webnovel

Hari Pernikahan

"Kenapa malah diam? Tadi begitu agresif memintaku bertunangan, sekarang malah tidak bergerak sedikit pun. Apa tiba-tiba kamu kehilangan napas?" sindir Olivia. Sebenarnya dia sendiri pun sangat gugup dan malu saat mengatakannya, tapi dia berpura-pura arogan saja demi keuntungan.

"Aku hanya ingin bertunangan, kenapa kamu malah meminta lebih dari itu?" tanya Petra penasaran.

Olivia membuang muka sambil menggaruk hidungnya yang tidak gatal. "Tenang, hanya sebuah pernikahan kontrak saja. Aku hanya sudah lelah bertunangan yang pada akhirnya tidak dinikahi. Aku tidak mau mengulang sejarah yang sama, aku juga ingin tahu seperti apa rasanya menikah. Jadi, lebih baik langsung menikah saja, kan. Kenapa? Tidak mau?" ucapnya sambil berusaha menyembunyikan wajah tidak tahu malunya dengan sok-sokan berekspresi menantang.

Petra langsung teringat kejadian menyedihkan Olivia yang dicampakkan oleh Erfan malam itu. Wajar saja Olivia berkata tidak ingin mengulang sejarah yang sama, karena mungkin Olivia sudah membayangkan pernikahan impiannya dan akhirnya malah kandas di tengah jalan. Petra berusaha mengerti saja.

"Sepertinya kamu memang sudah tidak tahan ingin menikah. Baiklah, aku setuju. Pernikahan seperti apa yang kamu inginkan?" tanya Petra sambil mengusap puncak kepala Olivia dengan senyuman yang mengembang.

Toh dia yang akan lebih diuntungkan karena dengan menikahinya cincin batu hitam akan selamanya berada di dekatnya. Namun, bukankah tadi Olivia bilang hanya pernikahan kontrak? Apa maksudnya?

...

Di rumah keluarga besar Rhanandra.

"Apa! Kamu akan menikah, Petra?!" seru Tn.Rhanandra dengan mata membulat.

Ny.Rosma-ibu tiri Petra yang duduk di samping Tn

Rhanandra dan Lucas yang berada di sana pun dibuat terkejut mendengar Petra akan menikah secara tiba-tiba.

"Kakak yakin akan menikah dengan Bella anak Pak Gubernur itu?" tanya Lucas tak menyangka.

"Aku tidak sedang membahas Bella. Aku akan menikahi wanita lain," ucap Petra sambil menyilang kaki di atas sofa dengan wajah santai.

"Hah! Bukan dengan Bella? Lalu dengan siapa kamu akan menikah?" tanya Tn.Rhanandra.

"Dia dari keluarga mana? Apa kami mengenal dekat dengan keluarganya?" cecar Ny.Rosma dengan tatapan menyerbu.

Petra menatap penuh kebencian pada ayah dan ibu tirinya. Mereka selalu mengutamakan status sosial. Seberpengaruh apa sebuah keluarga di suatu wilayah, itulah yang mereka junjung tinggi. Petra jadi semakin tidak suka.

Dia terdiam bingung harus mengatakan apa karena dia sendiri belum mencari tahu informasi Olivia. Dengan gegabah langsung menyetujui permintaannya. Namun, menurutnya data diri pribadi dan status keluarga tidaklah penting. Saat ini dia hanya ingin terbebas dari kepribadian gandanya saja.

"Hanya wanita biasa, tapi aku menikahinya bukan karena cinta. Dia memiliki cincin batu hitam yang bisa menangkal kepribadian gandaku. Beberapa dokter sudah menguji kebenarannya, aku sendiri pun sudah, tapi cincin itu baru bisa berfungsi padaku hanya jika dia sendiri yang memakainya," jelas Petra dengan wajah serius. Dia melihat kerutan di dahi ayahnya, ibu tirinya dan juga adiknya.

"Cincin batu hitam?" gumam Tn.Rhanandra terheran-heran. "Adakah yang seperti itu? Sebuah cincin yang bisa menghentikan kepribadian gandamu?"

Petra mengangguk yakin.

"Tidak masuk akal. Meskipun memang benar, tindakan yang harusnya kamu pilih adalah dengan membelinya. Kenapa kamu harus mengorbankan masa depanmu dengan menikahinya? Apalagi dengan wanita yang asal-usulnya kita tidak tahu," ujar Ny.Rosma protes dengan bibir julidnya.

"Sudah aku jelaskan semuanya, apa otakmu begitu sulit mencerna?" sindir Petra dengan tatapan menusuk. "Cincin itu bisa menghentikan Rex apabila dia menyentuhku. Menawarinya uang pun tidak akan ada gunanya bila tidak ada dia sebagai perantara."

