sambil mencondongkan tubuhnya dengan senyuman sinis yang tergambar di bibir merahnya.

Noble Lady : "Tentu saja kau akan terus menikmati keuntungan itu tanpa batas. Apalagi setelah kau akhirnya bisa menikahi sepupu perempuanku yang janda. Kau juga akan mendapatkan keuntungan yang lainnya! Apa kau sanggup membayangkannya sekarang? Ehehehe!"

Ungkap wanita bangsawan itu dengan bibirnya yang tajam. Sambil menutup mulutnya dengan ke 3 jarinya saat tertawa.

Sang Komandan Distrik tersenyum semakin lebar. Sambil membayangkan betapa sukses dan kayanya ia di masa depan, bermandikan keuntungan yang melimpah. Meskipun ia masih berstatus Komandan Distrik yang resmi sejak era kepemimpinan Raja Vrannver Vortexian.

Wanita bangsawan itu pun beranjak dari tempatnya. Sambil menolehkan pandangannya.

Noble Lady : "Baiklah. Aku harus pergi sekarang. Aku yakin kau masih ingin mempertimbangkannya lagi. Jika kau setuju, kau tahu harus menemui siapa, bukan?"

Wanita bangsawan itu pun berbalik. Menaikkan tudungnya untuk menutupi wajahnya yang cantik nan licik. Berjalan keluar tenda. Meninggalkan Sang Komandan Distrik yang masih memandangi gulungan kertas di hadapannya dengan kesepuluh jarinya yang saling terikat.

Senyum sinis masih menghiasi wajahnya. Ia sudah sangat tergoda oleh gulungan kertas tersebut.

District Commander : "Heh! Bagaimana mungkin aku menolak proposal dengan keuntungan sebesar ini? Hanya orang bodoh saja yang berani menolaknya! Aku tidak akan melepaskan kesempatan emas ini"

Tentunya, dengan terbukanya peluang emas di hadapannya, ia tidak ingin melepaskannya begitu saja. Dan mulailah tercipta sejumlah rencana di dalam kepalanya.

「 At The Varrzanian Palace 」

Keesokkan paginya di Istana Varrzanian, Lucyanna dikejutkan dengan Lucyver yang sudah sibuk dengan lembaran-lembaran dokumen yang memenuhi meja kerjanya. Sir Renzo juga ada disana. Mereka terlihat serius membicarakan sesuatu.

Bagi Lucyanna tentu ini terlihat aneh. Mengingat akhir-akhir ini Lucyver bertingkah tidak wajar setelah mengalami pertemuan pertama itu.

King Lucyver : "Baiklah, sekarang kau boleh pergi. Pastikan mereka bisa melaksanan program kerja sama ini dengan baik."

Sir Renzo : "Baik, Yang Mulia!"

Sir Renzo memberi salam penghormatannya dan segera berlalu tanpa menoleh lagi. Lucyver pun duduk sambil mengamati kertas di tangannya.

Melihat saudaranya yang sekarang, Lucyanna merasa kagum. Ia pun menghampiri saudaranya dan mengambil tempat duduknya.

Lady Lucyanna : "Wah, waah! Lihat siapa yang sibuk sepagi ini? Ada apa denganmu? Sepagi ini, kau sudah melakukan pekerjaan yang tidak terduga. Kau sudah mulai melupakan gadis bermata birumu? Dan kembali menjadi seorang Raja yang bijaksana dibandingkan menjadi saudaraku yang menyebalkan?"

Ucap Lucyanna yang ternyata sambil melemparkan cibiran pada saudaranya dengan senyum sinis yang menghiasi wajah cantik nan dinginnya. Duduk dengan ke 2 tangan yang terlipat dan kaki yang menyilang.

Sontak saja, Lucyver tidak menyukai hal tersebut. Raut wajahnya berubah. Bersandar di kursinya sambil melipat ke 2 tangannya.

King Lucyver : "Bagus sekali, Lucyanna! Senang sekali rasanya, sepagi ini bisa mendengar cibiranmu yang manis! Sebagai bukti rasa sayangmu padaku. Dan kau pikir aku akan melupakan gadis impianku? Tentu saja tidak, saudariku! Aku akan tetap mencarinya! Kesempatan itu pasti datang!"

Ucap Lucyver dengan penuh percaya diri di akhir kalimatnya. Senyuman sinis khasnya terbentuk dengan sempurna.

Lady Lucyanna : "Haah, Baik. Kau jauh terlihat baik. Tidak seperti kemarin. Benar-benar menguras habis kesabaranku!"

Gumam Lucyanna sembari memegang dahi sampingnya. Tidak lama, Lucyanna kembali pada mode seriusnya.

Lady Lucyanna : "Ngomong-ngomong, aku melihat semua drama pertarunganmu dan ayah. Itu drama yang luar biasa! Aku tidak pernah menyangkanya, ayah bisa seserius itu padamu. Ia bahkan menggunakan mesin ketapel ciptaannya, salah satu strateginya yang sangat diandalkan. Yang pernah membawanya pada kemenangan besar di pertempuran 25 tahun yang lalu itu. Kau masih ingat?"

King Lucyver : "Ya, aku masih bisa mengingatnya. Kau benar. Itu ciptaannya yang mengagumkan. Untuk pertama kalinya, ayah melatihku dan memberikan ujian dengan seluruh kemampuannya. Jika aku lengah sedikit saja, aku bisa terbunuh dengan pedang panjang kebanggaannya itu."

Lucyver masih bisa mengingat momen pertarungan itu dengan jelas. Suara dentingan besi pedang yang saling mengadu terdengar nyaring di pendengarannya. Sambil menahan kepalanya dengan satu tangan.

Namun yang tidak pernah ia lupakan adalah ekspresi sang ayah yang dingin dan kejam. Kesan yang mengerikan. Seolah yang tengah Lucyver hadapi saat itulah bukanlah seorang ayah yang terkenal tegas. Lebih menyerupai seorang mantan raja yang tidak ragu memperlihatkan hati iblisnya.

King Lucyver : "Aku ingin kau tahu, Lucyanna. Dengan begitu, aku bisa mempelajari sesuatu di masa depan. Aku tahu, ayah sudah mengajarkan semua teori cara menjadi seorang Raja Varrzanian. Tapi untuk yang satu ini, rasanya sangat berbeda. Cara ayah menunjukkannya padaku itulah yang berbeda. Awalnya kupikir, itu hanya ujian pertempuran yang biasa. Tapi aku salah. Karena aku tidak memahami tujuan ayah yang sebenarnya."

