Kini keluarga kecil Tania sedang berkumpul di meja makan untuk makan malam. Semuanya sibuk dengan makanannya masing-masing.
"Gimana dek sekolahnya?" tanya Adrien.
"Hmm, biasa aja mi," jawab Tania, yang kembali melanjutkan makannya.
"Biasa gimana?" tanya Adrien.
"Yaa, biasa-biasa aja, gak ada bedanya dari yang dulu," ucap Tania.
"Terus gimana, lo dah ada temen belum?" tanya Vina.
"Udah sih, tapi besok palingan mereka gak mau temenan sama gue," ucap Tania.
"Lah, kenapa?" tanya Vina.
"Ya gitu deh," sahut Tania.
"Emang ada yang ganggu kamu lagi?" tanya Helven.
"Iya pi, ada beberapa mereka yang nyebut Tania sinting, aneh dan banyak lagi," ucap Tania.
"Ya udah, besok papi bakal ke sekolah kamu," tegas Helven merasa kesal mendengar jawaban dari Tania. Namun dengan cepat pula, Tania melarang pria itu untuk tidak datang ke sekolahnya.
"Udahlah pi, gak usah. Tania gak apa-apa kok, lagian Tania udah biasa kaya gitu," ucap Tania.
"Kenapa gak usah? Emang kamu mau di gituin terus? Papi bakal kesana besok," kekeh Helven.
"Udahlah pi, gak usah! Tania gak apa-apa kok," tukaks Tania lagi.
"Beneran gak apa-apa?" tanya Helven memastikan.
"Iya pi, gak apa-apa," sahut Tania yakin.
"Ya udah deh, tapi kalo ada yang nyakitin kamu, bilang ke papi ntar papi bakal ke sekolah kamu," timpal Helven.
"Iya pi," sahut Tania.
"Vina gimana?" tanya Helven.
"Gimana apanya pi?" tanya Vina.
"Kuliahnya gimana? Udah mulai?" tanya Helven.
"Belum pi, besok sih Vina ada jam," jawab Vina.
"Pagi apa siang?" tanya Helven.
"Hmm, pagi sih pi," sahut Vina.
"Ya udah, perginya hati-hati," ucap Helven.
"Iya pi," sahut Vina.
"Tadi, waktu mami siapin makanan, kok daging ayamnya udah gak ada tulangnya sih?" tanya Adrien.
"Hah? Masa sih mi?" tanya Vina.
"Iya, tadi mami liat sendiri kok. Terus mami ragu aja gitu, ya udah mami buang aja," ucap Adrien.
"Terus tulangnya ada tersisa di sana ga?" tanya Helven.
"Gak ada mas, cuma dagingnya doang, makanya aku ragu aja," ucap Adrien.
"Oh gitu," sahut Helven bingung mengernyitkan dahinya.
"Tapi, tadi aku liat Tania sih di dapur," ucap Vina.
"Hah?" kaget Tania karena namanya disebut.
"Iya tadi lo ke dapur kan," ucap Vina.
"Hmm, iya," jawab Tania.
"Terus lo tau gak siapa yang lakuin itu?" tanya Vina.
"Hmm," sahut Tania.
"Tania," panggil Helven.
"Hmm, apa pi?" sahut Tania.
"Tania tau kan siapa yang lakuin itu," ucap Helven.
"Hmm, sebenernya," ucap Tania.
"Apa sayang? Bilang aja, kita gak bakal marahin kamu kok," ucap Adrien.
"Tadi aku yang lakuin itu," ucap Tania.
"Untuk apa?" tanya Adrien.
"Untuk Nesya, Dira, Abil sama Atar," jawab Tania.
"Mereka siapa?" tanya Helven.
"Penghuni rumah ini," ucap Tania.
"Tapi mereka baik kok gak jahat," ucap Tania.
"Terus berarti yang makan tulang mereka dong?" tanya Vina.
"Iya, Tania sengaja ambil itu, dan itu Tania kasih ke mereka," ucap Tania.
"Ya udah, gak apa-apa," ucap Helven.
"Iya pi, Tania minta maaf," ucap Tania yang kini menunduk.
"Iya, gak apa-apa, papi ngerti kok," ucap Helven.
"Makasih pi," sahut Tania.
"Iya, tapi kamu harus hati-hati ya, jangan terlalu dekat dengan mereka yang baru kamu kenal, kan papi udah pernah bilang gak semuanya yang baik seperti yang kamu temui," ucap Helven.
