webnovel

Membahas Pernikahan Rosie

Aslan sedang membaca buku di ruang kerjanya saat pintu diketuk dan Howland tiba seorang diri. Ia beranjak dari kursinya untuk memberikan sang pangeran ruang untuk duduk. Howland pun menempati kursi yang Aslan sediakan untuknya.

"Howland, mengenai pesta yang kau rencanakan, bisakah kita batalkan saja?" tanya Aslan yang tidak tertarik dengan pesta tersebut.

"Kenapa? Bukankah sebelumnya aku telah menyetujuinya? Aku sudah mengirimkan undangan kepada para bangsawan lain untuk menghadiri acara itu. Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?"

Aslan hanya butuh ketenangan pikirnya. Ia tidak suka keramaian. Ia bukanlah orang dari keluarga bangsawan murni. Meskipun mengundang para bangsawan berguna untuk meningkatkan namanya agar lebih dikenal oleh para bangsawan lain, tetapi bagi Aslan itu tidak perlu.

Selain itu … itu artinya Rosie akan lebih lama berada di kastilnya. Anggap saja Aslan sangat jahat karena ingin gadis itu kembali ke istana saja. Kehidupan Aslan menjadi terusik oleh keberadaan gadis itu dan ia tidak bisa melakukan segala sesuatunya tanpa memikirkan Rosie.

Aslan pikir ini hanyalah akibat kekhawatirannya saja. Ia takut Rosie akan melakukan sesuatu yang di luar nalar yang tidak bisa Aslan cegah lagi. Gadis itu bertingkah sangat acak dan Aslan tidak pernah bisa tahu apa yang sedang ia rencanakan di balik kepala kecilnya itu.

Bahkan Aslan tidak bisa menganalisis apa yang diinginkan gadis itu. Rosie seperti kotak kejutan baginya dan Aslan tidak menyukai kejutan.

"Aku pikir tuan putri butuh segera kembali ke istana. Aku khawatir tentang orang yang mencoba melukai Putri Roseanne akan mencoba melakukan hal yang sama saat di keramaian pesta nanti," kata Aslan memberi alasan.

"Kau tidak perlu khawatir, aku akan selalu bersama adikku saat itu. Aku juga harus mengawasi Rosie dari para laki-laki yang mencoba menggodanya di pesta itu nanti."

Aslan menoleh ke belakangnya. Ia bisa melihat pemandangan ke luar jendela kacanya. DI sana, ia melihat Rosie sedang membawa keranjang piknik dengan kedua pelayannya yang membawa buku juga dua orang pengawal yang tak pernah absen meninggalkan sisinya.

"Oh, apakah Rosie sedang melakukan piknik?" tanya Howland yang tiba-tiba muncul di smaping Aslan smabil melambai ke arah adiknya.

"Rosie posie!" teriak Howland dari jendela membuat gadis itu menoleh.

"Kakak!!" sapa Rosie balik.

"Apakah kau akan melakukan piknik?"

"Iya! Apakah kau ingin bergabung?" tawarnya.

"Bolehkah?"

Gadis itu melirik Aslan yang berada di samping Howland. Rosie menunjuk Aslan.

"Ajak juga pria di sampingmu!" teriak Rosie yang dibalas oleh Howland dengan acungan jempol.

Howland berbalik ke arah Aslan.

"Tidak, terima kasih atas undangannya. Aku tidak ingin mengganggu waktu kalian berdua," ucap Aslan sebelum Howland mengajaknya.

"Oh, ayolah … kau dengar sendiri jika Rosie mengundangmu juga."

Aslan mencoba mencari alasan untuk tidak bergabung dengan piknik tersebut karena ia tahu dirinya hanya akan berdiam diri di sana mendengarkan cerita-cerita sang putri dan Howland yang telah ia dengarkan berkali-kali.

"Aku sedikit sibuk," balasnya membuat Howland tertawa terbahak-bahak.

"Sibuk apa? Ayolah … jangan membuat adikku sedih karena kau menolak undangannya."

Howland merangkul pundak Aslan kemudian menyeretnya meninggalkan ruang kerja pria itu. Di halaman, Rosie masih setia menunggu. Senyumnya melebar melihat Aslan yang terlihat setengah hati ikut diseret oleh Howland.

Setelah mendekat Aslan mengulurkan tangannya dan Rosie dengan senang hati memberikan keranjang pikniknya untuk pria itu bawa.

"Terima kasih, Duke Aslan," ucap Rosie yang dibalas dengan anggukan kepala.

Howland menggandeng adiknya dan mereka memilih sbeuah dataran di dekat sungai. Rosie memilih sebuah tempat di bawah pohon rindang untuk melindungi mereka dari matahari.

Rosie membantu seorang pelayan membuka alas duduk mereka dan menerima bantal yang dibawa oleh kedua pengawalnya. Di dalam keranjang hanya terdapat beberapa kudapan dan cangkir dan teko teh yang tertutup rapat.