Lady Lucyanna : "Dan kau sudah memahaminya?"

King Lucyver : "Tentu saja sudah."

Balas Lucyver sambil menengok kearah Lucyanna.

Lady Lucyanna : "Begitukah? Bagaimana caramu memahaminya? Keseluruhan pertarungan yang kulihat waktu itu hanyalah dari segi kekuatan dan durabilitas fokus."

King Lucyver : "Entahlah, Lucyanna... Ini sulit dijelaskan dengan teori."

Wajah Lucyver kembali termenung. Terlihat sedikit senyuman di wajah yang rupawan itu. Sorot matanya terlihat tenang. Lucyanna memperhatikan ekspresi itu, walaupun ia tidak begitu paham dengan jawaban terakhir dari saudaranya. Namun disisi lain, ia merasa lega dengan kondisi saudaranya. Lucyanna menghela nafas dengan tenang.

Lady Lucyanna : "Baik. Aku tidak akan memperdebatkannya lagi. Asalkan, itu tidak membuatmu bertingkah menyebalkan seperti waktu itu. Melihatmu seperti ini, terlihat jauh lebih baik."

King Lucyver : "Aaah, Lucyanna. Itu manis sekali. Meskipun aku menyebalkan dimatamu, kau tetap menyayangiku, bukan?"

Goda Lucyver dengan senyum sinisnya yang manis. Dan terdengar sedikit nada cibiran. Sontak saja, merubah raut wajah Lucyanna dengan seketika. Satu alis mata terangkat.

Lady Lucyanna : "Sampai dengan seribu tahun pun, kau akan tetap menjadi saudaraku yang menyebalkan! Aku tidak akan pernah mau mengatakan kalimat itu padamu!"

Lucyver merespon dengan tersenyum lebar, sembari memperlihatkan barisan gigi putih dan gigi taring panjangnya. Terlihat manis. Lucyver paham akan makna di balik jawaban ketus saudarinya. Tapi melihat respon wajah saudaranya itu, adalah tidak bagi Lucyanna. tetap dirasa menyebalkan. Hubungan antar kakak-adik yang rumit namun masih terlihat sisi yang manis.

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan dari balik pintu. Langsung mengalihkan candaan tersebut.

King Lucyver : "Masuklah!"

Terbukalah pintu ganda tersebut dengan perlahan. Dan terlihatlah sosok pria muda berkacamata yang mengenakan pakaian jubah kombinasi warna hitam yang dominan dan kuning. Terlihatlah lambang Kerajaan Varrzanian di bagian dadanya.

Man In Glasses : "Permisi, Yang Mulia Raja. Saya datang dari Pengadilan Kerajaan Tingkat III, untuk meminta persetujuan Anda."

King Lucyver : "Oh, seseorang dari Pengadilan Kerajaan rupanya. Masuklah."

Atas perintah Lucyver, pria muda berkacamata itu pun berjalan mendekati meja kerja Lucyver. Lucyanna terpancing dengan kabar yang dibawa oleh pria muda berkacamata ini.

Lady Lucyanna : "Apa yang membawamu datang kemari? Apa ada sebuah kasus yang serius? Sampai-sampai, Pengadilan Kerajaan Tingkat III meminta keputusan Yang Mulia Raja."

Pria muda berkacamata itu menyerahkan berkasnya pada Lucyver. Lucyver langsung menyambutnya dan membaca isinya dengan seksama sambil menahan kepalanya dengan satu tangan yang mengepal.

Man In Glasses : "Sebenarnya, ini kasus yang kecil. Namun setelah memeriksa barang bukti dan saksi, kasus ini naik menjadi kasus yang berat."

Jelas pria muda berkacamata tersebut sambil menjawab pertanyaan Lucyanna.

Lady Lucyanna : "Kau bilang berawal dari kasus kecil? Kasus seperti apa yang kau maksud?"

King Lucyver : "Mengejutkan sekali. Ini terjadi di Desa Rashvarrina."

Lucyanna sedikit terkejut saat Lucyver menyebut nama tempat kejadian perkaranya.

Lady Lucyanna : "Desa Rashvarrina? Desa setenang itu? Apa itu benar?"

Man In Glasses : "Itu benar, Nona Yang Terhormat. Kami juga tidak menyangkanya. Tapi sudah terbukti dengan pasti."

Lady Lucyanna : "Katakan. Kasus seperti apa yang terjadi di desa itu?"

Man In Glasses : "Kasus ini bermula dari hilangnya seorang wanita muda dan dicurigai sebagai aksi penculikan oleh seseorang yang merupakan masih penduduk Desa Rashvarrina. Namun, kasus ini menjadi naik tingkat karena ditemukan motif pembunuhan berencana. Yang ternyata dilakukan oleh 2 orang. Pelaku pertama sebagai otaknya, yang merencanakan dan mempengaruhi pelaku kedua. Dan bagian eksekusinya adalah sudah tentu pelaku kedua. Bukti yang memberatkan adalah pelaku utama telah melakukan tindakan di luar batas yang hampir menghabisi nyawa seseorang. Dan bukti lainnya adalah hasil visum yang membuktikan tindakan kejahatan dari pelaku kedua terhadap korbannya. Bahkan telah terbukti melakukan tindakan pelecehan dan kekerasan terhadap korbannya. Sehingga korban mengalami trauma berat hingga sekarang, dan masih dalam perawatan intens. Bersamaan dengan barang bukti lainnya yang digunakan pelaku kedua saat menyekap korbannya dan sebilah pisau penuh darah yang digunakan pelaku pertama."

Jelas pria muda berkacamata itu secara ringkas.

Lady Lucyanna : "Begitu rupanya. Penculikan, kekerasan, pelecehan dan pembunuhan berencana. Itu memang bukan lagi kasus yang kecil. Kalau begitu, kita tunggu saja bagaimana Yang Mulia Raja akan memutuskannya."

Ucap Lucyanna sembari melihat ke arah saudaranya yang masih membaca isi berkas tersebut. Seketika, Lucyver tersenyum sinis.