"Iya pi, Tania tau itu kok. Tania juga udah pernah ketemu mereka yang jahat dan untung aja temen-temen Tania mau bantuin," ucap Tania.
"Iya, hanya itu pesan papi untuk kamu. Karena papi gak mau, suatu saat nanti kamu bakal kenapa-kenapa," ucap Helven.
"Iya pi, Tania bakal inget semua pesan yang papi berikan untuk aku," ucap Tania.
"Iya, papi harap kamu gak bakal lupa semua pesan itu," ucap Helven.
"Iya pi," sahut Tania.
"Tania udah selesai makannya, aku ke kamar duluan ya pi, mi," ucap Tania yang segera bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya.
Tania kembali menutup pintu kamarnya, dan kini ia berjalan menuju ranjangnya dan tak lupa ponsel yang setia berada ditangannya.
"Tania, kita main yuk," ucap Nesya.
"Main apa?" tanya Tania.
"Aku gak bisa untuk main sekarang, kita main besok aja ya," tolak Tania.
"Tapi aku pengen main sekarang," ucap Nesya.
"Aku ga bisa Nes," ucap Tania.
"Kamu udah janji kan, bakal main sama aku," ucap Nesya.
"Iya deh iya, mau main apa?" tanya Tania.
"Main boneka," jawab Nesya.
"Ya udah deh, ayok," sahut Tania.
"Tapi aku gak ada boneka Tan," ucap Nesya.
"Lah terus gimana?" tanya Tania.
"Apa kamu pun boneka?" tanya Nesya.
"Hmm," sahut Tania yang terlihat seperti memikirkan seseorang.
"Apa ada?" tanya Nesya.
"Iya, aku ada boneka, bentar," ucap Tania yang berjalan ke sebuah lemari yang terdapat banyak boneka disana.
"Ini untuk kamu dan ini untuk aku," ucap Tania yang memberikan sebuah boneka ke tangan Nesya.
Telah satu jam lebih mereka bermain, Tania yang merasa kini telah ngantuk ia melayangkan pandangannya pada jam yang tergantung indah di dindingnya, yang terlihat kini telah menunjukkan pukul 22.30 WIB.
"Nes, mainnya kita lanjut besok gak masalahkan? Soalnya aku udah ngantuk dan besok harus berangkat sekolah," ucap Tania.
"Tapi aku masih pengen main dengan mu Tania," ucap Nesya.
"Iya aku tau itu, tapi aku udah ngantuk Nes dan besok aku harus berangkat sekolah. Aku janji deh besok bakal main dengan kamu lagi," ucap Nesya.
"Aku gak mau main besok, mau sekarang," ucap Nesya.
"Nes, aku mohon, mainnya kita lanjutkan besok aja ya, please," ucap Tania.
"Ya udah deh, kamu janji ya, besok bakal main dengan aku lagi," ucap Nesya.
"Iya, aku janji," ucap Tania.
"Aku bakal tunggu kamu," ucap Nesya.
"Ya udah, aku beresin dulu," ucap Tania yang membereskan boneka yang ia mainkan bersama Nesya tadi.
Semuanya telah bersih seperti semula, Tania segera melangkah kan kakinya menuju ranjangnya. Entah kenapa kini ia lebih sedikit lelah dari sebelumnya.
"Badan gue kenapa pengen remuk sih sekarang, malah ngantuk banget lagi," ucap Tania yang merebahkan tubuhnya.
Baru aja Tania terlelap dalam tidurnya, selimutnya seketika turun seperti ada yang menarik. Namun, Tania tak menghiraukannya ia kembali menarik selimutnya agar seperti semula.
Sreeet...
Selimut Tania kembali turun untuk yang ketiga kalinya, ia sama seperti tadi, tak menghiraukannya dan kembali menarik selimutnya agar seperti semula.
Sreeet....
Kini selimut Tania kembali turun.
"Jangan ganggu gue, gue cape banget," ucap Tania.
Namun, ucapan Tania sia-sia, selimutnya kembali turun. Tani segera bangun dari tidurnya.
"Gue gak bercanda, gue capek banget jadi please jangan ganggu gue dulu," ucap Tania.
"Gue tau, kalian ingin bermain. Gue udah janjikan bakal bermain besok dengan kalian, jadi jangan ganggu gue sekarang, gue pengen istirahat," ucap Tania.
Tania kembali merebahkan tubuhnya seperti semula, setelah berapa lama akhirnya ia terlelap dalam tidurnya.
***