"Mau tambah?"
Audia mengunyah makanan di mulutnya, menelannya, sebelum akhirnya bisa berujar, "Gak, ah, ntar Didi gendut!"
Alvin tertawa geli, mencubit pipinya. "Gak apa-apa gendut. Mas tetep suka, kok."
Audia merengut. "Gombal! Sekarang Didi masih kurus, bisa bilang gitu. Coba nanti, kalau Didi gendut, mesti beda lagi ngomongnya."
Alvin terkekeh. "Nggaklah, Sayang. Mas bakal tetep sayang sama istri mas. Ini buktinya."
Alvin mencium bibir Audia, hingga membuat mata Audia membola.
"Didi, bibirnya asin, pedas, manis." Seketika Audia merasa wajahnya panas. Membuat Alvin tergelak.
"Kamu masih malu, Di?"
"Auch!!" Alih-alih menjawab, Audia lebih memilih memberi Alvin pelajaran. Mencubit pinggangnya. Kemudian beranjak meninggalkannya. Mengacuhkannya.
"Nyebelin!!" hardiknya.
Audia berlalu sambil menghentak-hentakkan kakinya. Alvin selalu saja menggodanya. Dan sekarang malah tergelak melihat dirinya yang sedang kesal.
Audia menuju kamar, mengambil tasnya, dan mencari-cari ponselnya. Selama bulan madu yang singkat kemarin, Alvin meminta Audia mematikan ponselnya, agar tidak mengganggu acara bulan madu mereka.
Saat Audia menghidupkan kembali ponselnya, beberapa notifikasi pesan dan panggilan tidak terjawab, membanjiri ponselnya. Audia kemudian duduk di sofa, yang ada di kamarnya.
Sebagian besar berasal dari Erika. Orang tua Audia dan Alvin–menanyakan kabar anak dan menantunya. Sisanya dari beberapa grup kuliahnya. Membahas jadwal, tugas kuliah, dan sebagainya.
Audia membuka pesan paling atas, dan itu dari Erika.
["Didi, tega banget, lo, ya. Bulan madu gak bilang-bilang. Padahal kemarin kita ketemu."] Erika menambahkan emot menangis, lima kali.
["Lo, gak beruntung banget, Di. Hari ini pak Mandala juga gak masuk, lho. Kalau lo belum nikah, gue bakal bilang, kalian berjodoh, tahu."] emot tertawa terbahak memenuhi hampir separuh layar ponsel Audia.
["Didi ... hp lo dimatiin, ya. Tega banget."] ditambah emot menangis sepuluh kali.
["Lo, bulan madu sampai kapan, sih? Anak-anak udah dapet kabar nikahan lo sama Alvin. Siap-siap aja, masuk kuliah lagi, bawa upeti. Traktir gue makan!"]
["Oh, jadi lo ke Tanjung Lesung. Hehe, gue udah liat di IGnya Alvin. Gak banget, deh. Tangan doang."] ditambah emot mengejek.
[So sweet banget sih, foto lo berdua ini, Di."] Erika menambahkan screen shoot dari Instagram milik Alvin. Gambar kolase Alvin dan Audia yang sedang mengambil foto bersamaan.
"Siapa itu?" Suara baritone Alvin, mengagetkan Audia.
"Igh! Didi kaget, tahu!" Alvin tertawa kecil. Memeluk Audia dari belakang. Menciumi pipi dan leher Audia. Diam-diam mengintip pesan yang masuk ke ponsel Audia.
"Ngintip, igh!" Audia langsung mematikan layar ponselnya, mengundang tawa Alvin kembali.
Audia membebaskan diri dari Alvin dan beranjak dari sofa.
"Mau ke mana, Sayang?"
"Bikin upeti." Didi menjawab sekenanya dengan ketus.
Alvin mengekor Audia ke dapur. Dahinya mengerut.
"Upeti?"
"Anak-anak udah tahu kabar Didi nikah." Alvin mengangguk. Memperhatikan Audia yang tengah membuka-buka lemari kitchen set.
