webnovel

Meteorite Jade's Scandal (Bahasa)

Batu Giok Meteorit merupakan batu yang sangat istimewa, dan hanya turun 1000 tahun sekali di Alam Para Dewa. Terjadi suatu hal yang memaksa dua anak manusia bernama Zhang Sifeng dan Zhang Yushen untuk menemukan letak Alam Dewa tersebut. Mereka mencari seorang perempuan yang mereka cintai bernama Wu Zhishu, yang hilang di Lembah Heizhughou. Zhishu menghilang secara misterius di lembah itu. Namun, tidak ada yang tahu bahwa lembah itu adalah portal untuk menuju Alam Dewa. Sifeng dan Yushen tiba-tiba terlibat dengan para Dewa tersebut dan inilah awal mula petualangan mereka. Sifeng dan Yushen menjadi bagian dari Alam Dewa, karena mereka merupakan reinkarnasi dari orang yang penting. Mereka juga harus terlibat peperangan antar klan untuk memperebutkan Batu Giok Meteorit. Bagaimana perjalanan mereka di Alam Dewa itu?

Zanaka · Fantasi
Peringkat tidak cukup
383 Chs

Malam Mencekam

Aku dan Sifeng berada di mobil malam itu. Sifeng yang saat itu menjadi sopir, aku duduk di kursi belakang.

"A-Feng, setelah kupikir semalaman, aku tidak sanggup melakukannya. Aku hanya sanggup meminta maaf pada Tuan Zhang. Tapi< untuk mengurus Zhang Group, aku tidak mampu. Setelah meminta maaf pada Tuan Zhang, aku akan langsung pergi ke Amerika."

Ckiitttt!!

Sifeng menghentikan mobil mendadak.

"Lao Yu, apa kau sedang menghukumku? Kau tega meninggalkanku begitu saja, huh?"

"Aku akan bicara pada Tuan Zhang untuk menerimamu kembali. Tidak akan ada lagi yang mengacuhkanmu, A-Feng. Aku berani menjamin. Kalau mereka melakukannya, aku akan terbang langsung dari Amerika dan memberi pelajaran pada mereka."

"Hahaha, sungguh mengharukan. Apa ini masih rasa kasihan seperti sebelumnya, Lao Yushen?"

"Aku peduli padamu, A-Feng. Apa salah jika aku melakukannya? Bukankah kau adik kandungku, ya?" Aku berucap tulus.

"Cih! Sudah kubilang donor darah itu hanya kebetulan, Lao Yushen." Sifeng berucap sambil memalingkan wajahnya.

"Kalau seperti itu, kenapa kau menahanku untuk tidak pergi ke Amerika, huh?"

"Haassh! Pertanyaanmu sungguh menjengkelkan, Lao Yu!"

"Kenapa? Kau tidak bisa menjawabnya, bukan? Akuilah, kau juga sebenarnya menginginkan kalau aku ini benar-benar kakakmu, benar?

"Tapi, maaf! Aku tidak dapat selalu bersamamu. Tekadku sudah bulat, aku akan kembali ke Amerika. Dan kau kembalilah pada Tuan Zhang!"

Ckiittt!!

"Hei, kenapa kau menghentikan mobil mendadak terus, hah?" bentakku, tidak mengerti akan sikap Sifeng saat ini

"Mobil hitam itu menghalangi kita, Yushen. Asshh! Ini jalanan sepi dan gelap. Aku punya firasat buruk, Lao Yu."

Tiba-tiba lima pria bertubuh kekar keluar dari mobil itu dan menuju ke arah mobil kami.

"Lao Yu, apa kita akan dirampok? Bagaimana ini? Kenapa kau masih bersikap tenang di situasi seperti ini, Lao Yushen!"

Aku dapat melihat kepanikan di wajahnya.

'Tenanglah, aku akan melindungimu, A-Feng!'

Tapi, itu hanya ada dalam batinku, aku tidak ingin Sifeng besar kepala karena aku mengucapkan kalimat itu.

Kelima pria bertubuh besar itu lantas menggedor jendela kaca mobil kami. Bahkan, mereka akan menghantam jendela mobil dengan batu besar. Akhirnya, kami menyerah dan keluar dari dalam mobil.

Sifeng berdiri di sebelahku. Aku menatap mereka dengan tatapan dingin yang mengancam.

"Apa yang kalian inginkan, huh? Apa uang atau mobil?" Aku merebut kunci mobil dari tangan Sifeng dan melemparkan ke arah mereka.

