webnovel

Mellifluous Of You

Cerita ini mengisahkan perjalanan cinta Riza Chandra Muhammad yang merupakan penerus tunggal perusahaan Chandra yang bergerak di bidang furniture. Memiliki sifat ramah dan menyenangkan membuatnya memiliki banyak teman, dan kemampuannya bermain musik membuatnya terkenal di daerah itu. Namun sifat ramahnya menjadi bumerang ketika ia mendekati Alina, seorang gadis mandiri yang selalu menjaga dirinya sendiri dan perasaannya karena alasan tertentu. Sampai akhirnya Riza menyerah untuk terkahir kalinya pada Alina dan meninggalkannya tanpa kabar, namun takdir berkata lain setelah beberapa tahun terpisahkan mereka bertemu kembali dengan status atasan dan karyawan biasa, serta keadaan dan perasaan yang semakin rumit

Tati_Almira · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
1 Chs

Nyanyian di waktu istirahat

Rangkaian nada-nada mengalun indah. Memancing para siswa-siswi berdatangan menuju sumber suara. Ditengah lapang yang cukup terik terlihat dua orang laki-laki tengah asyik memainkan alat musik.

"Hai temen-temen, maafin kita yang ngeganggu waktu istirahat kalian" laki-laki itu memegang gitarnya santai.

"Subhanallah udah lama ge ngeliat kak Riza, makin ganteng aja, ya"

"Gimana kita nggak kelepek-kelepek"

Riza melihat sekitarnya sudah mulai berkerumun "Jadi gini" Riza tersenyum malu, namun siswi-siswi menanggapinya gemas. "Gue kalah dalam permainan, dan konsekuensinya mesti nyanyi ditengah lapang"

"WUAAAA"

"Nyanyi-nyanyi-nyanyi-nyanyi-nyanyi-nyanyi"

Tangan laki-laki itu memberi sinyal untuk tidak tenang "Oke, oke, oke. Ada request dari temen-temen?"

"Oh, ada yang mau nemenin gue disini ga? biar ga sendirian banget" ucapnya diselingi tawa.

Tiba-tiba kerusuhan terjadi pada kerumunan itu hingga seorang gadis bertubuh kecil keluar dari kerumunan itu.

"Hei kamu!" Riza menghampirinya dan menggandengnya menuju kursi disana. Kerumunan itu bersorak.

"Dinda bukan?"

Gadis itu mengangguk senang.

"Gila! gue kira kak Riza ga bakalan tau nama orang biasa-biasa kek dia"

"Heem, mungkin kak Riza juga tau nama kita ya kan ya"

Gadis berambut pendek itu menoyor temannya "Pret, ngarep lo"

"Ayo kita duet"

"Em, indah cintaku?"

"Oke"

Riza memposisikan duduknya senyaman mungkin dan rentetan nada yang keluar mulai memasuki telinga mereka.

Riza menatap Dinda disampingnya.dengan senyuman yang tersungging manis

"Ku ingin kau tahu, ku ingin kau selalu

Dekat denganmu setiap hariku"

Berbeda dengan Dinda, gadis itu menatapnya penuh arti.

"Sudahkah kau yakin untuk mencintaiku

Ku ingin hanya satu tuk selamanya"

"Ku tak melihat dari sisi sempurnamu

Tak peduli kelemahanmu"

Yang ada aku jatuh cinta karena hatimu"

Suara lembut Riza serta suara ceria Dinda mengalun bersama, seperti sihir yang membuat orang-orang disekitarnya tersenyum.

"Cintaku tak pernah memandang siapa kamu

Tak pernah menginginkan kamu lebih

Dari apa adanya dirimu selalu"

"Cintaku terasa sempurna karena hatimu

Selalu menerima kekuranganku

Sungguh indah cintaku"

"Sudahkah kau yakin untuk mencintaiku

Ku ingin hanya satu tuk selamanya"

Dinda menyelipkan rambutnya dan sesekali mencuri-curi pandang pasa Riza.

"Ku tak melihat dari sisi sempurnamu

Tak peduli kelemahanmu

Yang ada aku jatuh cinta karena hatimu"

"Cintaku tak pernah memandang siapa kamu

Tak pernah menginginkan kamu lebih

Dari apa adanya dirimu selalu"

"Cintaku terasa sempurna karena hatimu

Selalu menerima kekuranganku

Sungguh indah cintaku"

"Sungguh indah cintaku

Sungguh indah cintaku

Indah cintaku"

Di penghujung lagu mereka bertatapan dan saling melempar senyuman.

Dilain tempat, tepatnya di atap sekolah. Seorang gadis merebahkan dirinya menghadap langit biru yang bersih. Tangannya mengudara menghalangi cahaya matahari yang menyilaukan, matanya sedikit meyipit.

"DORR!!"

teriakan dari belakangnya membuat gadis itu kembali duduk tegap. Di lihatnya, seorang laki-laki tengah berdiri di ambang pintu dengan wajah menyebalkan khasnya.

"Ughh, Saddam kaget tau" seru Alina kesal.

Saddam tertawa senang, ia berjalan ke arah pagar pembatas. Ia menupu tubuhnya dengan kedua tangan yang ia tempatkan pada pagar pembatas. Tatapannya terjatuh pada kerumunan yang di buat Riza, kakak kelasnya.

Penasaran, Alina bangkit dan berdiri disamping Saddam dengan posisi yang sama. Tampaknya kerumunan itu tengah bernyanyi bersama.

"Bagaimana menurut lo dengan kak Riza?"

Alina diam sejenak, membiarkan angin meniup wajahnya. Ia melirik Saddam yang melihat kerumunan itu tanpa berkedip "Entahlah, dia ganteng, tinggi, satau ku dia juga pintar"

Ingatan Alina terputar pada beberapa minggu yang lalu saat ia tanpa sengaja berpapasan dengan Riza dan beberapa temannya, 'tapi sayang dia terlalu ramah ku pikir itu tidak terlalu bagus'

"Gimana dengan gue, gak kalah ganteng kan?" tanya Saddam.

"HOEEKK"

Gadis itu berlalu meninggalkan temannya.