Tanpa menjawab Ayla hanya mengangguk lalu meninggalkan ruangan pak manager. Ayla masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi.
'Apa mungkin ini kerjaan tuan Wisnu? memindah tugaskan aku ke tempat lelaki itu, atau mungkin saja tuan Wisnu mengadukan keberadaanku pada bosnya, sehingga memindahkan aku ke sana,' batin Ayla yang masih tak percaya dengan tugas barunya.
'Tapi bagus juga, dengan begini aku bisa segera menyelesaikan masalahku dengan laki-laki brengsek itu,' batin Ayla sambil tersenyum sendiri.
Membayangkan jika rencananya akan berhasilnya, membuat Ayla tersenyum bahagia dan bersemangat bekerja di tempat barunya yaitu di lantai 24. Langkah kakinya ringan menuju ke lift karyawan yang akan membawanya ke lantai 24, seakan tak ada yang perlu di takutkan.
Sesampainya di lantai 24, Ayla langsung menuju ke pantry. Ternyata sudah ada seorang OB laki-laki yang telah lebih dulu di sana. Dia terlihat sibuk membuatkan minuman untuk para manager dan juga direktur.
'OB di sini ternyata lebih rapi dan terlihat lebih keren dari pada di bawah, ini mah sudah mirip karyawan kantoran bukan OB lagi,' batin Ayla saat melihat ke arah OB yang terlihat sibuk menata minuman di nampan.
Dan memang untuk sekelas OB, orang itu terlihat sangat beda. Bahkan lebih mirip seperti karyawan pada umumnya. "Ada yang bisa saya bantu mas?" tanya Ayla saat mendekat.
Lelaki itu menoleh ke belakang dan melihat ke arah Ayla. "Oh kamu pasti Ayla," sapanya dengan ramah diiringi senyuman terbaiknya.
"Iya mas, saya Ayla. Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanya Ayla dengan sigap untuk segera membantu tugas OB laki-laki tersebut.
"Udah santai aja, gak usah terlalu formal juga samaku." Ucap lelaki itu. "Hmm, ini juga sudah hampir selesai, oh ya kenalin namaku Bayu, aku bertugas di sini bersamamu nanti," ucap Bayu memperkenalkan diri. Tentu masih diiringi dengan senyuman terbaiknya.
"Oh ok Mas Bayu, namaku Ayla," ucap Ayla yang tak kalah ramah dengan Bayu.
"Baiklah Ayla, antarkan ini ke ruangan Pak Wibbi," ucap Bayu. "Dan aku akan mengantarkan minuman yang lain ke ruangan para manager,"
Berasa mendapatkan durian runtuh Ayla terlihat tersenyum senang. 'Wah kebetulan sekali, aku bisa langsung bicara dengan laki-laki itu nanti, dengan begitu masalahku akan segera selesai.' batin Ayla.
"Hey!! Kok malah melamun, ayok, nanti keburu pak Wibbi marah," ucap Bayu menyadarkan lamunan Ayla.
"Oh, iya, iya mas, dimana ruangannya pak Wibbi?" Tanya Ayla.
"Ruangan yang paling ujung, di pintunya ada tulisan nama Pak Wibbi beserta jabatannya, jadi gampang nyarinya,"
"Baiklah mas Bayu, aku akan antar ke sana," ucap Ayla.
"Yang semangat Ayla," jawab Bayu sambil tersenyum.
"Hem, pasti mas,"
Ayla pun membawa minuman di nampan beserta camilan itu menuju ke ruangan yang tadi di tunjuk oleh Bayu. Terlihat sekali jika Ayla sangat bersemangat menjalankan tugasnya kali ini.
Mungkin karena Ayla berharap akan segera bertemu dengan orang yang sedang di carinya. Makanya Ayla terlihat sangat bersemangat.
Sedangkan Bayu yang melihat itu, tersenyum misterius ke arah Ayla. Entah apa yang sedang Bayu pikirkan.
Sesampainya di depan ruangan yang di maksud, Ayla melihat seorang wanita dengan pakaian seksi sedang duduk di meja kerjanya. "Maaf mbak saya di suruh mengantarkan minuman ke ruangan pak Wibbi," ucap Ayla sopan.
Bukannya menjawab, wanita itu justru melihat ke arah Ayla dari ujung rambut hingga ke ujung kakinya. "Kamu OB baru ya?" Tanyanya seakan tidak suka pada Ayla.
"I-iya mbak, saya baru hari ini bertugas disini,"
Wanita itu terlihat menilai Ayla, "ingat sebagai orang baru jangan berani berani menggoda bos, dia sudah bertunangan," ucap wanita itu.
Mendengar ucapan wanita tersebut Ayla sedikit bingung, lalu mengerutkan keningnya. "Tunangan?" Tanya Ayla mengulang perkataan wanita tersebut.
