webnovel

Rosie Menjelajah Keluar Kastil

"Aku berangkat dulu, Rosie. Kau akan baik-baik saja di sini. Dan ingat … jangan lakukan sesuatu yang gegabah," pesan Howland sambil memeluk Rosie sebelum pergi meninggalkan kasti Montgomerry bersama Aslan.

"Aku mengerti, Kak. Jangan khawatirkan aku. Aku sudah besar."

"Setua apa pun kita nanti, kau akan tetap jadi adik kecilku."

Well, Howland akan hanya pergi ke perbatasan saja bukan? Ia bukan sedang pergi berperang tetapi kenapa perpisahan ini menjadi berlebihan seperti ini? Pikir Rosie yang hanya tertawa canggung membalas pelukan Howland yang begitu erat.

Ia pun bernafas lega setelah Howland melepaskan pelukan mereka. Rosie mengangkat tangannya melambai ke arah Aslan yang hanya membalasnya dengan anggukkan kepalanya.

"Masih dingin," gumam Rosie sambil mempertahankan senyum ramahnya.

Setelah melihat keduanya pergi meninggalkan Kastil Montgomerry, Rosie berbalik dan menatap jahil ke arah Sarah. Wanita itu menggeleng meminta Rosie untuk tidak melakukan apa pun yang gadis itu pikirkan.

"BEBASSSS!!!" teriak Rosie bahagia yang kemudian berlari ke kamarnya untuk berganti pakaian.

Kemeja longgar, celana dan jaket tipis telah Sarah siapkan. Entah dari mana Sarah mendapatkan pakaian itu tetapi mereka sangat pas di tubuh Rosie.

Padahal baru dua hari ia menggunakan gaun tetapi tubuhnya terasa sangat berat dan sekarang saat menggunakan pakaian yang normal, rasanya tubuhnya bisa terbang kapan pun ia mau.

Rosie berlari meninggalkan Sarah yang memanggil namanya. Pengawal yang ditugaskan oleh Aslan juga ikut berlari mengikuti kepergian sang putri.

Ia lalu berlari cepat menuju training ground. Para ksatria yang sedang berlatih dibuat bingung melihat seorang pemuda berambut pink dikejar oleh para pelayan dan pengawal. Namun saat pemuda itu menoleh ke arah mereka, mereka langsung tahu jika itu adalah sang putri yang senang mengenakan pakaian pria.

Mereka saling berpandangan bertanya-tanya apa yang terjadi hingga membuat ia dikejar oleh pelayan dan pengawal. Semuanya menghentikan kegiatan mereka ketika melihat sang putri masuk ke dalam kandang kuda.

Mata mereka terbelalak terkejut melihat para pelayan dan pengawal yang menyusul sang putri masuk ke dalam kandang kuda berlari kencang keluar kandang disusul oleh Putri Roseanne yang naik ke salah satu kuda kesayangan Duke.

Beberapa orang ksatria mencoba menenangkan kuda tersebut agar tidak panik. Rosie yang berada di atas sang kuda berkonsentrasi penuh untuk bisa mengontrol kuda tersebut.

Setelah ia beberapa kali membelai kulitnya, kuda besar berwarna coklat bersih itu berhenti meringkik. Salah seorang pengawal pun memegang tali kekang kuda itu untuk berjaga-jaga agar tidak kembali panik.

Sarah yang ketakutan mendekati sang putri dengan wajah yang basah oleh air mata.

"Sarah, kau kenapa menangis?" tanya Rosie tanpa malu.

"Tuan Putri … Anda membuatku sangat khawatir, apa yang akan Anda lakukan dengan menunggangi kuda ini, Tuan putri? Anda bisa terluka nantinya. Kumohon, turunlah…."

Rosie menepuk kepala wanita itu dari atas kuda sambil tersenyum simpul. Ia menepis tangan pengawal yang memegang tali kekangnya. Meskipun saat dewasa ia telah berubah menjadi gadis kota tetapi ia menghabiskan masa kecilnya di rumah kakek-neneknya yang memiliki sebuah peternakan kuda.

Setelah ayahnya meninggal di usia ia masih sangat kecil, Ibunya bekerja banting tulang dan menitipkan Rosie kecil kepada kakek dan neneknya. Di sana ARielle belajar banyak tentang menunggangi kuda dan merawatnya.

Kuda itu perlahan berjalan maju, Rosie bersorak senang saat a masih belum kehilangan sentuhannya saat menunggangi kuda. Para ksatria yang berlatih di training ground mulai memberikan jalan untuk sang putri mengelilingi lapangan tersebut dengan kuda kesayangan sang Duke.

Setelah mulia terbiasa dengan kuda barunya, Rosie membungkuk di atas kuda dan melambaikan tangan kepada semua penonton.

"Ciao, everybody! See you again later!" ujar Rosie yang kemudian menarik tali kekang kudanya untuk berbelok meninggalkan training ground.

Seketika Sarah menjadi sangat panik dan menyuruh para pengawal untuk menyusul Rosie secepatnya.

Rosie merasa sangat bahagia sekarang. Menunggangi kuda lagi setelah sekian lama membuat adrenalinnya terpacu. Ia bisa mendengar sahutan para pelayan dan pengawal yang memintanya berhenti tetapi semua itu justriu membuatnya memacu kudanya semakin cepat dan lebih cepat lagi.

Setelah dirasa sudah pergi cukup jauh, Rosie pun memelankan laju kudanya. Saat melewati hutan, matanya menangkap sebuah danau yang begitu luas. Cahaya matahari pagi membuat permukaan danau itu berkilau dengan indah. Rosie diam sebentar untuk mengagumi tempat tersebut.

Ia tidak ingat ada adegan apapun di danau tersebut, jadi Rosie kembali memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Ia memasuki daerah pemukiman warga.

Senyum gadis itu mengembang lebar melihat keramain pemukiman tersebut. Ia mengikat tali milik kudanya di salah satu pagar kayu rumah warga. Rosie pikir itu adalah tempat memarkirkan kuda karena terdapat dua kuda lain yang terikat di pagar yang sama.

Gadis itu pun mulai berkeliling dan melihat-lihat. Desa itu cukup ramai. Rumah-rumah warga terbuat dari batu bata. Beberapa cerobong mengeluarkan asap. Rosie tiba di bagian desa yang lebih ramai. Tempat itu terlihat seperti pasar.

"Sayang, aku tidak membawa uang," gumam Rosie kecewa.

Ia berharap besok kakaknya akan pergi lagi sehingga ia bisa menikmati banyak makanan di sini. Selama Duke Aslan tidak ada, Rosie ingin menikmati waktunya karena jika ada pria itu maka fokus Rosie akan ia berikan seutuhnya kepada Duke Aslan.