webnovel

Apakah Kau Marah?

Di dalam kamar megah nan besar milik Hamish Allen, sepasang muda-mudi tampak kebingungan. Mereka berdua kompak secara tidak langsung saling menatap satu sama lain. Hal ini refleks membuat Alessia malu bukan main.

Tanpa disadari oleh perempuan muda nan cantik itu, jantungnya berdegup kencang tak karuan. Semburat merah tampak menghiasi kedua pipinya dan mempermanis wajahnya.

"Ehem," dehem kakek Hamish tak melewatkan kejadian manis tersebut di depan kedua matanya. Sedikit terselip rasa cemburu melihat dirinya seolah diabaikan oleh pasangan suami istri muda itu di dalam kamarnya. "Apakah kalian tahu mengapa aku menyuruh kalian datang kemari?" tanya Kakek Hamish pada tujuannya tanpa membuang waktu lebih lama lagi.

Alessia sekilas menatap pada sang suami dan segera menggeleng pelan ke arah Kakek Hamish.

Tak jauh berbeda dengan suaminya, Christian juga segera menggeleng cepat pada kakeknya tersebut. Ia merasa ingin tahu tapi ia masih mencoba bersabar dan memilih menunggu.

"Aku ingin kalian tetap berada di sini sebagai hadiah masa bulan madu kalian. Bagaimana? Kalian senang, kan? Aku ini adalah kakek yang sangat menyayangi cucu kandunku beserta istrinya.

Aku ingin kalian menikmati masa honeymoon tanpa siapa pun yang akan mengganggu. Kenapa kalian diam saja? Apakah kalian terharu?" ungkap sang kakek dengan santainya dan mengira semua perbuatannya telah membuahkan hasil maksimal.

Christian hendak menyela namun sang kakek kembali melanjutkan kata-katanya.

"Bagaimana semalam? Apakah istrimu menjadi liar semalaman di kamar, hem? Aku tahu bagaimana Alessia. Gadis ini adalah gadis yang baik, sopan, dan kalem. Dia pasti malu jika kau dekati. Maka dari itu, semalam aku memberikanmu hadiah semacam itu. Christian, kau pasti senang, kan?" cecar sang kakek dengan entengnya.

Mendengar itu Alessia mendadak malu. Benar-benar malu. Mungkinkah ia masih memijakkan kaki di lantai keramik mahal ini? Sungguh obrolan ini sangat memalukan bagi gadis polos seperti dirinya.

Jujur saja gadis itu belum menyadari apa yang terjadi semalam padanya. Tingkah aneh semacam apa yang ia lakukan sehingga ia terbangun dengan posisi dan penampilan seperti tadi pagi?

Ya Tuhan…

Alessia mendadak pucat. Seolah di dalam tubuhnya tak dialiri darah sedikit pun.

Kegilaan apa yang semalam ia lakukan? Apakah ia melakukan perbuatan yang tidak-tidak pada sang suami yang notabene menderita kelumpuhan?

Eits, tunggu dulu! Bukankah suaminya tidak bisa bercinta? Berarti kemungkinan besar mereka tidak melakukan apa pun selain kissing atau yang lain, bukan?

Only kiss, right? No more!

Yup!

Christian terkekeh geli. Ekspresi yang tak terprediksi dalam benak Alessia. Suaminya bersikap santai sekali dan tertawa geli dengan seenaknya.

Ada apakah gerangan?

"Kakek lucu sekali. Bagaimana aku bisa bercinta dengannya, Kek? Sementara aku saja berjalan pun tak mampu. Apakah Kakek lupa kalau cucumu ini masih menggunakan kursi roda? Jangan bercanda seperti itu, Kek! Kau benar-benar menjatuhkan harga diriku di depan istriku," ujar Christian berpura-pura merajuk.

Mendadak Kakek Hamish terkejut setengah mati.

Astaga!

Sepertinya kata inilah yang ada di dalam pikiran Kakek Hamish.

Betapa bodoh dan gegabahnya rencana yang ia buat untuk pasangan muda tersebut. Bukannya membahagiakan pasangan muda tersebut seperti dugaannya, ia malah membuat sang cucu merasa terhina.

"Maafkan aku, Christian. Kukira dengan semua rencanaku itu dapat membantumu menikmati malam pertama dengan istrimu dengan penuh warna. Aku benar-benar sembrono. Maafkanlah Kakekmu ini, Christian," ucap Kakek Hamish sambil menepuk keningnya dan merutuki ide yang ia anggap brilian.

Christian memiringkan senyumnya.

