Azka membuang nafas lelah.
"Ini gara-gara kamu ..." tegur Sabrina.
"Semua memang salah aku, mencintaimu juga kesalahanku, namun ingat yang memberikan rasa ini Allah, kau marah kepada Allah karena aku mencintaimu ..."
"Astagfirullah ... Astagfirullah ...." Sabrina menangis dan menyesal karena perkataannya.
Azka memberi sapu tangan warna merah jambu yang bertulis Sabrina.
"Simpan ini, hadiah untukmu. Dan, maaf kita masih harus terpaksa tinggal di sini nanti aku akan menyewa tempat yang indah, dan ku carikan orang yang akan membatumu." Azka memberikan sapu tangan itu.
"Aku tidak ingin menyakitimu lebih parah lagi Kak, aku tidak ingin merepotkan istri tuan Abdul," ucap Sabrina karena tekanan di hatinya.
"Aku hanya bisa merepotkan ... ehhe ...hiks." Lanjutnya sambil menutup wajahnya, hati Azka terasa tertancap duri yang sangat tajam. Azka duduk di depan.
"Maafkan aku Sabrina.
Kau mencintai Andre?" tanya Azka menatap penuh Sabrina.
"Sangat." Ucapan yang sangat jelas membuat hati Azka tersayat dan patah. Namun Azka sudah tegar dan berusaha melapangkan ruang di dadanya walau sebenarnya hampa di ruang hatinya.
"Aku akan mengembalikanmu padanya,itu janjiku, kalau Andre memiliki perasaan yang sama, aku rela kau denganya. Namun jika Andre tidak memiliki perasaan kepadamu, aku akan menumbuhkan cinta di hatimu untukku,Biidnillah (dengan izin Allah)." Kata Azka bijaksana.
"Aku punya lagu untukmu. Ini benar-benar menggambarkan isi hati ku ...." kata Azka berdiri.
"Aku tidak mau dengar," ujar Sabrina membuang wajahnya ke arah kanan.
"Untuk kenang-kenangan lagu Element band rahasia hati.
Bila aku harus mencintai,
dan berbagi hati itu hanya denganmu
namun bila ku harus tanpamu,
akan ku arungi hidup tanpa cinta ..."
"Tuh kan ... plis kak cari gadis baik, apa perlu ku carikan?" tantang Sabrina, sedikit menatap Azka ia segera mengalihkan pandangannya.
"Tidak perlu," jawab singkat Azka, ponsel Azka berdering dari nomer Akmal.
"Mas Akmal mau bicara." Azka memberi ponsel ke Sabrina, Sabrina menolak.
"Ya sudah." Azka akan menekan tombol telpon berwarna merah, Sabrina menyahutnya.
"Assalamualaikum ..." Suara Sabrina terpecah, karena ia tidak memberi kabar sama sekali setelah delapan bulan kepergiannya bersama Andre, ia hanya sekali memberi kabar ke Adiba lewat pesan WA bahwa dia baik-baik saja.
"Wa'alaikumsalam." Suara Akmal juga terdengar menahan tangis rindu pada adik satu-satunya.
Azka akan meninggalkan namun Sabrina menarik tangan Azka, Azka menoleh Sabrina berkata pelan
"Di sini saja."
Azka duduk di atas batu, Sabrina tidak meng offkan lospeker di ponsel Azka, biar Azka mendengar semua percakapannya dengan kakaknya.
"Sabrina betapa kejam dirimu, kenapa kau bersikap seperti itu pada kakamu, aku menjagamu selama ini dari kecil sampai kau tumbuh dewasa, aku tidak minta apa-apa. Setidaknya berilah kabar.
Kau menghukum kami, kami tak henti mencarimu, Sabrina ... jika Allah tidak mengirim Azka, mungkin sampai saat ini aku masih mencarimu.
Aku mengenalmu darahku darahmu kita satu ibu, aku ingin kau menikah dengan Azka." Sangat jelas ungkapa Akmal. sontak bola mata Sabrina menatap Azka yang merunduk.
'Aku lebih kacau darimu Sabrina, hatiku lebih sakit, aku memang mencintaimu,Namun, aku juga tidak bisa memaksakan cintamu, cukup dengan doa untuk ke bahagiaanmu.' batin hati Azka.
"Apa kak Azka yang menyuruh Mas?" tanya Sabrina mengejutkan, Azka menaikan wajah dan bergumam.
"Astagfirullah." Azka berdiri ia tidak sanggup menahan apa yang baru ia dengar, Azka hendak berjalan.
"Aku yang menyuruh Azka!" Sahut Akmal menghentikan langkah Azka.
