webnovel

Aslan Membakar Buku Yang Kubaca!

"Oh no no no no, Aslan matikan apinya sekarang juga! Kau membakar buku yang ingin aku baca!" protes Rosie panik.

Dengan panik Rosie mengangkat gaunnya untuk menginjak api tersebut mencoba memadamkannya. Itu adalah tindakan yang sangat berbahaya karena bisa saja api besar itu mengenai kulit kaki sang putri dan gaunnya.

Pelayan di sana berteriak panik mencoba menahan Rosie untuk menghentikan apa yang dilakukannya. Aslan meraih gadis itu dan meletakkannya di atas pundaknya seperti sebuah karung.

Rosie yang hendak memadamkan api tersebut untuk mengambil kembali bukunya, meronta meminta diturunkan. Aslan dengan kuat memegangi kedua kaki Rosie agar tidak menendangnya tetapi tangan Rosie tak berhenti memukuli punggung pria itu.

"Turunkan aku! Aslaaaan! Apa yang kau lakukan dengan buku bacaankuuu! Turunkan aku! Turunkan aku sekarang jugaaaa!!!" teriak Rosie menggema di penjuru kastil.

Aslan tidak menggubris rengekan Rosie yang memintanya untuk menurunkannya. Pria itu kini berpapasan dengan howland yang berlari panik setelah mendengar teriakan adiknya.

"A-apa? Apa telah terjadi sesuatu kepada Rosie?" tanya Howland panik.

Aslan pun menurunkan kembali Rosie untuk berdiri di atas kedua kakinya sendiri. Rambut gadis itu telah berantakan karena terjatuh dalam kondisi terbalik saat Aslan menggendongnya. Selain itu wajahnya telah penuh oleh air mata.

"Rosie? Ke-kenapa kau menangis?"

Rosie mendorong Aslan menjauh kemudian berlari ke pelukan Howland.

"Aslan … Aslan membakar buku yang akan aku baca."

"Apa maksudnya ini, Aslan?" tanya Howland tajam dan Aslan sama sekali tidak merasa bersalah. Ia justru merasa tenang sekarang. Jadi Rosie tak perlu lagi membaca buku-buku yang menjijikkan itu lagi.

"Aku hanya membakar buku-buku yang sudah tidak layak dibaca dari perpustakaanku dan tanpa sengaja buku yang sedang Putri Roseanne baca terbakar bersama buku lain yang sudah kupilah."

"Kau bohong!" tuduh Rosie. "Kau sengaja melakukannya kan? Saat aku bertanya di mana buku yang sedang aku baca kau berpura-pura tidak tahu."

Aslan mengedikkan bahunya sekana tidak peduli atas tuduhan Rosie barusan. Rosie masih terpukul karena Aslan dengan sengaja melakukannya. Ia sangat tahu jika Aslan sengaja membakar buku yang dibacanya.

Ia tidak tahu alasan pria itu membakar buku-buku tersebut tetapi menilai karakter Aslan ternyata bibit-bibit villainnya telah keluar satu per satu.

"Jangan-jangan kau membuang buku yang aku baca tadi siang juga?" tuduh Rosie tajam.

Aslan mengatupkan rahangnya keras tidak menyukai nada ancaman yang Rosie berikan kepadanya.

"Terserah jika Anda ingin mempercayai saya atau tidak. Tetapi saya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan sebagai pemilik tempat ini."

Howland masih tidak mengerti konflik yang terjadi antara Aslan dan Rosie saat ini. Ia meraih adiknya yang masih menangis untuk menjauh dari Aslan.

Aslan mengepalkan tangannya merasa marah entah karena apa. Ia pun berbalik untuk pergi ke arah yang berlawanan dari arah kepergian kakak-beradik itu.