"I-iya, tapi ... tidak perlu sampai menikahinya juga kan, Petra? Jika Bella tahu, bagaimana Ibu menjelaskannya pada Pak Gubernur? Kita akan sangat malu pada mereka," ujar Ny.Rosma gelagapan karena nyalinya dibuat ciut melihat sorot mata Petra yang dipenuhi kebencian.

"Malu? Untuk apa? Memangnya aku memiliki hubungan seperti apa dengan Bella? Kalian jangan menciptakan imajinasi aneh-aneh mengenai aku dengannya. Aku memutuskan untuk menikah karena aku sangat membutuhkannya, dia harus selalu bersamaku. Keputusanku sudah bulat, aku akan menikah besok," ujar Petra sambil beranjak bangun dengan merapikan kerah kemejanya.

"Tunggu, Petra! Kamu jangan cepat-cepat membuat keputusan. Reputasi keluarga Rhanandra akan buruk jika kamu menikah dengan wanita yang tidak jelas asal-usulnya," kata Tn.Rhanandra sambil menghampiri Petra.

"Bukankah reputasi keluarga kita memang sudah buruk semenjak Ayah menikah lagi dan membuat ibuku meninggal? Sedikit memperburuk reputasi juga tidak akan ada bedanya, bukan?" sindir Petra yang seketika membuat Tn.Rhanandra dan Ny.Rosma bungkam dengan wajah merah menahan malu.

Petra berjalan mendekati ayahnya sambil menatapnya dalam.

"Ayah, sebenarnya aku kemari bukan untuk meminta izin pada kalian, aku hanya memberitahu saja demi rasa hormatku. Sudah sangat lama aku ingin hidup dengan normal, sekarang sudah menemukan penangkalnya, kalian jangan coba-coba menghentikanku," ucap Petra sambil tersenyum sinis dan pergi begitu saja.

...

Pernikahan pun segera dilaksanakan. Olivia tidak ingin menikah besar-besaran dengan pesta yang begitu meriah. Dia ingin pernikahan yang sangat-sangat sederhana, bahkan hanya di hadiri oleh ayah Petra, ibu tirinya, Lucas dan beberapa asisten pribadi saja. Begitu juga dengan harapan Tn.Rhanandra dan Ny.Rosma karena mereka sama sekali tidak akan menganggap Olivia sebagai menantu keluarga Rhanandra. Mereka tahu Petra hanya memanfaatkan Olivia saja.

Petra pun tidak memperbolehkan Lucas memberitahu siapa pun termasuk para Tuan Muda Kota A kalau dia menikah hari ini, karena Olivia ingin semuanya di rahasiakan. Dia sangat segan saat mengetahui status Petra yang sangat berpengaruh di Kota A. Olivia sadar pernikahannya tidak akan mudah. Toh, yang dia butuhkan hanya foto pernikahan yang nantinya akan dikirimkan pada sang ibu.

Sebelumnya, Olivia dengan orang tua Petra sudah berkenalan. Orang tua Petra menunjukan ketidaksukaannya pada Olivia karena status Olivia yang tidak jelas. Olivia sadar diri saja agar tidak mendapat banyak masalah di keluarga itu.

Acara pernikahan ditutup setelah Olivia dan Petra berfoto. Tn.Rhanandra dan Ny.Rosma menolak foto bersama. Sepanjang acara pernikahan dilaksanakan hanya Lucas yang bisa mencairkan suasana. Dia tidak begitu mempermasalahkan pernikahan ini, dia bahkan bisa menerima Olivia apa adanya karena itu adalah pilihan kakaknya.

Ny.Rosma berjalan masuk ke kamar pengantin. Dia menghampiri Olivia yang sedang berusaha melepas resleting belakang gaun pengantinnya dengan tatapan tidak suka.

"Kamu tahu, hanya orang mati yang dapat menjaga rahasia dengan sangat baik. Keluarga Rhanandra di Ibu Kota sangat berpengaruh dan begitu terpandang. Jangan sampai dengan adanya pernikahan ini, citra keluarga Rhanandra jadi buruk. Kamu harus menutup rapat mulutmu itu," ucap Ny.Rosma sambil membantu melepaskan resleting gaun Olivia dengan sentuhan yang tidak ramah.

Olivia hanya menunduk saat mendengarnya. Instingnya mengatakan kalau Ny.Rosma ini bukanlah orang baik. Auranya dipenuhi iri dan dengki.

"Apa Petra sudah mengatakan sesuatu tentang tubuhnya?" bisik Ny.Rosma sambil tersenyum jahat. Senyumnya seakan bisa membunuh dalam satu kali ucapan.

Olivia menoleh dan menatapnya penuh tanya.

...

BERSAMBUNG!!