"Apa kau sudah tidak takut dosa kepada
Allah ... Ha Sabrina? Di mana adikku yang dulu saking takutnya akan dosa,ia melindungi wajah dari tatapan maksiat dengan memakai cadar," jelas Akmal berusaha menyadarkan Sabrina dari keogoisannya.
"Tapi aku tidak minta kak Azka membawaku," sahut Sabrina bersikukuh akan pendiriannya.
"Aku yang menyeruh Azka membawamu, lewat Mbakmu Adiba, Allah menyatukanku dan Mbakmu di pulau Jeju, dan aku yakin kau masih sangat mencintai Azka, Sabrinaku ... adikku ...bukalah hatimu lihatlah ketulusan cintanya, ketika bersatu dengan orang yang di cintai maka itu bukanlah beban melaikan kebahagiaan. Aku masih menyimpan diary mu. Dengar aku bacakan. Bukumu.
Panggilan merah jambu yang selalu mendatangkan rasa yang aneh di hatiku,jantungku berdebar-debar setiap berbicara dengannya,dia Azka Faisal kau konyol dasar pria Spongebob, tapi aku terpaut. Allah telah memberi rasa cinta kepada setiap manusia. Islam tidak melarang perasaan cinta. Aku jatuh cinta di mana aku menginjak jari tanganmu,saat pertama kali bertemu.
Sabrina takutlah akan dosa, berbohong juga dosa Sabrina." Ungkapan pajang lebar Akmal membuat Sabrina menutup panggilan dari Akmal dan menangis.
Azka bersembunyi dan merasakan sakit yang amat dalam di lupuk hatinya.
Terkadang manusia harus berkorban untuk sesuatu di dalam hidupnya, walaupun dia tidak ingin melakukan hal itu. Namun yakinlah, ada balasan indah untuk pengorbanan yang pernah di lakukan, semua ada balasan belum di dunia namun pasti di akhirat.
Sabrina masih terenung di tempatnya, Azka masih sembunyi di balik papan tembok dinding.
'Kau menganggap apa cinta ku Sabrina, aku sudah bilang aku tidak akan memaksamu, namun Mas Akmal .melakukan itu. Aku berusaha tidak egois dalam cinta, aku bukan seseorang yang kejam, demi sesuatu yang di inginkan dia rela menyakiti dan memaksa orang yang di cintai, untuk bersamanya, aku tidak seperti itu, aku hanya ingin kau bersama dengan orang yang kamu cintai.'
Azka mengintip Sabrina, melihat Sabrina kembali berbicara di telpon. Azka melihat pemuda memainkan gitar. Azka menghampiri pemuda itu, om Abdul juga datang tiba-tiba dengan membawa makanan suzi dan kimci.
"Om, pinjamkan gitar sebentar." minta Azka duduk samping pemuda yang kira-kira umur 19 tahun.
"Tentu dia anak ku," om Abdul berbicara dengan putranya dengan bahasa Korea.
Pemuda itu memberikan gitar itu.
"Kau sangat mencintai gadis itu, aku juga lihat cintanya untukmu," kata Om Abdul.
"Namun, aku tidak bisa melihat cintanya untukku," jawab Azka masih memandang Sabrina dari kejauhan.
"Cinta mu tulus, suatu saat kau akan mendapatkannya." Ucapan om Abdul menyemangati Azka.
"Cinta ku sudah tidak penting, terkadang orang melihat cintaku adalah kebodohan atau kekonyolanku. Namun aku tidak mencari bahagiaku, dia adalah jalan utamaku. Ketika dia bahagia baru aku akan pergi dan menghusyukkan diri bertaubat kepada Allah, karna aku berfikir aku akan tenang jika ku perbaiki dan mencari jalan surga. Siapa tahu Allah menjodohkanku dengan Merah jambu atau Sabrina di surga." Ungkapan Azka menanam luka haru di jawah om Abdul.
"Semoga Allah SWT menyatukan kalian, apa pun mudah Nak! Jika Allah menghendaki," Ujar om Abdul dengan mata berkaca-kaca.
Azka memetik gitar. Sungguh lihai dan merdu. Ia menyanyikan lagu Elemant cinta tak bersyarat, pria spongbob ini sudah banyak berubah, konyolnya yang dulu ia tinggalkan. Kini ia menjadikan dia pria yang serius. Azka mulai bernyanyi.
'Tak ada sedikitpun sesalku ...
T'lah bertahan dengan setiaku ...
Walau di akhir jalan, ku harus melepaskan,
dirimu ....
Ternyata tak mampu kau melihat,
Dalamnya cinta ku yang hebat.
Hingga ada alasan, bagimu tuk tinggalkan
Setiamu ... Ohh.
Demi nama cinta...