Aku menarik kerah belakang baju Sifeng dan menggeretnya, menjauh dari mereka.

"Hey, kami tak menginginkan ini! Kami menginginkan nyawa Zhang Sifeng! Mana di antara kalian yang bernama Zhang Sifeng?"

Sesaat aku berbalik dan berucap, "Kami berdua adalah Zhang Sifeng, Paman!"

"Uhuk-uhuk! Kau gila, Lao Yu! Leherku tercekik karena kau menggeret kerah bajuku secara kejam, Sialan!"

Hahaha aku hampir melupakan Sifeng. Tapi sial! Para penjahat itu mendengar Sifeng memanggilku dengan sebutan 'Lao Yushen'. Pasti mereka sudah mengambil kesimpulan yang mana yang Zhang Sifeng.

Astaga, seringaian itu? Mereka menampilkan seringaian yang cukup menakutkan. Senyuman yang terlihat kejam dan membunuh.

"Lari, A-Feng!" Aku kembali menarik lengan Sifeng yang hanya tercenung sejak tadi.

"HEY! BERHENTI!"

Sial! Mereka dapat mengejar kami. Dan kini mereka juga mengepung kami.

"Sudahlah! Kalian berdua menyerah saja! Dan serahkan yang bernama Zhang Sifeng pada kami!" Lelaki bertubuh kekar yang memakai rompi hitam berujar.

"Lao Yu, untuk apa mereka mencariku?" bisik Sifeng padaku.

"Yang mereka incar adalah Zhang Sifeng yang asli, Bodoh! Sekarang juga kau lari! Biar aku yang membereskan mereka."

"Huh, konyol! Aku tahu luka di perutmu belum pulih seutuhnya, Lao Yu. Jadi, jangan sok jagoan!"

Baiklah, Sifeng memang benar. Terkadang lukaku terasa sangat nyeri. Kami mulai memasang kuda-kuda dan bersiap melawan kelima penjahat itu.

Kami saling bahu-membahu menghadapi kelimanya. Cukup lama kami terlibat dalam pergulatan itu, hingga aku merasakan lukaku kembali terasa nyeri. Sial!

Kini aku meringkuk di tanah.

"Gege, kau kenapa?" teriak Sifeng yang agak jauh dari tempatku berada.

Sebelum dua pria berotot menghampiriku, lagi-lagi Sifeng berteriak pada kelima penjahat itu.

"Hey, jangan ganggu kakaku, Paman! Dia tak ada urusannya dengan kalian. Akulah Zhang Sifeng yang kalian cari!" tantang Sifeng.

Anak itu memang bodoh!

Mata salah satu diantara mereka memberi isyarat pada kawan-kawannya.

Sifeng tidak menyadari itu, sampai seseorang memukul punggung Sifeng. Sifeng terhuyung, dengan segera lelaki yang berada di depannya menusuk perut Sifeng dengan sebilah pisau tajam. Aku melihat Sifeng terkapar di aspal, saat ini juga.

Dan saat inilah untuk pertama kalinya juga, aku takut kehilangan dia, adikku.

"A-FENG!"

Aku melupakan seluruh rasa sakit yang kurasa. Dengan tertatih aku berlari ke arah mereka. Menghajar mereka tanpa ampun. Berani sekali mereka!

Kupukuli mereka menggunakan balok kayu yang kutemukan di pinggir jalan. Sangat keras kupukul kepala mereka, karena aku menggunakan seluruh tenaga. Dengan beberapa pukulan, mereka akhirnya terkapar di tanah.

Aku menghampiri tubuh Sifeng yang meringkuk di tanah. Syukurlah, ia masih tersadar. Aku memapahnya dengan susah payah dan membawa dia ke mobil. Melupakan sejenak rasa sakit yang kurasa.

Kunyalakan mesin mobil dan secepat mungkin kami harus tiba di rumah sakit. Aku menatap sendu ke arah Sifeng yang meringis kesakitan di sebelahku.

"Tenanglah, Xiao Feng! Kita akan segera sampai di rumah sakit. Dan jangan kau cabut pisaunya! Karena akan menyebabkan perdarahan yang hebat jika kau cabut itu."

"Astaga! Akkhh ini sakit, Yu Ge! Aku sudah tak sanggup menahannya. Aarrgh!"

"Jangan banyak bergerak! Nanti lukanya bisa membesar. Atur napasmu, dan tenanglah! Tarik napas dalam-dalam, lalu keluarkan perlahan"

To be continued ....