"Tak apa, Kek. Kalau tak ada lagi yang mau dibahas, aku permisi keluar lebih dulu dari ruangan ini," pamit Christian sambil memberikan kode pada asisten pribadinya, Raymond, untuk membawanya keluar dari ruangan itu.

"Tunggu dulu!" cegah Kakek Hamish. Raymond berhenti di tempatnya ketika mendengar seruan kakek tua itu pada cucu kesayangannya.

Christian tampak jelas menatap ke arah sang kakek dengan diiringi tanda tanya besar di kepalanya.

"Ada apa, Kek?" kejar Christian menunjukkan ketidaksukaannya pada sang kakek yang telah membuatnya tetap tinggal di dalam ruangan tersebut dalam waktu yang tak bisa ditentukan. "Apa lagi yang ingin Kakek bicarakan pada kami berdua? Aku mempunyai acara sendiri, Kek. Alessia juga harus berangkat kuliah. Kasihan Alessia kalau terlambat mengikuti mata kuliahnya," lanjutnya dengan mengambinghitamkan istri kecilnya.

Alessia menahan tawa dan hal itu terlihat jelas di wajahnya. Gadis itu mengulum bibir dan memalingkan wajahnya ke arah lain membuat Christian bisa menebak pergerakannya.

'Sialan! Beraninya dia menertawaiku! Seharusnya dia berterima kasih pada usahaku, bukannya malah menertawakan aku! Cih,' batin Christian dalam hati. Ia melirik tajam ke arah istri kecilnya dan balas memalingkan wajahnya ke arah lain pula.

Tanpa mereka sadari ada sebuah rasa aneh yang tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuh. Memainkan seluruh emosi yang ada dan tak berhenti di situ saja, mereka seperti mulai bisa menerima kehadiran satu sama lain ke dalam diri masing-masing. Gelanyar aneh itu membuat keduanya tak bisa berkutik selama beberapa saat.

"Sepertinya aku perlu memberimu sebuah kabar bahagia, Christ. Istrimu mendapat cuti honeymoon dari kampusnya dan sekarang kalian bebas menikmati kehidupan kalian pasca pernikahan.

Aku ingin kalian bisa menikmati hari-hari bersama dan mengeratkan diri satu sama lain. Kurang baik apa coba Kakekmu ini, Christ?" ujar Kakek Hamish dengan senyum tersungging begitu kentara di wajahnya yang telah berkeriput. Pria tua itu begitu bangga mengatakan rencananya saat ini, berbanding terbalik dengan kata-kata sebelumnya.

What?

"Kenapa Kakek seenaknya membuat keputusan?" serang Christian pada kakeknya.

Kakek Hamish tak paham maksud pertanyaan cucunya.

"Apa maksudmu, Christ? Kenapa kau tak senang dengan rencana yang kubuat untuk kalian? Seharusnya kau senang aku melakukan semua ini untuk kalian berdua," balas Kakek Hamish tak mau kalah.

"Apakah Kakek merasa aku ini pria menyedihkan dan harus mendapatkan kebahagiaan dengan rencana kakek barusan? Kenapa Kakek begitu egois? Apakah Kakek merasa aku dan Alessia tidak bisa bahagia dengan cara kami sendiri? Kenapa kami harus mengikuti semua rencana kakek?" serang Christian penuh amarah.

"Christian Allen, bukan maksud kakek seperti itu! Kakek tidak sedang mengasihanimu.

Tidak! Bukan begitu! Kakek hanya ingin kau bahagia dan bersenang-senang dengan istrimu dan melepaskan diri sejenak dari rutinitasmu di Allen Group.

Apakah tindakan Kakek salah dan telah mengecewakanmu? Maafkanlah aku, Christ." Untuk pertama kalinya dalam diri kakek Hamish meminta maaf pada seseorang dan ia merasa bersalah karena telah membuat cucu kesayangannya marah padanya.

Christian tak menjawab. Ia hanya menyorot tajam ke arah sang kakek.

Alessia hendak menyela perdebatan ini tapi urung ia lakukan. Ia sadar diri dan posisi dirinya yang tak menguntungkan. Ia hanyalah cucu menantu. Bukan cucu kandung dari Hamish Allen.

"Christian, jawab aku! Apakah kau marah dan kecewa pada semua rencanaku? Aku tidak tahu jika kau akan semarah ini pada Kakek," desak Kakek Hamish meminta jawaban. Wajahnya begitu lusuh. Pria tua itu begitu menyayangi Christian dan ia tak mau bersitegang dengan cucu kesayangannya tersebut.

"Kek,," panggil Christian yang seketika membuat sang kakek menatap ke arahnya.

To be continue…

***