King Lucyver : "Baiklah. Kau menunggu bagaimana keputusanku? Mudah saja. Pidana teringan adalah penjara selama 50 tahun. Dan pidana terberatnya adalah... HUKUMAN MATI! Bagaimana?"

Mengejutkan. Berhasil membuat pria muda berkacamata tersebut sangat terkejut dengan keputusan Lucyver. Ditambah saat melihat sorot mata Lucyver yang telah menunjukkan sifat kesadisannya.

Lucyanna pun ikut terkejut dibalik sikapnya yang dingin, dengan satu alis mata yang terangkat sebagai responnya. Namun, ia menganggap keputusan saudaranya itu adalah wajar.

Man In Glasses : "Se-Seberat itukah pidana yang Anda putuskan untuk perkara ini? Ma-Maaf, Yang Mulia Raja. Bolehkah saya mengetahui alasan di balik keputusan Anda ini..?"

King Lucyver : "Baik, jika kau merasa penasaran. Pertama! Mereka melakukan secara sadar, bukan? Bukankah itu artinya mereka sama seperti iblis? Kedua! Mereka telah merusak citra desa terindah dan terdamai yang telah mendapatkan perhatian khusus dari Raja Vrannver Vortexian semasa era kepemimpinannya. Bukankah itu berarti sama saja dengan mengkhianati kepercayaan ayahku, bukan? Bagaimana menurutmu jika sampai berita ini di dengar langsung oleh Raja Vrannver Vortexian? Beliau pasti akan sangat kecewa! Apa kau masih mau mendengar bagian terberatnya?"

Jelas Lucyver dengan terus terang dan terdengar kejam. Berhasil membuat pria muda berkacamata ini semakin panik, sampai menelan salivanya. Kedua tangannya gemetar. Ia bisa merasakan bulu tengkuknya berdiri.

Man In Glasses : "Ti-Tidak, Yang Mulia Raja! Sa-Saya mengerti dengan cara pandang Anda. Terima kasih atas kebijaksanaan Anda..."

Pria muda berkacamata itu menundukkan kepalanya sebagai responnya, sambil terus mencoba menenangkan kepanikannya. Lucyanna tersenyum puas saat memperhatikan bahasa tubuh pria muda berkacamata tersebut.

Lucyver mengambil pena berbulunya dan segera menggoreskan isi keputusannya. Kemudian menggoreskan tanda tangannya. Lucyver menulisnya dengan penuh rasa antusias yang besar. Tentu saja, karena pribadi alaminya yang terkenal sadis.

Dan kemudian, menyerahkan kembali berkas tersebut. Pria muda berkacamata itu pun menerimanya, meskipun ia masih belum bisa menenangkan rasa gelisahnya.

Man In Glasses : "Terima kasih atas kebijaksanaan Anda, Yang Mulia Raja. Semoga Kerajaan Varrzanian--"

King Lucyver : "Lewatkan saja bagian itu! Cepatlah kembali ke tempatmu dan segera tuntaskan pengadilannya. Pikirkanlah para korbannya. Agar mereka tidak harus menderita lagi."

Pria berkacamata itu dikejutkan lagi. Ia tidak menduga, meskipun Lucyver terkenal sadis, namun ia ternyata, Lucyver adalah seorang raja yang peduli terhadap rakyatnya. Mungkinkah karena efek jantung warisan mendiang ibunya?

Man In Glasses : "Ba-Baik, Yang Mulia Raja! Kalau begitu, saya permisi."

Pria muda berkacamata itu memberikan salam penghormatannya dan segera berbalik, meninggalkan ruangan tersebut sambil membawa perasaannya yang bingung bercampur kagum karena sikap Lucyver.

Lady Lucyanna : "Katakan, saudaraku? Apa yang membuatmu berpikir sampai memberikan keputusan dengan pidana terberatnya adalah hukuman mati? Apakah karena ibu?"

King Lucyver : "Tidak hanya itu. Tanpa perlu menjelaskannya pun, aku tahu kau juga mengetahui apa yang kupikirkan."

Jawab Lucyver dengan wajah yang termenung.

Lady Lucyanna : "Aku sudah menduganya. Jika aku yang diberi kewenangan untuk memutuskan, aku juga akan melakukan hal yang sama. Haah, sulit kupercaya. Desa setenang dan seindah itu pun tersimpan sesuatu yang tidak terduga."

King Lucyver : "Kau benar. Bukankah seperti itulah sifat manusia? Mereka bisa bertindak lebih tamak, lebih kejam dan sadis, melebihi iblis, di saat hati mereka ditutupi dengan kegelapan, demi untuk memenuhi hasrat mereka yang tidak pernah puas. Karena itulah aku menyebut ke 2 pelaku ini sama seperti iblis!"

Lady Lucyanna : "Tapi bukankah tidak semua manusia itu sama?

King Lucyver : "Kau benar. Apa kau ingin tahu kenapa aku mengatakannya seperti itu?

Tanya Lucyver dengan senyum sinisnya.

King Lucyver : "Karena motif ke 2 pelaku itu!"

Lady Lucyanna : "Motif mereka? Motif seperti apa? Apa hal itu juga dijelaskan di dalam berkas yang dibawa pria tadi?"

King Lucyver : "Itu benar. Heh! Kau tidak akan percaya setelah aku membacanya. Motif pelaku pertama adalah karena ia membenci wanita muda tersebut, karena dianggap telah merebut pria idamannya. Motif pelaku kedua adalah karena ia sangat ingin memiliki wanita muda tersebut. Karena itulah mereka bekerja sama. Pelaku kedua menculik wanita muda tersebut, lalu menyekapnya dan dengan begitu ia akan dengan leluasa memiliki wanita idamannya hanya untuk dirinya sendiri. Dan mungkin pelaku pertama akan berpikir bahwa dia juga akan mendapatkan apa yang dia inginkan. Tapi sepertinya, rencana mereka gagal. Akhirnya, mereka tidak mendapatkan apa pun! Heh! Terdengar ironis, bukan?"

Jelas Lucyver dengan senyum sinisnya yang dingin.

Lady Lucyanna : "Aah, begitu rupanya Aku mengerti sekarang. Mereka menjadi tamak karena ketidak-puasan hati mereka. Dan akhirnya, mereka menjadi buta dan kehilangan akal sehat mereka sebagai manusia murni. Satu langkah kecil menuju kesalahan yang fatal. Heh! Aku setuju dengan pendapatmu. Pantas saja, kau sampai membuat pria berkacamata itu terlihat takut saat mendengar langsung keputusanmu."

