webnovel

Aneh Tapi Nyata

Pagi ini Tania telah selesai dengan seragam sekolahnya.

"Mi Tania pergi dulu yaa," ucap Tania.

"Iya hati-hati sayang," ucap Adrien.

"Iya mi," sahut Tania yang berjalan menuju pintu utama.

"Mi, papi mana?" tanya Tania yang kini berhenti menyelesaikan langkahnya.

"Udah duluan, soalnya ada urusan mendadak dari kantornya," ucap Adrien.

"Ooh, ya udah, Tania berangkat ke sekolah dulu ya mi," ucap Tania yang melanjutkan langkahnya.

Tania segera berjalan agar masuk ke dalam mobilnya, dan kini ia melajukannya dengan kecepatan rata-rata. Tak terasa mobil hitam tersebut kini memasuki pekarangan sekolahnya. Tania melajukan mobilnya agar memasuki parkiran sekolah, setelah Tania rasa mobilnya telah terpakarkir dengan pas ia segera keluar dari mobil tersebut. Saat itu, Tania sadar jika semua orang melihatnya dengan tatapan yang seolah-olah ia takut dengan Tania, dan saat Tania berjalan untuk menuju kelasnya mereka tampak kompak menjauh dari Tania. Kini, Tania sengaja tak memakai earphonenya sehingga ia dapat mendengar jelas ucapan semua orang tentang dirinya, Tania hanya diam tanpa ada niat untuk membalasnya.

Tak terasa, kini ia telah berada di depan kelasnya, yang telah ada beberapa murid disana termasuk Alea, Jeje, dan Caca di sana. Tania segera masuk ke kelas tersebut, dan ia dapat mendengar ucapan teman-temannya tentang Tania kemaren.

"Iih, Tania yang ini kan yang kemaren ngomong sendiri kaya orang gila, iih ngeri banget deh, gue jadi takut temenan ama dia," bisik gadis yang berada dipojok.

"Kemaren gue dapet gosib nih katanya ada anak baru cewe yang ngomong sendiri, itu bukannya dia ya," ucap siswi yang berada di depan Tania.

Kelas Tania kini, seperti lebah yang tak henti-hentinya untuk berhenti berbunyi. Tania yang berjalan ke arah mejanya dan melewati meja ketiga temannya dan mereka tampak seperti menghindari Tania.

Tania segera duduk pada kursinya, dan tiba-tiba Alea menghadap ke belakang dan memanggilnya.

"Tan," panggil Alea.

"Apa?" sahut Tania.

"Gue rasa pertemanan kita sampe sini aja ya, soalnya gue gak bisa jadi temen lo," ucap Alea.

"Gue juga gak bisa temanan sama lo, mana mungkinkan gue temanan sama orang yang rada-rada gila, yang bener aja," teriak Caca.

"Hahaha, bener tu Ca. Gue juga gak mau lah jadi temen lu Tan, yang ada gue ketularan gila lagi," ucap Jeje.

Entah kenapa kini, Tania merasa hancur dengan ucapan teman-temannya. Tania mencoba untuk tetap tegar di depan mereka dan kini mata Tania telah memanas.

Kini sorakan teman-teman Tania, memenuhi kelas tersebut.

"Huu, dasar cewe gila," sorak semua orang yang berada di kelas tersebut.

"Cantik-cantik kok gila sih neng, sayang banget," ucap seorang cowo yang mendekati Tania, dan Tania hanya diam tanpa sedikitpun untuk membalasnya.

"Iih, kecewa gue masa sih sekolah elite kaya gini nampung siswi gila kaya dia sih," ucap salah satu gadis yang kini berada di samping Tania.

"Huu, cewe gila, cewe gila!" sorakan mereka kini mengisi ruangan tersebut.

Tiba-tiba sebuah teriakan menghentikan suara mereka.

"Cukup!" teriaknya.

Kini semua siswa melayangkan pandangannya pada pemilik suara tersebut yang kini berada di depan pintu kelasnya.

"Apa urusannya sama kalian jika dia berbeda dengan kita!" teriaknya.

"Kenapa diam kalian!" teriaknya lagi.

"Apa cuma sampe di situ suara kalian? Cepet ulang lagi selagi gue ada di sini!" teriak cowok tersebut.

