webnovel

Rosie Ngambek

Rosie kini tidak lagi seaktif tadi. Ia hanya berjalan dalam diam di belakang Aslan menyusuri gang-gang yang sama. Saat mereka sampai di pasar yang sama, Aslan berhenti sejenak.

Ia menoleh ke belakang untuk memastikan Rosie masih berada di dekatnya. Karena ramai, ia pun meraih tangan Rosie untuk digenggam.

Terbesit sedikit rasa bersalah pada Aslan yang telah meredakan semangat gadis itu. Keduanya pun berjalan menyusuri pasar yang masih ramai. Ia tidak tahu harus pergi kemana sekarang.

Ia menoleh untuk mencari sebuah tempat tetapi Aslan tak bisa memikirkan satu tempat pun yang bisa dikunjungi Rosie untuk mengembalikan semangatnya.

"Apakah ada tempat yang ingin Anda kunjungi lagi?" tanya Aslan sambil menoleh ke belakang.

Rosie menggeleng pelan. "Um … aku rasa … hari ini sudah cukup."

Suara gadis itu sangat kecil. Aslan berdecak kesal. Ia tidak tahu apa yang membuatnya kesal, tetapi mendengar sang putri yang tidak lagi bersemangat membuatnya merasa tidak nyaman.

Seperti ada yang mengganjal di hatinya. Pria itu membawa Rosie ke tempat orang yang berjualan makanan laut tadi.

"Apakah Anda ingin membelinya lagi?" tanya Aslan.

"Um … sejujurnya aku sudah kenyang," jawab Rosie tak bersemangat.

Aslan membawa Rosie untuk menuju toko aksesoris yang lebih lengkap.

"Mungkin Anda ingin melihat-lihat, Yang Mulia?" tanya Aslan dan Rosie menjawabnya dengan gelengan kepala.

"Ini sudah cukup, aku tidak membawa uang," jawbanya pelan.

Aslan mengernyit tidak mengerti. Sejak kapan uang menjadi alasan gadis itu untuk menolak membeli sesuatu. Bukankah sedari tadi ia yang membayar?

"Jika itu yang Anda khawatirkan, aku masih membawa beberapa keping uang," kata Aslan.

"Tidak perlu, Tuan. Ini sudah sangat cukup."

Kekesalan Aslan semakin berlipat saat gadis itu bersikap formal kepadanya. Entahlah, tapi rasanya sangat aneh sekarang. Pria itu pun membawa Rosie keluar toko tersebut dan bertemu dengan kedai yang menjual gulali tadi.

"Apakah Anda ingin gulali lagi?" tanya pria itu.

Rosie hanya menggeleng dan Aslan kini tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan. Sepertinya hari ini sudah cukup. Mereka harus pulang karena nanti malam mungkin Howland akan kembali.

Namun saat Aslan membawa Rosie untuk mengambil kembali kuda mereka, tiba-tiba ia mendengar suara aneh. Ia mendongak ke atas melihat langit yang masih sangat cerah.

(Tidak mungkin ada gemuruh saat langit secerah ini) pikir Aslan.

Lagi-lagi ia mendengar suara gemuruh tersebut tetapi sekarang ia mendengarnya dari belakang. Pria itu menoleh ke belakang dan mendapati Rosie menundukkan kepalanya sambil memegangi perutnya.

"Aku … tidak lapar," gumamnya.

Aslan mengangguk mengerti. Ia berbalik dan menarik Rosie untuk dengannya. Niatnya untuk kembali ke kastil telah dibatalkan. Hari masih panjang. Masih ada beberapa waktu sebelum malam menjelang.

Aslan membawa Rosie ke sebuah bar makanan.

"Sudah kubilang aku tidak lapar," kata Rosie bersikeras.

"Aku tahu," balas Aslan sekenanya.

Ia menarik gadis itu untuk masuk bersamanya. Saat pintu dibuka, bel yang terletak di tas pintu masuk berdenting merdu. Beberapa orang menoleh sekilas kemudian kembali sibuk dengan obrolan mereka masing-masing.

Bar makanan itu penuh oleh pelanggan pria. Hanya ada beberapa wanita di sana. Aslan mengajak Rosie untuk duduk di sebuah meja makan dengan dua kursi yang saling berhadapan.

"Makanan di sini lezat," ujar Aslan yang menerima sebuah daftar makanan dari seorang pelayan. "Mungkin Anda ingin mencicipinya?"