Lucyanna pun merespon dengan ekspresi yang sama.

King Lucyver : "Aku sangat berharap, Hakim bisa memberikan vonis dengan pidana terberat. Seperti yang selalu ayah ajarkan padaku tentang membangun keadilan di seluruh negeri dibawah kekuasaan Kerajaan Varrzanian. Keadilan harus berada di bawah naungan Dewi Sylvierra. Kejahatan sekecil apa pun yang terjadi di seluruh negeri ini, harus segera diadili. Sekalipun itu terjadi di dalam Kerajaan Varrzanian!"

Lady Lucyanna : "Kau bilang, sekalipun itu terjadi disini? Sekalipun itu adalah keluargamu sendiri?"

Tanya Lucyanna dengan curiga.

King Lucyver : "Sekalipun dia berasal dari keturunan kita, kejahatan yang tidak termaafkan tidak akan mengubah status anggota keluarganya yang sudah ia coreng sendiri! Dia atau siapa pun itu, sudah tidak pantas di sebut keluarga! Kejahatannya sudah menambah daftar hitam dalam keluarga! Apa kau pikir, dia masih bisa kuampuni? Tidak! Itu jawabanku yang mutlak!"

Ucap Lucyver dengan tegas. Namun, Lucyanna merespon di bagian akhir kalimat saudaranya. Ia menganggap bahwa yang dimaksud adalah tentang DIA, pria yang tidak ingin disebutkan namanya.

Bukan hanya tentang namanya yang tidak ingin disebutkan, tapi hingga terciptanya momen terburuk sepanjang sejarah keturunan Vortexian. Satu kesalahan kecil yang berujung pada kefatalan yang masih sulit mereka lupakan.

「 At The Rashvarrina Village After The Incident 」

Setelah insiden yang telah membuat Yuna trauma, Keisuke bersama dengan Sasouke, Ryuga dan rombongan lainnya, baru saja kembali dari Kota Varrzanian untuk mengikuti jalannya persidangan yang ternyata lebih cepat selesai dari perkiraan.

Kishida dan Yukito telah di vonis terbukti bersalah dengan pidana penjara selama 50 tahun. Mengikuti keputusan dari pihak resmi Kerajaan Varrzanian, karena sudah dianggap sebagai kejahatan yang terencana dan serius.

Meskipun sempat diwarnai dengan aksi protes dari keluarga Kishida dan Yukito, namun saat di persidangan itu, terdapat momen yang sangat mengejutkan. Yukito dengan mudahnya menceritakan semua kronologisnya dihadapan para Jaksa, Hakim dan semua pengunjung hari itu.

Yukito terlihat berbeda. Wajahnya pucat, pandangannya setengah kosong dan hanya menundukkan kepala. Ia bahkan mampu menjawab semua pertanyaan dari para Jaksa dan Hakim.

Bahkan setelah Yukito sadar di hari itu, sikap Yukito sudah menunjukkan tanda-tanda fisik yang janggal. Dan sering sekali bergumam sendiri. Hingga Dr. Kazuna pun menyebut Yukito sudah mengalami gangguan jiwa yang tidak bisa dijelaskan dengan ilmu medis.

Karena kesaksian Yukito, satu penghuni gedung Pengadilan Kerajaan terkejut luar biasa. Ayah Yukito pun semakin malu dan kecewa. Setelah Hakim mengetuk palu, Kishida yang tidak terima bersama dengan Yukito pun langsung dibawa oleh para Penjaga Pengadilan untuk menjalani hukumannya.

Apakah mungkin Yuna dan yang lainnya bisa bernafas dengan lega sekarang?

Sepulang dari Kota Varrzanian, Keisuke bersama dengan unitnya langsung melakukan pembenahan setelah kejadian itu terjadi. Dibantu bersama dengan tenaga tambahan dari warga Desa Rashvarrina. Mereka bekerja keras bersama-sama untuk memulihkan citra baik Desa Rashvarrina.

Sedangkan Sasouke memutuskan untuk menemui Yuna di klinik desa. Namun, ia tidak menemukan Yuna disana. Ia hanya menemukan Ryoko yang sedang membersihkan ranjang dimana Yuna beristirahat.

Sasouke : "Ryoko? Dimana Yuna? Apa dia sudah kembali ke rumahnya?"

Ryoko langsung mengalihkan pandangannya pada Sasouke saat kedua tangannya masih sibuk merapikan bagian bantalnya.

Ryoko : "Oh, Sasouke? Ternyata kau sudah kembali dari kota. Yuna belum kembali ke rumahnya. Dia sekarang sedang berada di bukit tertinggi. Kau pasti tahu dimana, bukan? Bukit yang biasa kita jadikan spot untuk bermain layang-layang dulu. Dia ada disana. Yuna sudah terlihat sedikit membaik. Kau bisa menemuinya."

Jelas Ryoko, yang sekarang sudah hampir menyelesaikan pekerjaannya.

Sasouke : "Yuna disana? Bagaimana bisa? Apa kondisi fisiknya sudah membaik?"

Ryoko : "Aku tahu kau pasti akan kaget mendengarnya. Tapi pagi ini, kesehatan Yuna berkembang lebih cepat. Dr. Kazuna pun juga sampai tidak percaya. Wajahnya mulai terlihat cerah. Kelihatannya, Yuna akan lebih cepat sembuh dari prediksi Dr. Kazuna. Selesai!"

Ryoko baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Dan berjalan menuju jendela, lalu membukanya dengan lebar. Membiarkan udara segar memasuki ruangan tersebut.

Ryoko : "Temui saja, Sasouke. Dan kau akan melihatnya sendiri. Aku yakin, dia akan senang saat melihatmu. Pergilah."

Sasouke : "Baiklah. Aku akan menemuinya disana."

Sasouke pun meninggalkan klinik desa dan segera menuju bukit tertinggi.

Bukit itu memang bukit yang tertinggi di Desa Rashvarrina. Saat Sasouke dan lainnya masih anak-anak, di saat cuaca berangin, bukit tersebut selalu dijadikan tempat terbaik untuk menerbangkan layang-layang. Dan mereka juga menjadikannya permainan lintasan balap seluncuran dengan menuruni bukit. Meskipun sudah dibangun tangga untuk akses naik dan turunnya.