Tania segera bangkit dari duduknya dan kini berjalan agar keluar kelas tersebut. Sebelum Tania keluar, ia sempat berpapasan dengan cowo yang kini berada disampingnya.

"Jangan drama untuk coba-coba bela gue! gak butuh gue!" ucap Tania yang segera keluar dari ruangan neraka itu.

Kini Tania berjalan menuju taman sekolahnya, yang kini bener-bener kosong tak ada seorang pun di sana.

Tania segera duduk pada salah satu kursi, dan di sana pertahanan yang sedari tadi ia bangun runtuh.

"GUE BENCI DENGAN KELEBIHAN INI!" teriak Tania.

"Hiks, hiks, hiks, kenapa harus gue yang dapat ini semua, hiks, hiks," ucap Tania yang kini tak henti dari tangisnya.

"Kenapa harus gue? Gue mohon ambil kelebihan ini, ambil, gue gak butuh ini semua, gue mohon ambil," ucap Tania yang kini terlihat sangat hancur.

"GUE GA BUTUH INI SEMUA, GUE BENCI!" teriak Tania yang kini menggema keseluruh penjuru.

"Kenapa semua orang selalu menganggap gue kaya gitu, mereka gak pernah tahu apa yang rasain selama ini," ucap Tania yang kini meremas rambutnya sendiri.

Tania tak sadar jika sebuah sosok kini berada di sampingnya, dan sosok tersebut sangat mirip dengan cowo yang berada dikelasnya tadi, yang membela Tania.

"Jangan nangis," ucapnya.

Tania segera melihat ke sampingnya, dan kini mendapatkan seseorang di sampingnya.

"Ngapain Lo di sini? Gue gak butuh pembelaan dari lo," ucap Tania.

"Pembelaan?" tanya sosok tersebut.

"Iya, tadi lo kan yang bentak mereka, jadi gue gak butuh itu semua," ucap Tania.

"Bentar-bentar gue gak ngerti apa maksud lo," ucapnya.

"Tadi lo kan yang bentak mereka," ucap Tania.

"Gak, gue gak lakuin itu," ucapnya.

"Malahan, gue gak bisa di lihat oleh semua orang, jadi itu bukan gue," ucapnya.

Tania segera melihat ke arah cowok yang berada di sampingnya, dan kini Tania melayangkan penglihatannya pada kaki cowo tersebut dan kini ia jelas-jelas melihat kaki cowo tersebut melayang.

"Maaf tapi gue liat lo di kelas," ucap Tania yang masih bingung dengan seseorang di sampingnya kini.

"Tapi gue gak ada ke kelas, dan mana mungkin gue bentak manusia yang ada gue capek sendiri dan mereka gak bisa denger gue," ucap sosok cowok yang kini berada di samping Tania.

"Iya, gue juga mikir kaya gitu sih," ucap Tania.

"Terus yang gue liat tadi?" tanya Tania.

"Emang lo kenapa sih?" tanya sosok tersebut.

"Gue gak apa-apa," jawab Tania.

"Gak usah bohong, gue udah denger semuanya," ucap sosok tersebut.

"Emang lo siapa? Kenapa ke sini?" tanya Tania.

"Gue kesini karena denger teriakan lo," jawabnya.

"Gue harap lo jangan benci itu," ucapnya.

"Lo jangan sok tau deh, lo gak bakal ngerti gimana jadi gue," ucap Tania yang kini tampak sedih.

"Udahlah Tania, gue bisa kok rasain apa yang lo rasain," ucapnya.

"Kok lo tau nama gue?" tanya Tania.

"Hehe, itu," sahut sosok tersebut yang menunjuk papan nama Tania.

"Ooh," sahut Tania.

"Gue harap lo gak benci itu," ucapnya.

"Ooh iya, kenalin gue Rafel," ucapnya.

"Iya," sahut Tania.

"Raf, lo gak tau gimana jadi gue makanya lo mudah banget ngomongnya. Kadang gue mikir, dunia lo lebih tenang dari dunia gue sekarang dan pengen rasanya gue pindah ke dunia lo," ucap Tania.

"Tania, lo gila? Jangan lakuin itu," ucap Rafael.

"Iya Raf! gue gila, iya gue memang cewek gila yang ada di dunia ini!" teriak Tania yang tampak depresi.

Tania lupa dengan janjinya, pada hantu sekolah yang waktu itu menemuinya.

***