Pintu lift terbuka.
"Akhirnya!"_ Nindy keluar pintu lift dengan tergesa-gesa di iringi tatapan penasaran dari Frans. Ada berapa wanita yang menyukai minyak kayu putih?
Wanita cantik ini salah satunya.
Frans terperangah.
Kenapa aku tadi tidak menyapa wanita cantik tadi, ya? Apa dia Karyawati di perusahaan ini? Kenapa aku baru melihatnya?
Frans tidak bisa melihat wajah wanita itu. Kacamata yang dikenakan wanita itu menutupi sebagian wajahnya, meski begitu, Frans bisa melihat kecantikan wanitanya. Hidungnya mancung mungil, bibirnya juga mungil, dagunya lancip, rambutnya disanggul praktis memamerkan leher jenjang yang cantik dan putih.
Wanita cantik itu memiliki tinggi hampir sama dengan Frans, tapi karena dia menggunakan high heels, tinggi mereka jadi sejajar.
Sempurna! Frans terpesona.
"Tunggu! Aku kok seperti pernah mengenalnya. Aroma parfumnya! Itu... seperti...ah tidak! Tidak mungkin! Mana mungkin ikan lumba-lumba berubah jadi putri duyung, di kantor ini lagi...tidak...tidak mungkin!"_ Frans membuang jauh-jauh dugaannya, tetapi tidak bisa. Pikirannya tetap mengingat Nindy, membandingkan Nindy dengan wanita cantik di depannya itu.
"Wanita ini sungguh sempurna, cantik, indah, bodynya aduhai...10...angka 10. Nilai sempurna!Nindy...jauh... lewat... tersingkir! Bumi dan langit. Sialan! Kenapa aku terus memikirkan dia! Wanita itu mengangkat dirinya terlalu tinggi. Bisa-bisanya dia menolak bertemu denganku! Sombong, tidak tahu diri, bertingkah! Hah!"_
Frans menyumpah dalam hati.
Sudah tiga kali dia datang ke penjara di kota kecil itu. Saat kedua kali dia datang ke sana, dia juga tidak bisa bertemu Nindy. Yang datang orang lain. Wanita jelek dan tidak waras. Wanita itu berjanji memberikan kue coklat untuk Nindy, setelah menerimanya, eh dia memakan kue itu di depan Frans. Bukan hanya itu, wanita gila itu menghancurkan bunga mawar merah mahal yang di bawa Frans.
"Kamu jangan datang lagi. Nindy tidak Sudi bertemu tampang gay sepertimu!" Wanita itu mencibir.
"Kurang ajar! Aku di bilang gay! Wanita sinting!" Frans hanya mengatakan itu dalam hati.
Tapi...apalah data! Frans rela di hina dan di caci maki teman-teman Nindy, demi uang 25 Milyar US dollar itu. Dapat separuhnya juga tidak apa-apa! Frans rela. Rela kembali ke Nindy, toh dia di penjara juga. Dengan sedikit kata penyesalan, puisi indah, bunga mawar dan coklat, atau sedikit air mata, tidak masalah. Asal Nindy mau rujuk dengannya. Hidup berjauhan dan berkunjung rutin seminggu 3 kali. Tidak apa-apa! Asal Nindy senang, bahagia dan lupa diri! Lalu membagi uang 25 Milyar US$ itu.
Tidak apa-apa!
Frans terima semua itu. Demi masa depan, demi uang.
Frans datang ke tiga kalinya ke penjara. Frans di tolak di pintu masuk. Atas perintah Nindy, pria yang bernama Frans Winata di larang menginjakkan kaki ke pintu gerbang penjara. Sialan! Nindy Hebat! Tapi apa benar Nindy sehebat itu? Dia bisa memerintahkan sipir penjara melarang Frans berkunjung ke penjara.Kurang ajar! Sombong! Jadi apa dia di penjara? Apa sekarang Nindy menjelma menjadi ratu mafia di penjara wanita ini?! Nindy menjadi seperti Claudia Ochoa Felix, ratu mafia itu? Ck.ck ck! Bukan main!"
Frans tidak bisa apa-apa. Uang segalanya. Dengan uang Nindy bisa berkuasa di penjara ini. Penjara jadi istananya. Sipir penjara jadi pasukannya. Membayar orang memblokir Frans, itu tidak ada apa-apanya. Dia sudah kaya.
Frans kesal mengingat hal itu.
***
Frans kehilangan jejak Nindy.
"Kemana perginya wanita cantik itu? Cepat sekali jalannya! Oh itu dia. Dia belok kanan...ke mana? Toilet wanita...ah!"_
Fran menghentikan langkahnya. Seandainya tidak sibuk, Frans ingin tetap berdiri di tempatnya atau menunggu di depan toilet wanita itu.