Salah satu momen terindah bagi Sasouke adalah saat pertama kali melihat rambut panjang Yuna yang tergerai, terbawa angin dengan indahnya. Yuna yang berusia 8 tahun mulai memancarkan kecantikannya yang lembut. Di saat itulah, Sasouke mulai merasakan perasaan cinta yang mulai tumbuh di dalam hatinya, yang ia bawa sampai dengan setelah ia dewasa. Cinta pada pandangan pertama terindah bagi Sasouke.

「 The Highest Hill In Rashvarrina Village 」

Sesampainya dipuncak, Sasouke belum menemukan Yuna dimana pun. Ia pun berjalan sedikit lagi, hingga terlihatlah pohon apel tua yang adalah satu-satunya pohon yang tumbuh di bukit tertinggi itu. Sasouke bisa melihat Yuna di bawahnya. Dengan wajah yang termenung. Kali ini rambut panjang itu dikepang dan dibawa menyamping. Bersandar di bahu kirinya. Hanya rambut bagian samping dan poni menyampingnya yang terbawa angin dengan lembut. Bagi Sasouke, Yuna tetap terlihat cantik dan lembut di lihat dari sudut pandang mana pun.

Angin di bukit siang itu berhembus lembut. Rerumputan hijau ikut bergoyang dan saling bergesekan, pohon apel tua itu pun ikut menyanyikan lagu alam. Matahari bersinar dengan lembut, menciptakan bayangan pohon apel tua yang sedang menari mengikuti alunan angin. Keseluruhan instrumen itu telah menciptakan kombinasi orkestra alam yang sempurna untuk menenangkan jiwa. Sangat cocok untuk menyembuhkan hati seseorang yang sedang bersedih.

Sasouke pun menghampiri Yuna, sambil sesekali menyisir rambutnya dengan ke 5 jarinya, yang terkena hembusan angin. Sasouke pun menyiapkan senyuman terbaiknya.

Sasouke : "Hai, Yuna. Bolehkah aku duduk bersamamu?"

Mendengar suara Sasouke, Yuna tersadarkan. Dan langsung mengalihkan pandangannya.

Yuna : "Ah! Sasouke? Kau sudah kembali rupanya?"

Sasouke mulai merasa cemas saat Yuna menanyakan kepulangannya. Yuna pun sudah tahu tentang keberangkatan Sasouke bersama rombongannya ke Kota Varrzanian untuk memenuhi undangan ke pengadilan.

Sasouke merenung, ia berpikir jika dijelaskan kembali, Yuna mungkin akan menjadi sedih kembali.

Sasouke : "Ngh, iya. Aku baru saja kembali, lebih cepat dari perkiraanku."

Sasouke memberikan respon tersenyum, untuk menutupi kecemasannya. Dan memalingkan pandangan ke arah yang lain. Ia harus berhati-hati, agar tidak salah mengatakannya. Ia berpikir, akan lebih baik jika tidak diceritakan sama sekali demi menjaga perasaan Yuna.

Yuna memperhatikan Sasouke.

Yuna : "Bagaimana jalan persidangannya..?"

Sasouke langsung terkejut setelah mendengarnya sendiri. Ia pun langsung mengalihkan pandangannya pada Yuna dengan hati yang masih terkejut.

Sasouke : "Kau bilang, persidangannya? Y-Ya! Persidangannya... Berjalan dengan baik. Semuanya sudah selesai..."

Jawab Sasouke sambil menunjukkan senyum tipisnya. Dalam hatinya, ia tidak menyangka jika ternyata Yuna terdengar tidak keberatan dengan topik tersebut. Apalagi karena tentu saja, hal tersebut masih berhubungan dengan kejadian waktu itu yang telah memberinya trauma yang berat. Siapa yang ingin mengungkit rasa sakit itu?

Yuna pun berpaling, wajahnya termenung lagi dengan senyum yang tipis. Pandangan yang lurus.

Yuna : "Itu terdengar baik... Semuanya akan baik-baik saja mulai sekarang, bukan..?"

Sasouke : "Ngh... Iya, Yuna. Semuanya akan baik-baik saja. Semuanya akan berjalan normal lagi."

Sasouke memperhatikan ekspresi Yuna yang tenang dan tidak terduga itu. Ekspektasinya meleset. Namun disisi lain, ia merasa kagum dengan gambaran ketegaran Yuna yang ia lihat hari ini. Sungguh berbeda jauh saat Sasouke masih mengingat Yuna yang menangis begitu pedih dalam pelukan Sasouke hari itu.

Sasouke : ("Kau sungguh gadis yang luar biasa, Yuna... Lagi-lagi, kau mengalahkan ekspektasiku...")

Sasouke tersenyum lembut karena ia merasa lega dengan melihat kondisi Yuna yang sekarang. Tiba-tiba, pandangan Sasouke teralihkan dengan sebuah kertas yang terlipat di tangan Yuna.

Sasouke : "Apa yang kau pegang itu, Yuna?"

Perhatian Yuna pun teralihkan seketika.

Yuna : "Oh! Ini ya? Kau memperhatikannya juga ya? Ini... Surat dari ayahku. Dikirimkan melalui seorang kurir, ia datang setelah kau dan yang lainnya berangkat ke kota."

Sasouke : "Dari ayahmu? Apa katanya?"

Yuna membuka lipatan kertas tersebut dengan perlahan. Saat ia melihat lagi tulisan tangan ayahnya yang rapi, Yuna pun tersenyum.

Yuna : "Ayahku tidak akan kembali ke desa untuk beberapa hari, sekitar 3 atau 5 hari lagi. Saat ini, ayahku masih berada di Desa Kaasttarina karena urusannya belum selesai."

Sasouke memperhatikan ekspresi senyuman Yuna yang mengisyaratkan sesuatu.

Sasouke : "Dan aku bisa melihat, kau terlihat lega setelah membacanya."

Yuna : "Kau benar..."

Yuna menghela nafas panjang, sambil melipat kembali surat tersebut. Pandangannya berubah lurus.

Yuna : "Aku merasa sangat lega setelah membacanya. Karena setelah ayahku kembali, dia tidak akan melihatku dengan keadaanku yang menyedihkan. Aku akan menyambut kepulangannya dengan kebahagiaan saat tubuhku kembali sehat."