"Cari apa?"
"Terigu, mentega, cokelat bubuk, vanili. Bahan-bahan buat bikin kue." Didi menutup pintu lemari kitchen set terakhir. Kosong.
"Aku memang gak nyetok bahan-bahan itu. Mau beli?" tawar Alvin, yang langsung disambut gembira oleh Audia. Melupakan kekesalannya tadi.
Alvin tersenyum. Kan, mudah sekali Audia dibujuk. Sedikit banyak Alvin mulai memahami kesukaan Audia yang berhubungan dengan dapur.
Audia langsung mengambil jaketnya, menutupi pakaian rumahnya yang minim.
"Ayo." Audia hendak berjalan menuju lift. Namun Alvin menggeleng.
Alvin lantas menariknya ke kamar mereka. Membuka walk in closet. Mengambilkan pakaian untuk Audia. Menyodorkan midi dress selutut, berwarna biru muda.
"Ganti." Audia terlihat enggan.
"Mas gak mau paha Didi keliatan ke mana-mana, gitu. Ganti." Pasrah. Audia mengambil pakaiannya.
"Mas keluar dulu, dong!" Didi mendorong tubuh Alvin menuju pintu.
"Lho, ngapain? Istri sendiri, kok, yang mas liat." Audia memasang wajah cemberutnya.
"Gak! Pokoknya keluar dulu." Audia masih mencoba mendorong tubuh Alvin yang tidak bergerak barang seinchipun.
"Gak jadi, ya." Alvin mulai menggoda Audia.
"Huh!"
Serta merta Audia menjauhkan tangannya dari tubuh Alvin. Dan membuka pakaian rumahnya. Melirik Alvin yang tengah tersenyum penuh kemenangan.
Wajah Audia memerah. Buru-buru memakai midi dressnya. Alvin membantu Audia menutup ritsletingnya. Tangannya mengusap lengan atas Audia. Kemudian mendaratkan bibirnya di leher Audia.
"Didi cantik dan seksi." Pujinya lirih di telinga Audia. Membuat Audia meremang.
Menarik napas dan menghembuskannya lagi. Audia berusaha menetralkan jantungnya. Apa bulan madunya belum cukup buat Alvin? Batinnya.
"Ayo jalan, nanti tambah sore." Audia bergegas meninggalkan Alvin setelah berhasil membebaskan diri. Mencegahnya berbuat lebih dari sekedar rayuan gombal–yang sejujurnya disukai Audia.
*
Di supermarket, Audia memasukkan bahan-bahan untuk membuat kue, beserta wadah untuk kuenya, beberapa minuman, juga bahan-bahan lainnya untuk memasak. Alvin dengan setia mendorongkan troli untuk Audia.
"Gak beli jadi aja, Di. Lebih cepet, lho." Alvin memberi pilihan praktis untuk Audia.
"Gak, ah. Didi lebih suka bikin sendiri. Lebih hemat." Alvin tertawa.
"Kenapa ketawa?"
"Didi lupa, nikah sama siapa?" Audia mengerutkan dahi. Ya, memang terkadang ia lupa jika telah menikah. Perlukah mereka membahasnya di sini? Sekarang? Batinnya.
"Mas beliin satu buat temen-temen Didi. Tinggal pilih mau kue yang mana. Anggap hadiah dari mas. Didi bisa bikin sendiri juga yang lain. Gimana?"
Dasar orang kaya! Tapi Aku suka! Batin Audia bersorak.
Audia memilih kue red velvet kesukaannya dan Erika, di toko langganan kue Alvin. Berharap cukup upeti itu untuk sahabatnya. Pulang nanti, Audia akan membuat kue yang lainnya.
*
Tiba di apartemen, Audia langsung menyiapkan bahan-bahan untuk membuat kue sederhana. Mencoba pertama kali KitchenAith barunya.
Topo map coklat kopi. Audia membuka resep yang ia dapatkan dari internet.