"Iya tunangan, dan tunangannya itu adalah aku," ucap wanita itu seolah bangga dengan statusnya.
Deg deg deg!!
Seketika jantung Ayla berpacu dengan cepat, apa benar wanita di depannya ini adalah tunangan Wibbi? Begitulah kira-kira yang ada di kepala Ayla. Kalau memang sudah bertunangan kenapa justru Wibbi menikahinya?
Seolah tidak mau ambil pusing Ayla pun kembali menetralkan keterkejutannya dengan tersenyum. "Oh tenang saja mbak, saya sudah menikah kok, jadi tidak akan tertarik dengan lelaki lain, termasuk dengan bos," jawab Ayla.
"Baguslah kalau begitu, ya sudah sana antarkan minuman itu ke ruangan pak Wibbi," ucap wanita itu.
"Baik mbak, saya permisi,"
Tanpa menjawab wanita tersebut dengan angkuh hanya mengusir Ayla lewat gerakan tangannya. Ayla bergegas menuju ke pintu besar ruangan sang bos besar pemilik perusahaan.
'Huft, kenapa dag-dig-dug gini sih? Seperti mau menjalani sidang skripsi,' batin Ayla.
Setelah mengetuk pintu, seseorang dari dalam membukakan pintu dan menyambut Ayla dengan senyum ramah. "Silahkan Nona," ucap lelaki yang barusan membukakan pintu.
"Makasih tuan," jawab Ayla sopan.
Dengan segera Ayla memasuki ruangan tersebut. Perlahan Ayla berjalan mendekati meja kerja Wibbi.
Di sana terlihat Wibbi sedang sibuk dengan komputer di depannya.
Sedangkan Wisnu kembali ke meja kerjanya, setelah tadi membukakan pintu untuk Ayla. Wisnu bermaksud memberikan waktu untuk Ayla bicara 4 mata dengan bosnya.
Walaupun Ayla sedikit gugup, namun Ayla berusaha menenangkan dirinya. Berhadapan secara langsung dengan lelaki yang di bencinya ternyata tidak segampang apa yang sudah di rencanakan olehnya.
'Inikah lelaki yang aku nikahi? Wajah tampannya tidak sejalan dengan hatinya, sungguh sangat di sayangkan,' batin Ayla.
"Ehem!! Apa sudah puas memandangi wajah tampanku?" Tanya lelaki yang ada di depan Ayla mengejutkan lamunan Ayla.
"Hah!!" Ucap Ayla terkejut mendengar perkataan Wibbi.
Wibbi yang awalnya sibuk menatap layar komputer di depannya, kini beralih melihat Ayla yang memegang nampan berisi camilan dan juga kopi pesanannya.
Sejenak Wibbi memandang ke arah Ayla. Wibbi memperhatikan Ayla dari ujung rambut sampai ujung kaki. Seolah Wibbi menilai penampilan Ayla saat ini.
Berbeda dengan Ayla yang merasa tidak nyaman, di lihat oleh lelaki tersebut membuat Ayla kicep tidak tahu harus bicara apa. Bahkan kata-kata yang telah di susun rapi di kepalanya, kini hilang menguap entah kemana.
'Apa aku harus mengatakannya sekarang? jika aku ingin bercerai dengannya,' batin Ayla.
"Kamu OB baru?" Tanya Wibbi membuat Ayla tersentak kaget.
"Hah!! I-iya pak, saya masih baru," ucap Ayla. Terkejut sekaligus gugup.
"Pantas saja aku tidak pernah melihatmu. Letakkan saja itu di situ, setelah itu kamu boleh keluar dari ruanganku," ucap Wibbi seolah tidak mengenal Ayla.
'Eh, apa dia tidak mengenalku?' batin Ayla.
"Kenapa malah melamun? Letakkan saja di situ, aku masih banyak pekerjaan, jadi jangan menggangguku," ucap Wibbi.
"Ba-baik Pak," jawab Ayla.
Ayla merasa bingung dengan sikap lelaki di hadapannya itu, kenapa lelaki itu seolah tidak mengenalinya? Apa waktu 6 bulan bisa merubah ingatan seseorang? Sehingga dengan mudahnya lelaki di hadapannya itu melupakan dirinya.
Begitu banyak pertanyaan di kepala Ayla, namun Ayla tidak tahu harus bagaimana memulai pembicaraannya dengan Wibbi. Jangankan mau memulai bicara. Mau melihat Wibbi saja seolah tidak ada keberanian.
Setelah meletakkan kopi dan juga camilan di meja Wibbi. Dengan segera Ayla keluar ruangan itu, yang ada di kepalanya hanya satu, yaitu menanyakan semua ini pada Wisnu. Orang yang dulu menemuinya sebelum pernikahan terjadi.
Bersambung ...