Kini Tania telah berada di rumahnya, lebih tepatnya kini ia tengah berdiam diri di kamarnya, dan banyak hal yang ia pikirkan sekarang yang seolah-olah membuat otaknya ingin pecah. Sebuah suara ketukan pintu membuat lamunan Tania terhenti seketika.
Tok, tok, tok!
"Dek, buka pintunya mami mau ngomong sama kamu," ucap Vina.
"Dek, buka pintunya dulu dong," ucap Vina lagi.
Tania masih tak mempedulikan ketukan pintu tersebut, dan kini ia malah mengambil ponselnya dan sibuk scrol instragramnya.
"Dek, buka bentar napa sih," teriak Vina dengan nada yang menunjukkan kini ia tengah kesal.
"Ckk, apa sih, ganggu aja deh," ucap Tania yang berjalan ke arah pintu kamarnya.
"Apa?" ucap Tania yang hanya fokus pada layar ponselnya.
"Mami mau ngomong sama lo, tuh ditunggu di ruang keluarga, ada papi juga di sana," ucap Vina.
"Ngomong apa sih? Udahlah, ganggu gue aja lo," ucap Tania yang kini malah menutup pintu kamarnya.
"Eeh, gue belum selesai ngomong ya, gak sopan banget lo," ucap Vina yang menahan pintu kamar Tania.
"Iih, apa lagi sih? Gue lagi males untuk ke bawah, jangan ganggu gue," ucap Tania.
"Pokoknya lo harus ke bawah, mami mau ngomong sama lo, ngerti gak sih dek," ucap Vina.
"Gue gak mau," tolak Tania.
"Gue udah baik-baik ya ngomong sama lo jangan sampe emosi gue kambuh karena sikap lo," ucap Vina yang kini menahan emosinya.
"Huuft, iya deh iya," ucap Tania yang kini mengekori Vina, yang berjalan menuju ruang keluarga.
"Apa mi?" tanya Tania yang kini hanya berdiri dan fokus pada layar ponselnya.
"Tania, papi gak pernah ya ngajarin gak sopan ke orangtua," ucap Helven.
"Emang Tania salah apa sih pi?" sahut Tania yang masih fokus pada layar ponselnya.
"Kalo ngomong sama orang yang lebih tua itu, lihat orangnya bukan ponsel. Apa mau ponsel kamu papi sita?" ucap Helven.
"Iya pi iya," ucap Tania yang kini menyimpan ponselnya pada saku celananya.
"Ngapain sih pi, Tania disuruh ke sini?" ucap Tania.
"Makanya duduk sini dulu, jangan berdiri," ucap Helven.
"Hmm," sahut Tania yang kini duduk di samping Vina.
"Tania, maafin mami. Mami gak ada maksud ngomong kaya gitu ke kamu, mami cuma mau kamu lupain teman-teman kamu itu, dan mulai berteman dengan manusia gimana layaknya manusia normal," ucap Adrien.
"Tania gak bisa lupain mereka mi, sulit untuk melupakannya. Tania juga susah untuk berteman dengan manusia mi, mereka gak pernah ngertiin gimana jadi Tania dan mereka malah mengolok-olok kelebihan yang Tania punya. Tania juga pengen jadi manusia normal mi, Tania juga pengen ngerasain gimana rasanya berteman baik dengan manusia, tapi itu gak pernah Tania dapat. Seandainya, keinginan Tania pasti dikabulkan, Tania pengen mi semua kelebihan itu hilang, karena gak enak jadi Tania mi, gak semua orang yang tahan dengan kelebihan ini malahan ada yang hampir bunuh diri dengan kelebihan itu. Sedangkan mereka teman-teman Tania yang gak bisa mami lihat, mereka selalu ngerti gimana jadi Tania mi, mereka ngerti dengan apa yang Tania rasain, mereka selalu ada untuk Tania mi, beda dengan manusia mi. Itu sebabnya, mengapa Tania gak bisa lupain mereka," jelas Tania.
"Tapi, mami juga pengen liat kamu berteman dengan manusia selayaknya manusia normal sayang. Mami juga tau, gimana rasanya jadi kamu," ucap Adrien.
