webnovel

Persiapan Pesta

Ketegangan antara Aslan dan Rosie terus berlanjut hingga keesokan harinya. Howland mencoba mempertemukan keduanya tetapi gagal. Pada saat sarapan tadi, Howland sengaja mengundang adiknya untuk makan bersama begitu juga Aslan tetapi lagi-lagi Sarah, pelayan yang bertugas melayani Rosie, mengatakan jika sang putri tidak ingin makan di luar kamarnya.

Aslan kembali ke ruang kerjanya ditemani Howland yang merasa canggung berada di dekat Aslan yang jauh lebih diam dari biasanya. Rosie yang sedang sarapan di kamarnya sedang terbahak-bahak mendengarkan cerita salah seorang pelayan yang mengeluh karena persiapan pesta milik Aslan sangatlah panjang.

"Ini adalah pesta pertama setelah sekian lama semenjak kastil Montgomery ditinggalkan. Dan Master adalah orang yang tidak mengerti cara mempersiapkan pesta. Ia hampir mencoret setengah dari keperluan pesta dari daftar persiapan yang sudah direncanakan dan kami harus memulai semuanya dari awal lagi," kata sang pelayan.

Ia melanjutkan, "Lalu tibalah Pangeran Howland yang bilang bahwa persiapan pesta perlu dilakukan secara sempurna kemudian kembali menambahkan daftar yang dihapus oleh master kemudian kami harus melakukannya dari awal lagi untuk kedua kalinya."

"Apa yang kau harapkan dari pria minimalis seperti Aslan? Tentu saja ia tidak tahu caranya menyelenggarakan pesta," komentar rosie sambil mengunyah makannya lebih keras karena ia masih kesal setiap kali mendengar nama Aslan.

"Benar, tapi aku setuju dengan kata Lord Aslan, semakin ramai pesta yang akan diadakan semakin sulit bagi kami untuk melindungi Anda," ujar pelayan tersebut yang kemudian menutup mulutnya karena merasa telah berbicara terlalu banyak.

"Melindungiku? Apakah ada seseorang yang mengancam nyawaku?" tanya Rosie yang berhenti mengunyah karena terkejut.

Ia menelan sisia makanan yang sudah dikunyahnya dengan susah payah merasa gugup jika tiba-tiba nyawanya sedang terancam.

"Ti-tidak seperti itu! Hanya saja … aku khawatir kejadian beberapa hari yang lalu kembali terjadi … saat Anda mengambil kuda milik master dan pergi meninggalkan kastil."

"Ah .. kalian mengkhawatirkan itu rupanya…"

Rosie sungguh lega mendengarnya ia kira ia sedang menjadi incaran sebuah organisasi. Dirinya sekarang kan adalah putri kerajaan, mungkin saja ayahnya memiliki musuh kerajaan sehingga membuat dirinya terancam. Rosie tertawa kecil atas pemikiran bodohnya dan kembali makan.

Ia kembali meminta pelayan lain menceritakan kegiatan harian Aslan agi. Ia tahu, dirinya masih kesal setiap mendengar nama Aslan hanya saja entah kenapa ia selalu ingin mengetahui pria itu. Pria masih berada di zona abu-abu bagi Rosie.

Ia masih belum bisa memastikan apakah mereka berada di jalur plot baru dimana Aslan akan terus menjadi baik seperti sekarang atau mereka masih berada jalan di plot lama, di mana Aslan aakn berubah menjadi villain sesuai cerita aslinya.

Rosie mulai merasa merasa bosan menunggu Howland yang katanya ingin mengunjunginya pagi itu tetapi semakin lama ia menunggu tak ada seorang pun yang mengetuk pintunya.

"Apakah kau melihat Howland tadi?" tanya Rosie pada Sarah.

"Tidak, Yang Mulia Aku tadi hanya melaporkan jika Anda tidak ingin sarapan bersama dan kemudian disuruh kembali lagi untuk menemani Anda," jawab Sarah.

"Aku tadi melihat Yang Mulia Pangeran Howland bersama Lord Aslan di ruang kerja milik Lord Aslan," jawab seorang pelayan lainnya.

Rosie memajukan bibirnya cemberut. Sepertinya Aslan telah memberi tahu Howland segalanya.

Rosie berdiri dan menutup buku yang dibacanya. Ia menyembunyikan buku itu baik-baik untuk berjaga-jaga jika saking bencinya melihat dirinya membaca buku, sang duke kejam itu memeriksa kamarnya kemudian membakar buku yang sedang dibacanya saat ini juga.