Dibacanya dengan teliti, agar tidak ada bahan dan cara membuat yang terlewat. Audia menyiapkan loyang ukuran 22x22x6cm, sesuai petunjuk.
Lebih kurang dua jam, kue buatan Audia telah matang. Audia membuat tiga loyang. Aromanya memenuhi dapur apartemen.
"Baunya enak, nih." Puji Alvin, berharap dapat jatah.
"Mas Alvin, mau?" Alvin mengangguk.
Audia mengiris kue yang mulai mendingin. Mengambilkan piring kecil untuk kue jatah suaminya.
"Sukanya bikin ini tuh setiap potongannya beda-beda, beneran mirip peta. Hehe ... liat, deh, beda-beda, kan. Unik pokoknya." Audia menyodorkan piring berisi potongan kue buatannya.
"Gimana?" Audia memperhatikan cara Alvin memotong kue buatannya dengan sendok kecil, memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Mmmm ... enak, Di!" Audia tersenyum senang. Alvin menyukai kue buatannya.
"Nambah." Alvin memasang wajah memelas, sambil menyodorkan piring kecil yang telah kosong.
"Ish! Lapar apa doyan." Audia mencibir. Tangannya dengan cekatan mengiris sepotong lagi untuk Alvin, dan menyerahkan piring itu ke hadapan Alvin.
Alvin langsung menyantap potongan kuenya dengan lahap. Audia terkesima.
"Enak beneran, ya?" Alvin menyendok satu potong kuenya, dan menyuapi Audia.
"Enak?" tanya Alvin. Audia tersenyum mengangguk.
"Udah, ah. Jangan minta lagi. Ini buat temen-temen Didi, besok. Nanti Didi buatin lagi buat Mas." Audia menjauhkan kue-kuenya dari Alvin.
"Janji, ya." Audia mengangguk.
"Mas gak nyangka, Didi ternyata selain cantik, pinter bikin kue." Audia mendengus.
Tiba-tiba teringat insiden pertama kalinya Audia kena marah Alvin, gara-gara terlambat datang. Pada hari itu, Audia sedang membuat kue. Bilang gak, ya. Audia berpikir.
****
Resep Topo Map Cake [Coklat Kopi]
Bahan:
5 butir telur
250 gram mentega
300 gram gula halus
300 gram tepung terigu
1/2 sdt garam
1 sdt vanili
1 sdt baking powder
2-3 sdt kopi seduh dengan sedikit air panas diamkan hingga dingin
Secukupnya coklat bubuk
Cara Membuat:
1. Kocok mentega dan gula hingga gula larut dan pucat dengen kecepatan max. Tambahkan telur satu per satu sambil terus dikocok.
2. Kecilkan kecepatan mixer, masukkan tepung terigu dalam 3 tahap sambil terus di kocok hingga rata.
3. Bagi 3 adonan (1/3 bagian putih, 1/3 diberi kopi, 1/3 beri coklat).
4. Tuang adonan putih di dasar loyang, ratakan. Ayak bubuk coklat di atasnya hingga tertutup rata semua bagian adonan putih. Tuang adonan kopi, ratakan kembali. Ayak bubuk coklat di atasnya hingga tertutup rata semua bagian adonan kopi. Terakhir, tuang adonan coklat dan ratakan. Hentakan loyang agar udara di dalam adonan keluar. Panggang hingga matang (suhu dan waktu sesuaikan dengan oven masing-masing).
Resep kuenya asli, lho, ya. Bisa dipraktekin. Resep aslinya siy pakai warna hijau dari sari pandan, jadi bener2 mirip map gitu klo dipotong. hehe. Dah ijin ma yg punya resep n foto. jd ga nyomot punya orang tanpa ijin ya, cuman namanya ga mau dipublish ^^
Jangan bosan dukung cerita ini terus ya, Kak. Lempar PS dan novelnya udah bisa nerima GIFT hehe... Terima kasih yang masih setia baca romantisme Alvin dan Audia ^^