Aslan memilih duduk bersandar di pohon. Howland berbaring di dekat Aslan untuk menikmati segar angin. Meskipun setelah sarapan tadi ia sudah beristirahat cukup banyak tetapi semilir angin kembali membuatnya mengantuk. Sedangkan Rosie duduk tegak dengan buku berada di pangkuannya.

Angin berhembus pelan membuat rambut panjang Rosie terkibas oleh angin. Aslan melirik sebentar dan melihat gadis itu mengikat rambutnya dengan aksesoris yang ia belikan kemarin. Merasa diperhatikan, Rosie menoleh. Gadis itu tersenyum miring saat dengan cepat Aslan mengalihkan pandangannya.

"Howl," panggil Rosie membuat Howland membuka matanya.

"Iya?"

"Um … apakah kau tidak berpikir bahwa aku sudah memasuki usia untuk menikah?" tanya gadis itu sambil menutup bukunya.

Howland bangun sebentar dan menggeleng.

"Aku tahu hari ini akan tiba. Sejujurnya, aku sangat ingin memberikanmu kebahagiaan yang kau inginkan. Aku ingin kau menemukan cintamu sendiri dan menikah seusai dengan pria yang kau inginkan," kata Howland dengan wajah serius.

Ia menambahkan, "Tetapi Roseanne … kau tahu kan kita hidup di zaman yang penuh akan peperangan dan salah satunya untuk mendapatkan perdamaian adalah dengan membentuk aliansi. Kau tahu apa yang dilakukan oleh para raja untuk menambah aliansi mereka kan?"

Rosie mengangguk. Para penguasa membentuk aliansi dengan melakukan pernikahan politik. Entah menikahkan putri mereka dengan orang dari calon aliansi atau menambah istri lagi.

Hal itu juga ternyata di dunianya. Jadi Rosie tidak terlalu merasa terkejut. Ia terlahir sebagai seorang putri kerajaan dan itu merupakan salah satu tugasnya untuk menikahi pria pilihan sang ayah untuk membangun aliansi baru.

"Aku tahu, tapi apakah kau pernah mendengar rencana ayah tentang dengan siapa pria yang akan dinikahkan denganku?"

Howland berpikir sejenak. "Ini belum menjadi keputusan final. Tapi aku kemarin bernegosiasi dengan kerajaan sebelah dan kemungkinan ayah … ingin membentuk aliansi dengannya untuk melawan Kerajaan Savodia."

"Seorang pangeran?" tanya Rosie.

"Aku pikir begitu. Kerajaan sebelah tidak memiliki seorang putri jadi tidak ada yang bisa diikat denganku. Ah … tapi rasanya berat untuk membicarakan ini karena bagiku tak ada pria di dunia ini yang pantas untuk mendapatkanmu, Rosie."

Rosie merasa terharu atas perhatian dari kakaknya. Ia tahu Howland tulus mengatakannya. Pria itu selalu bisa membuatnya terpana setiap membaca interaksinya dengan pemeran utama wanitanya. Howland adalah tokoh protagonis yang jarang Rosie temui. Pria itu baik dan tulus tanpa ada cela sedikit pun.

Biasanya Rosie suka membaca cerita-cerita dengan tokoh male lead kejam yang kemudian jatuh cinta kepada female leadnya dan berubah menjadi soft boy untuk sang kekasih. Tapi Howland berbeda, pria itu sudah menjadi soft boy sejak di awal. Sikap gentle nya membuat Rosie merasa hangat.

Maka dari itu Rosie sangat menyukai Howland dengan cara yang berbeda seperti ia menyukai pada Male Lead yang lain. Rosie ingin menyayangi Howland seperti seorang anak, melindunginya dengan baik dari kejamnya dunia … dan dari kekejaman Aslan di kemudian hari.

Namun, jati diri Rosie yang sesungguhnya belum hilang sepenuhnya. Sisi lain dirinya yang menyukai tokoh fiksi vilain masih terbawa saat bersama Aslan sekarang.

Sekarang Rosie tahu mengapa anak-anak remaja sangat menyukai para bad boy. Mereka sungguh sulit dibuat luluh. Dan itu seperti menjadi sebuah tantangan yang menyenangkan.

"Lalu bagaimana dengan Aslan?" tanya Rosie.

(Tolong jangan libatkan aku dalam perbincangan ini) ucap pria itu sambil memejamkan matanya.

"Ada apa dengan Aslan?" tanya Howland balik.

"Tadi kakak bilang bahwa aku terlalu baik untuk semua pria. Apakah termasuk Duke Aslan juga?"

Howland memperhatikan Aslan sebentar dan berpikir. "Well, Aslan adalah anak yang baik tapi dia terlalu dingin. Jika dia bisa bersikap lebih hangat sedikit mungkin aku bisa merelakanmu untuk Aslan karena aku tahu Aslan adalah pria yang bisa diandalkan."

"Kalau begitu bagaimana jika aku menikah saja dengan Duke Aslan?"