Diam-diam Aslan melirik ke arah Rosie yang terlihat ragu melihat daftar makanan di depannya. Ia sudah memutuskan apa yang ingin ia makan dan menunggu Rosie yang masih membaca nama-nama makanan di depannya.

"Apakah Anda ingin mie? Di sini mie dinginnya cukup lezat. Satu porsi sangat mengenyangkan."

Rosie menggigit bibirnya dan mendorong daftar makanan tersebut menjauh kemudian menggeleng. "Aku tidak lapar."

Aslan mengatupkan rahangnya saat melihat bagaimana keras kepalanya sang putri yang tidak ingin mengakui bahwa perutnya telah meronta karena kelaparan.

"Anda yakin? Kemungkinan Anda tidak akan bisa menemukan makanan seperti ini di ibu kota," ujar Aslan membuat Rosie menelan ludahnya.

Hampir tergoda.

Gadis itu menggeleng kemudian membuang mukanya untuk melihat sekeliling bar. Matanya tertuju pada segelas es parut berwarna pink dan juga deretan makanan yang berjajar pada meja makan panjang yang sedang disantap oleh pelanggan lain.

Ada mangkuk mie . Nasi goreng makanan laut kemudian salad dan juga berbagai macam olahan daging. Semakin dilihat semakin menggiurkan buat Rosie.

"Bagaimana jika kita membuat kesepakatan?" tawar Aslan yang akhirnya mendapatkan perhatian Rosie kembali.

"Kesepakatan? Apa?" tanya Rosie memicingkan mata curiga.

Aslan mendorong daftar menu yang disingkirkan oleh Rosie tadi kembali ke depan gadis itu.

"Anda pilih makanan apa pun yang Anda mau dan saya akan menghapus setiap uang yang Anda pinjam sejauh ini."

Rosie mengangkat alisnya.

Kesepakatan macam apa itu? Jika dilihat dari berbagai sisi jelas semua itu menguntungkannya dan Aslan tidak akan mendapatkan apa pun. Perutnya kembali berbunyi membuat Rosie merona malu.

Ia melirik Aslan yang sedang menanti jawabannya. Sebuah senyum terbentuk kemudian dihapusnya segera. Rosie tidak ingin membuat Aslan berbesar kepala berpikir bahwa ia berhasil membujuknya untuk makan.

Rosie pun mengangkat dagunya kemudian membaca daftar makanan nya kembali. "Well, jika itu yang bisa aku lakukan untuk mengurangi beban hutangku, aku tidak memiliki banyak pilihan."

Aslan mengangguk menanggapi jawaban sang putri.

"Aku mau ini. Ini. ini. Ini. ini. Dan ini. Hm… ini juga. Sepertinya ini lezat. Mungkin satu juga."

Rosie menunjuk hampir seluruh makanan yang ada di daftar. Gadis itu menoleh ke meja samping kemudian menunjuk satu lagi.

"Dan es serut ini sebagai penutupnya." tambahnya yang kemudian mengembalikan daftar makanan tersebut kepada Aslan yang terkejut.

"Apa Anda yakin akan memakan semuanya?" tanya Aslan sekali lagi memastikan jika Rosie tidak salah memilih makanan.

Rosie melihat meja di sampingnya dan mengangguk percaya diri.

"Tidak diragukan lagi. Aku mau itu semua," balasnya dengan senyum lebar.

Aslan terdiam mendapati senyum ceria sang putri kembali dalam sekejap. Well, ia juga tidak memiliki banyak pilihan. Ia sudah memberikan kesepakatan dan ia tidak bisa lari dari konsekuensinya. Aslan pun memanggil pelayan dan pelayan tersebut.

"Apa Anda yakin memesan ini semua, Tuan? Apakah Anda membawa uang yang cukup?" tanya pelayan tersebut dengan skeptis.

"Tenang, suamiku membawa cukup banyak uang," jawab Rosie dengan santainya membuat Aslan terbatuk di tempat.

"Ah! Kalau begitu aku harus memindahkan kalian, meja ini tidak akan cukup untuk semua makanan yang Anda pilih!" balas pelayan tersebut menjadi lebih antusias sekarang.

Rosie tersenyum lebar tidak menghiraukan Aslan yang tengah memelototinya.

"Yang Mulia!" tegur Aslan dengan suara berbisik.