Tiba-tiba, Yuna tertunduk. Terlihat sedikit kesedihan di matanya.

Yuna : "Aku selalu takut jika membuat ayahku sedih karena aku. Juga membuat kalian semua cemas karena aku... Jika ayahku benar-benar akan kembali besok, aku... Tidak tahu harus mengatakan apa. Aku sangat berharap, aku memiliki kekuatan untuk menghapus semua ingatan buruk itu. Dan menjalani kehidupanku yang normal. Bahagia bersama dengan ayahku lagi."

Sasouke : "Jangan salahkan dirimu sendiri, Yuna. Tidak ada satu pun diantara kita yang bisa memprediksi kejadian seperti itu. Semua diluar kendali kita. Aku pun berpikir sama. Aku menyalahkan diriku sendiri, karena tidak lebih cepat menyadarinya. Dan apakah kau tahu? Bahkan Keisuke dan teman-teman lainnya juga ikut menyesali diri mereka sendiri, karena terlambat menyadarinya. Tapi meskipun terlambat, kami akan langsung berlari secepat mungkin untuk segera menolongmu. Jika itu berarti, bisa sedikit menebus penyesalan kami. Kita semua merasakan kesalahan diri kita sendiri waktu itu, tapi itu bukan berarti kita harus terus menyalahkan diri kita sendiri untuk waktu yang sangat lama. Kita harus menebusnya dengan menjalani kehidupan kita sebaik mungkin. Seperti, dengan membuka lembaran yang baru."

Ungkapan Sasouke terdengar sangat berarti bagi Yuna. Berhasil membuat Yuna terkesan, terkejut hingga terharu. Bahkan hampir membuat setitik air mata keluar dari mata birunya. Sasouke menunjukkan lagi senyuman terlembutnya.

Sasouke : "Jadi, jangan bersedih lagi, Yuna... Yang terpenting saat ini adalah kau selamat. Kejadian hari itu sudah berakhir. Saatnya, kita mulai lagi sesuatu yang baru. Kau setuju denganku, bukan?"

Rasa sedih yang hampir saja menyelimuti hatinya, mulai tergantikan dengan rasa haru yang mulai memenuhi dadanya. Namun, satu titik air mata itu sulit untuk ditahan. Jatuh begitu saja melewati pipi kiri Yuna dengan indahnya. Yuna mengusap jejak air matanya yang tersisa di pipinya. Itulah air mata keharuannya.

Senyum terindah itu kembali berseri di wajah Yuna.

Yuna : "Iya, Saouke... Aku setuju denganmu."

Sasouke sangat senang akhirnya bisa melihat kembali senyum itu.

Sasouke : "Senang sekali. Akhirnya, kau bisa tersenyum manis seperti yang biasa kutemui darimu. Sepertinya, kau sudah jauh terlihat lebih baik."

Yuna : "Rasanya begitu. Ini semua berkat kalian semua. Terima kasih banyak."

Sasouke : "Sama-sama, Yuna. Selalu senang bisa membantumu apa saja..."

Sasouke merasa sangat lega. Melihat senyuman Yuna adalah arti yang melebihi segalanya bagi Sasouke. Ia berharap dapat melihat senyuman indah itu setiap waktu dan di sisa hidupnya.

Sasouke : "Yuna, bagaimana kalau kita bermain layang-layang disini? Cuacanya sedang bagus."

Pinta Sasouke dengan nada yang semangat. Yuna terkejut dengan permintaan polos itu.

Yuna : "Bermain layang-layang? Tapi, kita sudah terlalu dewasa untuk bermain layang-layang lagi."

Sasouke : "Kenapa tidak? Kita masih bisa memainkannya seperti dulu. Kita bisa mengajak yang lainnya. Apalagi, sekarang ada Keisuke. Pasti akan sangat menyenangkan!"

Ucap Sasouke dengan wajah yang bahagia.

Yuna : "Kau terdengar sangat bersemangat. Sewaktu kecil pun, aku tidak begitu pandai bermain layang-layang seperti Kaseina."

Balas Yuna dengan senyum haru.

Sasouke : "Apa kau masih ingat saat Kai hampir saja terbang terbawa layang-layangnya sendiri?"

Yuna : "Ah! Yang itu ya? Ehehe, bagaimana mungkin Kurosaki tidak akan dibawa terbang dengan layang-layang sebesar itu?"

Sasouke : "Ehehe! Kau benar. Seharusnya layangan sebesar itu dimainkan oleh orang dewasa, tapi Kai ingin membuktikan dirinya kuat. Tapi ternyata, pada saat angin besar datang-- Wuush! Kai sudah hampir tidak menyentuh tanah. Wajahnya terkejut sekali saat melihat dirinya sudah terangkat beberapa centimeter."

Yuna : "Ahahaha..."

Sasouke : "Aku, Ryuga dan Keisuke harus bersusah payah menolong Kai. Kami harus memeluk Kai dengan kuat. Tapi kau tahu? Kami bertiga justru yang hampir dibawa terbang juga!"

Yuna : "Oh, itu benar. Aku ingat. Itu hampir saja. Kita semua sangat terkejut saat itu. Aku sempat berpikir, kalian berempat akan benar-benar terbang. Ryoko sempat ingin mencari bantuan dari orang dewasa."

Sasouke : "Ahaha! Begitukah? Tapi mau tidak mau, Kai harus melepaskan tali layang-layangnya untuk menyelamatkan kita semua. Kau ingat, bukan? Kai bersikeras ingin mempertahankannya, karena layang-layang itu buatan ayahnya."

Yuna : "Kau benar. Kasihan Kurosaki. Akhirnya layang-layang itu harus ia lepaskan. Tapi syukurlah, ayah Kurosaki tidak sampai marah besar."

Sasouke : "Memang tidak, tapi Kai harus mendapatkan pukulan di kepala karena keras kepala."

Yuna : "Ehehehe, Kurosaki yang malang."

Sasouke : "Apa kau juga masih ingat dengan permainan seluncur menuruni bukit? Waktu itu, Kai menggunakan gerobak kecilnya."

Yuna : "Itu benar! Kurosaki meluncur dengan sangat cepat. Karena terlalu cepatnya, Kurosaki terus melaju sampai merusak kebun tomat milik Paman Narumi."

Sasouke : "Dan kau ingat bagaimana akhir dari peluncuran Kai?"

Yuna & Sasouke : "Terjun ke sungai!"

