webnovel

1 - Strawberries and Cigarettes (Troye Sivan)

********

You always leave me wanting more

I can't shake my hunger for

Strawberries and cigarettes always taste like you

[Troye Sivan - Strawberries and Cigarettes]

**********

.

Pria itu menyalakan rokok dan menyesapnya dengan nikmat, asap putih segera mengepul memenuhi kamar hotel dan meluncurkan aroma rokok kretek putih yang kuat. Dia duduk sambil bersandar di sofa tunggal yang besar, tungkainya yang panjang dilipat santai.

Tubuh kekarnya hanya diselubungi jubah hotel dengan kain berkualitas terbaik, dia tersenyum saat melihat wanita muda yang baru saja keluar dari kamar mandi hotel mendekat ke arahnya.

Wanita yang seharusnya tak boleh dia sentuh sedikitpun karena melanggar norma dan etika sosial masyarakat umumnya. Tapi wanita itu adalah miliknya dan akan selalu menjadi miliknya.

Wanita yang menikahi putra tunggalnya—putra pewaris dari multi bisnis yang dimilikinya. Hanya saja kondisi putranya itu menyedihkan membuat dia harus mengorbankan miliknya demi menutupi aib sang Putra.

Wanita itu mendekat sambil menghela nafas lelah, dia sangat menyukai ekspresi kesal yang ditunjukkan wanita itu ketika menemukan dirinya merokok.

Apa salahnya dengan merokok? ini sudah menjadi kebiasaaan buruknya sejak dia berusia 3 SMP. Tapi batang putih itu sudah menjadi candu baginya, ia tak bisa berhenti untuk melakukannya.

Ia bisa saja berhenti tapi ia tak mau melakukannya

Dan si wanita itu selalu putus asa memperingatinya, tapi kekeraskepalaannya membuat si wanita itu akhirnya hanya pasrah, walaupun kadang dia sangat jengkel.

"Kau tahu, kalau di kamar ini no smooking room, Sandy" ingat si wanita, dia berdecak kala Sandy sengaja menghisapnya dalam-dalam dan mengeluarkan asap lebih tebal.

"Aku tahu, kau sengaja membooking kamar no smooking room. Tapi kurasa manajer hotel tak akan protes" Sandy terkekeh dengan senyuman miring.

"Aku selalu menjadi perokok pasif" keluhnya. "Cukup satu batang, jika kau ingin merokok lagi, merokoklah diluar" tambahnya galak.

Sandy menarik lengan si wanita itu dan memaksanya mendekat. Dia mematikan rokok yang hanya tinggal setengah lagi, lalu memeluk pinggang ramping si wanita, menariknya sehingga ia terduduk di pangkuannya.

"Sudah kumatikan, jangan merajuk" rayunya. Sandy menyelusupkan hidungnya di leher wanita itu dan membauinya, menghisap pelan permukaan lehernya sehingga wanita itu mendesah.

Sandy menyeringai, wanita itu memiliki titik sensitif di antara leher dan telinganya. Dia lemah jika Sandy sudah menyerang bagian itu. Sandy menyibak jubah hotel si wanita dan meremas bulatan kenyal yang masih padat dan sekal.

Bulatan yang sangat pas diremas di telapak tangannya, wanita itu menolehkan kepalanya dan mencium bibir yang sudah terkontaminasi nikotin dan cengkeh. Walaupun ia sering protes karena Sandy merokok, tapi entah mengapa dia sangat menyukai aroma itu berada dimulutnya—rasanya manis dan smoky, sehingga dia selalu berusaha meraup sensasi rasa itu dengan hisapan dan jilatan lidahnya. Mereka terus beradu bibir dengan bernafsu.

Di balik jubah hotel, si wanita memang tak mengenakan apapun, karena ini adalah pemanasan untuk permainan ronde kedua mereka. Ronde pertama sudah mereka lakukan tadi di ranjang, terbukti dengan seprai sudah kusut. Kali ini Sandy memutuskan untuk melakukannya di sofa.

Kaki si wanita sudah otomatis melebar saat tangan kokoh pria itu menyusup ke bagian kewanitaannya dan menstimulasinya disana dengan menekan titik yang bersembunyi di balik bibir rapat si wanita.

"Oh..Shan.." lenguh si wanita—Sandy sangat menyukai kala wanita itu menyebutnya Shan. Shan adalah panggilan sayang yang diberikan oleh wanita. Desahan panggilan nama itu terasa indah di telinganya, sebagai ekspresi kenikmatan dari permainannya.

"Ya.. Sayang, kau mau apa?" tanya Sandy. Pertanyaan yang hampir basa basi karena dia tahu apa yang diinginkan si wanita.

Kewanitaannya sudah bocor kembali, Sandy merasakan ada yang basah di permukaan otot pahanya.

"Dua jari..." pinta si wanita, dan Sandy menuruti, memasukkan dua jari ke lubang hangat itu dan memutar-mutar disana laksana mengorek-ngorek lalu menusuknya dengan cepat keluar masuk.