"Anda ingin kemana, Yang Mulia?" tanya Sarah panik saat melihat sang putri mulia membuka gaunnya kemudian berganti pakaian pria lagi yang belum sempat Sarah hilangkan dari lemari sang putri.

"Tuan Putri, Pangeran Howland masih ada di sini, jangan sampai pangeran melihat Anda berpakain seperti ini," ujar Sarah mencoba mengingatkan Rosie bahwa seorang putri tidak seharusnya mengenakan pakaian pria.

"Aku tidak peduli," jawab Rosie dengan santai

Ia mengambil langkah cepat keluar kamarnya dan bertanya tentang keberadaan sang kakak pada beberapa orang yang sibuk mendekorasi kastil dengan berbagai bunga berwarna warni.

Saat Rosie hampir meninggalkan kastil, ia berpesan dengan Howland dan Aslan yang baru tiba entah dari mana. Howland terkejut melihat pakaian yang adiknya gunakan. Aslan yang sudah pernah melihat sang putri menggunakan pakaian pria tidak lagi terlalu terkejut.

"Rosie! Pakaian siapa yang kau kenakan!" tanya Howland panik yang mendorong punggung adiknya untuk kembali masuk agar bisa kembali berpakaian gaun seperti biasanya.

"Oh ini? Aku tidak tahu."

Sarah yang bertanggung jawab mencarikan pakaian pria untuk sang putri seketika bercucuran keringat dingin karena tahu itu adalah kesalahannya. Dan jika sang putri mengatakan bahwa dirinya yang mencarikan pakaian pria tersebut maka Sarah harus bersiap-siap meninggalkan kastil tersebut dan mencari pekerjaan lain di luar sana.

"Aku menemukannya di lemariku begitu saja sejak aku tiba di sini. Aku pikir ini memang khusus Aslan siapkan untukku jadi aku menggunakannya."

Aslan yang sedari tadi berdiri diam di belakang Howland mengernyit mendapatkan sebuah tuduhan yang tidak masuk akal tersebut.

"Apa pun itu kau harus berganti pakaianmu sendiri. Ini adalah pakaian pria, kau tidak boleh menggunakannya."

"Huh? Pakaian tidak memiliki gender, Howland. Dan ini sebatas kain, kau pun jika ingin menggunakan gaunku aku tidak masalah."

Rosie meraih tangan Howland dan menggenggamnya pelan.

"Sebuah pakaian tidak akan membunuhku dan lagi pula akan sulit untuk berolahraga jika aku mengenakan pakaian rok lebar dan korset yang mencekik tubuhku."

"O-olah raga? Tapi kau kan-"

Rosie yang sudah merasa cukup mendengarkan protes kakaknya, membekap mulut Howland dengan telapak tangannya.

"Ssst! Aku hanya berlari berkeliling kastil ini beberapa kali."

Howland menarik paksa tangan Rosie dari mulutnya kemudian memeriksa suhu tubuh Rosie yang terasa normal di tangannya. Ia tidak mengerti mengapa tiba-tiba Rosie ingin berolahraga saat ini.

Adiknya adalah anak yang mudah lelah dan juga lemah. Tubuhnya yang terlihat rapuh itu membuat Howland selalu overprotektif akan hal-hal kecil. Dan orang-orang istana selalu melarangnya untuk bergerak terlalu banyak karena mengingat tubuh sang putri yang lemah.

"Bye!" teriak Rosie yang berlari meninggalkan kakaknya. Rosie sengaja memberi muka masam saat ia melewati Aslan saat pria itu meliriknya sekilas dengan tatapan dingin.

"Hmmph!"

Aslan menoleh ke belakang mendapati sang putri sedang melakukan peregangan otot dengan mengangkat kedua tangannya beberapa kali, memutar tubuhnya pelan ke kiri dan kanan beberapa kali dan melipat kemudian meregangkan tangan juga kakinya secara bergantian beberapa kali.

Aslan berbalik dan melihat Howland yang penuh dengan ekspresi cemas melihat adiknya.

"Apakah kita masih perlu membicarakan tentang tentara revolusioner yang tertangkap atau kau ingin menyusul adikmu?" tanya Aslan yang pergi meninggalkan tempat tersebut terlebih dahulu.

Ia memerintahkan seorang penjaga untuk menemani adiknya. Ia tidak ingin Rosie hanya ditemani oleh tiga orang pelayan perempuan. Butuh seorang pria untuk bergerak cepat jika terjadi apa-apa pada adiknya.

"Aku ikut denganmu," ujar Howland yang menyusul Aslan.