Tapi itu tak mungkin!
Toilet pria kan di sebelah kiri.
"Apa aku tunggu saja ya dia di sini?"
Frans kebingungan. Untungnya lantai 7 ini sepi. Tidak ada yang melihat kalau dia bertingkah seperti orang linglung.
"Wanita itu? Apa dia tamu perusahaan? Mau ketemu siapa dia?
Di lantai ini hanya ada 4 ruangan, ruang HRD, ruang CEO, ruang tim pengacara dan ruang tuan Yudhistira Salman.
Dia mau ke ruangan yang mana?
Apa dia tamu tuan Yudistira Salman?
Dilihat dari penampilannya, dia wanita berkelas dari kalangan sosialita. Apa dia salah seorang rekan bisnis tuan Yudistira Salman? Tidak semua orang bisa masuk lantai ini. Jangankan naik lantai ini, di depan resepsionis saja tamu biasa sudah di hadang.
Apalagi sampai naik ke lantai 7. Lantai raja Salman!
Dia pasti punya kartu emas! Kalau tidak, mengapa petugas lantai satu berlaku hormat kepadanya?
Dia pasti bukan wanita biasa!
Frans langsung ciut! Merasa tidak sepadan dengan wanita cantik itu!
Rekan bisnis tuan Yudistira Salman, berasal dari kalangan kelas atas. Kelompok Jet set. Masyarakat kelas atas, setingkat presiden, menteri, konglomerat. Lalu wanita itu masuk kelas mana?
Apa aku harus bertanya ke sekretaris tuan Yudistira Salman, Mr. Roman.
Tidak mungkin!
Mana mungkin aku bertanya dengannya!
Sampai di depan meja Mr. Roman saja tidak bisa, apalagi masuk ruangan tuan
Yudistira Salman, tanpa ada perintah pula! Itu sama saja bunuh diri!"_.
Frans hanya bisa bertemu tuan Yudistira pada saat rapat besar.
"Ah sudahlah...tujuanku ke sini kan bertemu tuan Dyan Angkasa! Aku Ke sana aja dulu... Wanita cantik itu, kalau jodoh tak lari kemana!"_
Frans bersemangat lagi, menuju ruang tuan Dyan Angkasa.
"Lho aku salah masuk, ini kan ruang ruang HRD?"_ wajah Frans jadi merah, malu di tanya penjaga pintu ruang HRD. Dia baru satu tahun bekerja di sini. Jarang masuk ke lantai 7.
***
Ruangan tuan Yudistira Salman,_
"Nona Nindy sudah datang?" Tuan keluar dari ruang kerjanya.
"Belum tuan, tetapi menurut laporan dari resepsionis, nona Nindy sudah di antar ke lift khusus!" jawab asisten tuan Yudistira dengan sikap hormat.
"Hmm..kenapa lama sekali?!" _Tuan Yudistira Salman gelisah, tak sabar menunggu.
Pintu ruangan terbuka. Tuan Yudistira Salman menoleh ke pintu dengan senyum yang sudah dia siapkan Bukan Nindy yang datang, melainkan tuan Dyan Angkasa, pengacaranya. Wajah tuan Yudistira Salman menarik senyumnya hilang. Kedatangan Dyan Angkasa tidak diharapkan.
"Ad apa?" tanya tuan Yudistira Salman dengan senyum dingin.
"Ada sedikit masalah...!"
Kening tuan Yudistira berkerut.
"Masalah apa?"
"Nona Nindy...!"
"Masuk ruangan ku!"
Tuan Yudistira Salman masuk ruangannya kembali diiringi tuan Dyan Angkasa.
Tuan Yudistira tidak membicarakan masalah nona Nindy di depan asistennya.
Tidak ada yang boleh tahu kalau Nindy pernah di penjara.
Nindy meminta tuan Yudistira Salman. Mahkamah agung mewakili pemerintah memohon maaf kepada Nindy atas kesalahan putusan hukum. Kasus Nindy sudah di hapus.
Namanya bersih dari kasus hukum. Nindy tidak bersalah.
Nindy juga mendapatkan kompensasi atas hukuman yang telah dijalaninya
Akan tetapi, Nindy meminta agar
kebebasannya itu dirahasiakan. Nindy juga meminta seolah-olah dia masih di penjara. Tuan Yudistira akhirnya berhasil menemukan wanita yang memiliki nama yang sama. Nindy yang lain. Di hukum atas kesalahannya yang sama, hanya saja hukuman wanita itu 10 tahun penjara.
Soraya membayar wanita itu agar berpura-pura menjadi Nindy. Wanita itulah yang menerima Frans ketika datang kedua kalinya ke penjara.
***