Mereka sama-sama terkejut karena mengucapkannya bersamaan. Dan akhirnya tertawa dengan bahagianya bersama-sama.

Sasouke : "Ahahaha! Astaga kita benar-benar mengingat kejadiannya dengan sangat baik ya. Kau tahu apalagi? Yang membuatnya semakin lucu adalah pada saat itu, ayahnya Ryuga sedang memandikan sapi-sapinya disungai itu. Jadi mau tidak mau, Kai harus mandi bersama dengan sapi-sapinya. Kepala hingga kakinya dipenuhi rumput basah dan lumpur. Bahkan setelah ayah Kai tahu, dia tidak marah. Justru menginginkan agar Kai seperti sapi saja. 'Kaai! Ayah berharap kau menjadi sapi saja. Yang hanya diam dan makan rumput saja. Jika kau berbuat ulah lagi, ayah akan langsung menjualmu ke kota!', begitulah katanya."

Yuna : "Ahaha, kau benar. Itu momen yang sangat lucu."

Mereka berdua tertawa lagi. Tertawa lepas sambil bernostalgia sedikit tentang kisah penuh warna di masa kecil mereka. Sasouke berhasil membuat Yuna terlihat semakin baik dan lebih baik. Karena sebuah cerita klasik di masa kecil. Sekaligus, satu momen terindah bagi Sasouke. Yang tidak pernah ia lupakan.

Sasouke dan Yuna sangat bahagia bisa mengenang kembali masa-masa yang sudah berlalu itu. Meskipun saat ini akan sulit untuk diulang kembali, karena anak-anak kecil itu sudah beranjak dewasa dan sibuk dengan dunia orang dewasa.

Yuna's Voice : "Kenangan terindah yang pernah kualami... Itulah alasan terbesarku, kenapa aku sangat menyukai kehidupanku yang sebelumnya... Karena aku memiliki keluarga yang sangat menyayangiku... Menggantikan kesedihanku dengan kebahagiaan... Apa lagi yang bisa kuminta selain ini? Aku punya ayah yang menyayangiku... Sasouke yang peduli... Ryoko yang perhatian... Sahabat kecilku, Takako yang selalu bersemangat... Kurosaki dan Ryuga yang selalu membuatku tertawa... Keisuke yang perhatian meskipun selalu mudah terbawa perasaan... Dan dulu, ada Kaseina dan Azuka yang juga selalu mempedulikanku... Aku merasa cukup dengan semua yang kumiliki ini... Tapi untuk terkecuali saat itu..."

Yuna dan Sasouke masih terus menertawakan masa-masa indah yang dipenuhi kepolosan anak-anak. Mereka semakin larut hari itu.

Namun...

「 In The Domain Of The Varrzanian Kingdom 」

2 hari kemudian, di distrik terlarang malam itu, Sang Komandan Distrik di datangi kembali oleh wanita bangsawan itu di dekat perbatasan, seperti yang dijanjikan.

Seperti biasanya, wanita bangsawan itu menyambut Sang Komandan Distrik dengan senyum bibir merahnya. Kali ini ia ditemani oleh seorang pria bertubuh tinggi dan kekar yang juga memakai jubah.

Sang Komandan Distrik juga tidak sendirian. Ia ditemani 2 orang prajurit dengan membawa penerangan berupa obor.

Noble Lady : "Halo, Komandan Distrik. Senang melihatmu lagi. Bagaimana?"

Sang Komandan Distrik itu tersenyum sinis dan mengeluarkan gulungan kertas yang pernah ia terima dari wanita bangsawan itu beberapa hari yang lalu. Dan langsung saja, ia mengembalikan gulungan kertas itu pada wanita bangsawan tersebut.

Setelah wanita bangsawan itu menerimanya, ia memerintahkan pria yang menemaninya dengan isyarat tangannya untuk menyerahkan sesuatu pada Sang Komandan Distrik. Sebuah peti kayu berukuran sedang dengan ornamen klasik.

Noble Lady : "Terimalah ini, Komandan. Keuntungan awalmu."

Sang Komandan Distrik menerimanya tanpa ragu. Lalu membukanya. Wajah Sang Komandan Distrik sekejap berubah menjadi senyum kepuasan yang tamak, menyeringai, matanya melebar, saat melihat isi kotak peti tersebut. Berisi sejumlah benda bermacam-macam yang berkilau, berjumlah banyak dan sangat tinggi harga nilainya.

District Commander : "Ini luar biasa!"

Kotak petik kayu pun ditutup. Wajahnya terlihat sangat puas.

Noble Lady : "Bagaimana? Kau setuju? Itu baru sedikit. Bayangkan saja jika apa yang ada di dalam kotak peti itu bertambah 10 kali lipat, bahkan lebih."

District Commander : "Heh! Hanya orang bodoh yang tidak tergiur dengan keuntungan seperti ini!"

Noble Lady : "Ehehe! Jawaban yang bagus! Senang berbisnis denganmu, Komandan Distrik Yang Terhormat"

Wanita bangsawan itu menawarkan Sang Komandan Distrik tangannya yang terbuka. Tanpa ragu, Sang Komandan Distrik menyambutnya dengan penuh rasa percaya diri.

District Commander : "Tentu! Senang berbisnis denganmu juga!"

Noble Lady : "Kalau begitu, aku permisi. Untuk segera mengurus semuanya. Selamat malam, Komandan. Aku yakin kau pasti akan tidur dengan nyenyak malam ini, bukan?"

District Commander : "Heh! Belum saat ini. Sampai semuanya bisa kumiliki!"

Noble Lady : "Ehehe! Kau tipe pria yang tidak pernah puas rupanya."

Ucap wanita bangsawan itu sambil menutup bibirnya dengan 3 jarinya saat tertawa.

Noble Lady : "Sampai bertemu lagi, Komandan."

Kedua tangan yang sempat saling menjabat itu terlepas. Wanita bangsawan itu bersama dengan pria tinggi kekar yang menemaninya pun meninggalkan Sang Komandan Distrik.

Noble Lady : "Sekarang, pastikan kau mengurus bagian dokumen berharga itu. Dan serahkan padaku besok."

Perintah wanita bangsawan itu pada pria tinggi kekar yang misterius di belakangnya. Menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

Senyum manis nan sinis itu tidak pernah pudar sedetik pun dari wajah cantiknya. Sebab ia merasa, akan segera mendapatkan apa yang sangat diinginkannya.