Si wanita terengah-engah, dia tak sanggup menahan sensasi nikmat, ditambah mulut Sandy ini menguasai buah dadanya.

"Shan...aku mauu...." rengek si wanita

"Keluarkan... aku ingin melihat wajah terangsangmu..." suruh Sandy—jarinya tak melambat sedikitpun bergerak cepat disana

Ledakan pelepasan kemudian mendorong guyuran cairan yang membanjiri jarinya. Sandy selalu terangsang hebat jika menatap wajah si wanita mengerjapkan matanya, menikmati sensasi pelepasan. Si Naga Sandy sudah siap tempur hanya dengan melihat ekspresinya.

"Banjir.." gumam Sandy menyeringai puas

Si wanita hanya mengernyit pasrah karena ia tahu Sandy akan melakukan permainan inti. Dia berdiri dan melepaskan jubahnya hingga mereka kini telanjang bebas.

Si wanita segera menempatkan posisi membungkuk membelakangi tubuh Sandy yang berdiri di depan bokongnya. Sandy menempatkan satu kaki wanita bertumpu di alas sofa, sementara kaki yang satunya berdiri menahan bobot tubuhnya.

Dengan gaya ini, Sandy bisa melihat jelas belahan kewanitaannya dan sebuah lorong yang bersembunyi malu-malu yang siap dimasuki naga-nya.

"Ughh..." lenguh Sandy memasuki lorong itu, gesekan lembut dinding kewanitaannya membuat naga-nya berontak gembira karena kembali menemukan sarangnya. Dia dengan cepat bergerak maju mundur sehingga bunyi tabrakan antar paha dan bokong itu bersuara nyaring.

Si wanita berusaha menahan dirinya agar tak terdorong maju, dia mencengkram erat sandaran sofa, sofanya sendiri sudah mulai bergerak mundur karena potensi tenaga yang dikeluarkan Sandy saat bergerak disana.

Rasa senggama wanita itu selalu membuatnya kesetanan, dia nyaris mencicipinya setiap saat kala mereka punya kesempatan berdua, dan ini sudah berlangsung selama 2 tahun lebih. Tapi hanya dia yang memasuki kewanitaannya—hanya dia.

Bahkan putranya tak pernah menyentuhnya sama sekali. Apakah putranya itu tak pernah merasakan bahwa milik wanita itu menjanjikan kenikmatan yang luar biasa.

Putranya itu tak tahu moral dan tak tahu diri.

"Ren.... ahh..." erang Sandy, kala merasakan sang naga akan menyembur ke arah rahim wanitanya, dan Sandy menusuknya dengan sekali sentak untuk menembakkan muatannya sedalam mungkin ke peranakan si wanita.

Sandy mendiamkan naga-nya disana guna beristirahat sejenak merasakan hangat yang menyelimuti batang naganya.

Si wanita menoleh pada Sandy "Lepaskan, aku harus menahan spermamu di milikku, agar dia bisa menembus sel telurku" ingat si wanita.

Sandy tersadar, dia mencabut naga-nya, dan mengangkat kedua kaki si wanita lebih tinggi, sementara kedua lengan wanita masih bertumpu di alas sofa.

Ini adalah usaha mereka agar sperma Sandy membuahi si wanita. Sandy memutuskan agar si wanita harus hamil, jika putranya tak bisa menghamili maka dia harus mewakili untuk menghamilinya.

Hasilnya akan sama saja, keturunan keluarga Hardjasukma akan tetap dihasilkan.

"Kukira sudah, badanku pegal" pinta si wanita.

Sandy melepaskan kaki si wanita kembali bertumbu ke lantai karpet. Dan dia melihat sisa cairan si wanita dan spermanya menetesi membasahi pangkal paha si wanita. Pemandangan ini sungguh seksi sekali di mata Sandy.

"Ren..."

"Hmm.." wanita yang dipanggil Ren itu—menoleh

"Spermaku menetes keluar lagi, kukira aku harus mengisinya lagi" Sandy menyungingkan senyum pervert-nya

"Modus" umpat Ren.

Dia berjalan sambil menghimpit pahanya rapat, berusaha agar sperma milik Sandy tak menetes lebih banyak lagi ke bawah.

Cara jalan yang mirip penguin itu, membuat Sandy terkekeh.

Ketika Ren sudah berbaring ke kasur terlentang dan meraih selimut untuk menutupi tubuhnya. Sandy kembali mengenakan jubahnya, dan duduk di sofa kembali.

Ia akan menyalakan rokok lagi—sebatang rokok memang nikmat dinikmati seusai having sex.

"Merokok! Keluar!" seru Ren galak.

Dan Sandy terpaksa mematikan pematiknya, dan menyimpan batang rokok itu kembali ke tempatnya dengan keluhan panjang.

.

.

.

Part pertama udah panas dingin... wkwkwk

Gimana? Promising ga sih...