Howland menyusul Rosie yang masih terlihat marah. Ia belum pernah melihat adiknya seperti ini jadi ia khawatir setengah mati sekarang. Saat ia bertanya ada apa, Rosie hanya diam dengan wajah yang sangat marah. Gadis itu tidak menangis tapi terlihat jelas kekesalan yang ternama di wajah cantiknya.

Howland berhasil menyusul Rosie sampai di depan pintu kamar Rosie. Ia memegang pelan lengan adiknya.

"Rosie? Apa yang telah Aslan lakukan padamu?"tanya Howland dengan lembut.

Rosie menghirup nafas panjang kemudian dihembuskannya perlahan. Ia belum pernah sekesal ini. Bahkan rasanya saat ia dikhianati oleh temannya sendiri pun rasanya tidak sefrustasi ini.

Rosie sangat menyukai novel. Dan ia belum pernah tidak menyelesaikan satu buku pun sebelumnya. Terutama jika buku tersebut sangat bagus. Rosie selalu ingin menyelesaikan bukunya dan sekarang … buku-buku itu telah dibakar oleh Aslan dengan alasan yang tidak jelas.

Apa alasannya? Aslan tidak ingin memberitahunya? Mengapa pria itu tiba-tiba berubah menjadi pembenci buku?

"Roseanne?" panggi Howland sekali lagi.

Rosie menoleh ke arah sang kakak. Melihat ekspresi khawatir Howland membuat Rosie merasa bersalah. Pria itu sedari tadi mengekorinya dan Rosie justru memberikannya treatment dinging. Ini bukan salah howland jadi sangat tidak pantas jika Rosie melampiaskan kekesalannya pada Howland.

Kerutan di wajah Rosie pun perlahan memudar. Bibirnya yang cemberut perlahan tersenyum simpul dan Rosie meraih kedua tangan Howland.

"Howl, aku hanya sedang merasa lelah sekarang. Aku akan menceritakan semuanya padamu esok hari. Boleh, kan?"

Howland menepuk pelan kepala adiknya dan mengangguk. "Selama kau baik-baik saja, kakak akan mendengarkan ceritamu kapanpun kau mau. Jika kau tidak nyaman di sini kita bisa kembali ke ibu kota malam ini juga. Kau tak perlu memaksakan diri untuk ikut pesta besok malam."

Rosie menggeleng, ia tidak bisa meninggalkan kesempatan emas untuk melihat pertemuan pertama kedua tokoh tama sebuah cerita. Dan juga … jika Rosie kembali ke ibu kota lalu bagaimana cara dirinya untuk meluluhkan hati seorang Aslan?

Rosie akan menenangkan diri dulu malam ini sebelum kembali berhadapan dengan pria itu lagi. Di dalam kamarnya Rosie meliriksisa buku yang sudah ia pinjam di hari sebelumnya. Ia mencoba menghibur dirinya dengan membaca salah satu buku tersebut tetapi hatinya masih tertinggal di dua buku yang tidak selesai ia baca tadi.

Ia penasaran bagaimana caranya tokoh utama wanita itu meluluhkan hati sang raja yang dingin? Rosie ingin tahu agar ia bisa mengaplikasikannya pada Aslan nantinya.

Di sisa hari itu Rosie pun memutuskan untuk mendekam seorang diri di kamarnya. Sarah, sang pelayan yang ditugaskan untuk melayani sang putri pun hanya diberi kesempatan masuk saat ia membawa makan malam.

Undangan Aslan atau Howland yang mengajaknya untuk makan malam bersama Rosie tolak mentah-mentah.

***

Aslan memotong steak di depannya saat seorang pelayan wanita datang dengan tubuh yang menunduk.

"Tuan Putri telah menerima makan malamnya, Yang Mulia," lapor Sarah pada Howland.

"Apakah dia baik-baik saja? Apakah ia benar-benar tidak ingin bergabung makan malam bersama kami?" tanya Howland sekali lagi.