「 At The Varrzanian Palace - One Week Later 」

Malam itu, Lucyanna dikejutkan dengan kedatangan sang ayah dengan ekspresi wajahnya yang emosi nan dingin.

Lady Lucyanna : "Ayah? Apa yang membawamu datang semalam ini?"

Vrannver : "Demi nama baik kerajaan, sebaiknya kau melihatnya sendiri."

Vrannver menunjukkan sejumlah kertas pada Lucyanna. Lucyanna pun mulai membaca isinya.

Awalnya, Lucyanna tidak begitu paham. Namun, ketika matanya yang merah mulai menelusuri setiap data yang ia baca, sekejap saja Lucyanna dibuatnya sangat terkejut. Dan ia semakin terkejut hingga memancing emosinya saat ia mulai mengerti keseluruhan isi berkas tersebut. Lucyanna terus membolak-balikkan halamannya dengan cepat, sampai dengan halaman terakhir. Tangannya yang sedang memegang kertas-kertas tersebut mulai mengepal dengan kuat. Hingga terlihatlah urat nadi yang muncul ke permukaan kulit tangannya. Membuat kertas-kertas itu mengkerut.

Lady Lucyanna : "Apa..?! Apa maksud semua ini..?! Jika sampai saudaraku mengetahuinya, dia--"

Vrannver : "Cepat atau lambat, putriku. Dan kita, tidak boleh membiarkan ada bentuk pengkhianatan seperti ini di kerajaan yang sudah dibangun oleh leluhur kita! Kau tidak boleh lupa, Keadilan harus berada di bawah naungan Dewi Sylvierra!"

Lady Lucyanna : "Baik! Baik, ayah! Aku mengerti..! Aku akan tenang... Tapi, tidak dengan saudaraku! Aku tidak bisa mengabaikan hal itu!"

Ucap Lucyanna yang emosional, meskipun berbicara dengan nada yang rendah.

Vrannver : "Apa kau sendiri memiliki pilihan yang terbaik untuk masalah ini?"

Lady Lucyanna : "Aku punya, ayah!"

Jawab Lucyanna sambil memandang langsung pada ayahnya, meskipun dirinya sedang di naungi rasa cemas.

Lady Lucyanna : "Aku akan segera menyelidiki masalah ini, dengan caraku! Dan segera menyelesaikannya!"

King Lucyver : "Kau bilang masalah? Ada masalah apa, Lucyanna?"

Secara mengejutkan, Lucyver tiba-tiba sudah berada di ambang pintu. Lucyanna sangat terkejut, mata merahnya melebar. Ia langsung meremas kertas-kertas tersebut dengan kedua tangannya untuk menyembunyikannya. Mencoba menenangkan dirinya yang gelisah.

King Lucyver : "Ayah? Kenapa kau ada disini? Lucyanna, kenapa kau terlihat gelisah?"

Tanya Lucyver. Memandang ayahnya, lalu beralih pada Lucyanna. Perlahan, Lucyver merasakan kecurigaan yang terasa di ruangan itu.

Lucyanna yang terlihat gelisah dan sang ayah yang berwajah dingin namun serius, berhasil memantik rasa kecurigaan Lucyver.

King Lucyver : "Apa yang sedang kalian coba sembunyikan dariku?"

Lucyanna terdiam. Ia ragu untuk memberikan jawabannya. Vrannver pun maju lebih depan selangkah. Lucyanna terkejut saat melihat sang ayah maju, lalu memalingkan wajahnya.

Vrannver : "Apa kau selalu ingat dengan semua yang kuajarkan padamu?"

King Lucyver : "Tentu, ayah."

Vrannver : "Ayah akan mengatakannya padamu. Dan disinilah bagaimana sikapmu sebagai seorang Raja Varrzanian diuji."

King Lucyver : "Sikapku? Apa maksud, ayah?"

Lucyver mulai terpancing emosi. Tapi tentu ia tidak boleh melakukannya di hadapan sang ayah yang lebih bijaksana.

Vrannver : "Ada seorang pengkhianat di dalam kerajaan kita!"

Dengan mudahnya, Vrannver mengatakannya tepat di hadapan putranya. Sontak saja, berhasil membuat Lucyver sangat terkejut. Amarahnya mulai menaik.

King Lucyver : "Apa..?!"

Vrannver : "Ayah tidak akan mengulanginya. Apakah kau sebagai raja akan diam saja dengan pengkhianatan ini? Dia telah merebut sesuatu yang akan ayah wariskan padamu di masa depan! Jika kau masih ingat dengan ajaranku, maka lakukan sekarang! Lindungi kerajaanmu!"

Lucyanna terdiam setelah sang ayah menceritakan detailnya. Lucyver semakin bisa merasakan emosinya memuncak. Mulai memenuhi jiwanya.

King Lucyver : "Apa ayah berpikir aku akan diam saja? TIDAK!"

Ekspresi wajah Lucyver berubah drastis. Ia mulai menunjukkan karakter murninya.

King Lucyver : "Lucyanna! Aku memerintahkanmu untuk segera menyelidiki kasus ini! Bongkar semuanya! Dan seret pelakunya langsung ke hadapanku! Dia akan mendengar langsung bagaimana aku akan memberinya hukuman yang setimpal, tepat di hadapannya!"

Lady Lucyanna : "Baik! Serahkan padaku!"

Meskipun sempat terkejut, namun akhirnya Lucyanna memahami apa yang seharusnya ia lakukan demi Kerajaan Varrzanian. Lucyanna bergegas pergi untuk melaksanakan perintah Lucyver.

Vrannver bersikap tenang dengan wajahnya yang dingin. Ia merasa bangga dengan putranya dengan mengambil keputusan yang tepat.

Vrannver : "Itu bagus sekali, putraku!"

King Lucyver : "Ayah tenang saja! Aku akan bertindak sebagaimana seorang Raja Varrzanian! Aku tidak akan mengecewakan Dewi Sylvierra!"

Lucyver menjadi lebih serius setelah mendengar kasus yang telah mencoreng kerajaannya. Dan muncullah sisi terdingin dan terkejam dari seorang Lucyver yang terkenal. Membuat sorot mata merahnya menajam, menambah kesan kepribadian murninya semakin kejam dan dingin.