"Kalau mami tau gimana jadi Tania, mami pasti ngerti kenapa Tania gak punya teman manusia, dan mami gak seharusnya ngomong suruh Tania untuk lupain mereka," ucap Tania.
"Maafin mami, maaf kalau mami gak pernah tau dengan yang kamu alami. Ya udah, sekarang mami gak nyuruh kamu untuk lupain mereka, mami cuma mau kamu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kamu Tania. Mami juga pengen liat kamu bersosialisasi dengan manusia bukan hanya dengan makhluk gaib itu," ucap Adrien.
"Iya mi," sahut Tania.
"Tania papi tau gimana rasanya jadi kamu, papi sama kaya kamu. Papi juga pernah ngalamin hal yang kamu alami sekarang, malahan dulu papi sempat di skorsing cuma karena kelebihan itu," ucap Helven.
"Iya pi," sahut Tania yang menunduk.
Entah kenapa kini mata Tania memanas, dan kini mengeluarkan beberapa bulir air dari sudut matanya.
"Tania kenapa sayang?" ucap Helven yang bingung dengan putri bungsunya.
"Kadang Tania mikir pi, sampe kapan Tania harus ngerti semua orang, Tania juga pengen orang itu yang ngertiin gimana jadi Tania pi. Tania juga heran kenapa semua orang selalu menganggap kelebihan yang Tania punya hanya khayalan, padahal Tania bener-bener bisa liat itu pi," ucap Tania.
"Papi udah pernah bilang kan ke kamu, mereka kaya gitu karena mereka ga ngalaminya langsung. Sekarang kaya gini aja contohnya, kamu cerita ke Vina kalo kamu lihat mereka dan papi pastiin Vina pasti ga percaya dengan ucapan kamu, karena dia ga bisa liat itu, jadi dia hanya nganggap kalo kamu cuma ngayal, iya kan Vin," ucap Helven.
"Ya iyalah, tapi sekarang Tania percaya kok," ucap Vina.
"Ya iyalah," ucap Helven.
"Tapi Tania juga pengen kaya manusia normal pi, Tania juga mau kayak kak Vina punya banyak teman, tapi Tania ga bisa dapatin itu," ucap Tania.
"Iya papi juga tau itu, sekarang kamu udah ada teman Tania," ucap Helven.
"Ga ada pi, gak ada satu pun mereka yang ingin berteman dengan Tania, malahan mereka hanya mengejek-ejek Tania dan bilang Tania aneh, gila, ngayal, banyak cacian untuk Tania yang mereka buat pi," ucap Tania.
"Udah, kamu udah punya teman sekarang dan kamu bakal dekat dengannya nanti dan meski dia bukan manusia normal," ucap Helven.
"Papi tau dari mana? Tania gak pernah ngerasain pi, kalo Tania punya teman," ucap Tania.
"Udah, liat aja besok, kamu pasti dengannya," ucap Helven.
Tania hanya diam, memikirkan ucapan Helven untuknya.
"Gak usah dipikirin, nanti kamu pasti tau siapa dia," ucap Helven.
"Tania, maafin mami ya," ucap Adrien.
"Iya mi," sahut Tania.
"Bener nih, kamu maafin mami? Jangan marah yaa," ucap Adrien.
"Iya, Tania gak marah kok sama mami," ucap Tania.
"Syukur deh, maafin mami ya sayang," ucap Adrien yang kini memeluk Tania.
"Hmm, Tania doang nih ceritanya dipeluk," ucap Vina.
"Hmm, kayanya iya deh, mending kita pergi aja yuk Vin, dari pada ngeliat mereka pelukan," ucap Helven.
"Yuk pi," ucap Vina.
"Hahaha, enggak lah," ucap Tania yang kini tengah berpelukan dengan keluarga kecilnya.
"Udah ah pelukannya, Tania laper," ucap Tania.
"Ya udah yuk kita makan dulu, mami udah masak yang banyak malam ini," ucap Adrien.
"Gass kan," ucap Vina yang penuh semangat.
***