Sarah menggeleng. "Putri Roseanne bilang jika ia baik-baik saja dan meminta Anda untuk tidak khawatir. Dan juga Putri Roseanne menolak ajakan makan malam bersama."

"Ah, begitu rupanya … baiklah kalau begitu …." balas Howland dengan lemas.

Setelah Sarah pergi, Howland kembali melanjutkan makan malamnya. Aslan bisa melihat jika Howland tidak terlalu berselera untuk makan. Mereka berdua telah beberapa kali bertemu tetapi Howland tak kunjung menanyakan padanya apa yang terjadi.

Di sela-sela kunyahannya, Howland mendesah panjang membuat Aslan kesal dan meletakkan garpu serta pisau nya sedikit lebih kasar.

"Tanyakan saja. Kau tak perlu merasa sungkan untuk bertanya."

Howland mendongak dengan mata berbinar. "Benarkah? AKu tidak ingin membuatmu tidak nyaman. Aku tahu kau tidak suka jika ada orang yang ikut campur dalam urusanmu."

"Tapi helaan nafasmu itu sangat mengganggu."

Aslan meraih gelas yang berisikan air untuk menghilangkan dahaganya. Karena Howland ia juga kehilangan nafsu makannya.

"Jadi .. apa yang membuat adikku kesal padamu?" tanya Howland selembut mungkin tidak ingin membuat Aslan tersinggung.

"Aku membakar buku yang sedang dibacanya," jawab Aslan langsung ke inti permasalahan.

"Huh? Apa maksudmu dengan membakar buku yang sedang dibacanya."

Aslan mengetuk-ngetukkan telunjuknya pada meja makan mempertimbangkan apakah perl ia menyampaikan isi bacaan yang dibaca oleh Rosie. Aslan memutuskan akan memberitahu Howland. Setidaknya dengan begitu ke depannya, Howland bisa lebih menjaga bacaan adiknya.

"Aku mendapati Putri Roseanne membaca buku yang tidak sesuai dengan usianya."

"Adikku sudah sdua puluh, bulan depan dia akan berulang tahun ke dua puluh satu. Memangnya buku apa yang tidak sesuai dengan usia Rosie?" tanya Howland bingung.

"Aku menemukan buku-buku yang berisikan adegan dewasa dalam daftar bacaan Putri Roseanne. Bacaan bulgar yang tidak layak cetak."

Howland langsung tahu bacaan apa yang dimaksud oleh Aslan. Dulu saat Aslan menjadi komandan ksatria, Aslan pernah merampas buku bacaan bawahannya yang berisikan adegan dewasa. Aslan selalu bilang jika buku-buku itu tidak bermoral dan sudah selayaknya untuk dibinasakan.

Ia tidak menyangka jika adiknya akan membaca hal yang sama. Tentu saja Aslan akan marah karena sejak dulu Aslan selalu membenci buku yang seperti itu.

Rosie sudah dewasa, sudah seharusnya Rosie bisa memilih bacaan yang layak atau tidak. Ia tahu jika adiknya snagat menyukai buku dan ayah mereka bahkan rela memberikannya sebuah perpustakaan pribadi untuknya sebagai hadiah ulang tahunnya yang ketujuh belas.

Howland juga selalu menghadiahkan adiknya buku baru setiap pulang dari perjalanan keluar istana. Karena Rosie sudah lemah sejak kecil, itulah cara Howland memperkenalkan dunia kepada adiknya melalui buku.

Jika sudah tahu permasalahannya seperti ini, Howland jadi semakin bingung ingin membela siapa karena keduanya tidak bisa disalahkan meski pun sikap keduanya juga berlebihan.

Aslan yang membenci buku berkonten dewasa yang berlebihan membakar buku-buku tersebut. Dan Rosie yang sangat menyukai buku merasa marah karena Aslan membakar buku bacaannya.

"Aku tidak bisa menyalahkan kalian berdua," ucap Howland dengan nada sedih.

***