webnovel

Melgalen

Apakah hidup ini harus aku lalui? aku tidak sanggup untuk melanjutkan hidup yang hampa ini, suara bising yang sering kudengar sekarang seperti suara burung bersiul Melgalen, nama yang indah tapi, dia siapa? aku tidak mengenalnya "kamu tidak ingat padaku? kamu pernah bertemu denganku." Aku selalu mendengar kata kata itu setiap waktu, bahkan sebelum tidur aku selalu mendengarnya. siapa kamu?aku tidak mengenalmu, jadi datangilah aku, agar aku bisa mengingatmu.

Panechana ยท Fantasi
Peringkat tidak cukup
5 Chs

Laryna

Pagi yang cerah, aku terbangun dan disambut oleh sinar matahari yang indah. Aku beranjak dari tempat tidur ku dan menuju kamar mandi, Aku pun membersihkan diri hingga bersih. Aku pun menyiapkan sarapan pagi, dan bekal untuk makan siang di sekolah.

Perkenalkan namaku laryna jasyra Laura, kalau di kuliahan biasa dipanggil Ura/siyra. beberapa bulan yang lalu aku sudah lulus SMA, dan sekarang sudah masuk ke universitas, aku hidup seorang diri tidak bersama dengan orang tua ataupun kerabat. karena aku hidup di dunia yang sunyi, tanpa perasaan dan tidak memikirkan orang lain, itu duniaku.

"haihhh, sekarang gua telat masuk kan jadinya" ucapku kesal, bagaimana tidak? sekarang sudah jam 9 lewat, sedangkan kelas pagi sudah dimulai sejak 1 jam yang lalu.

"yaudah gua pergi dulu ya, bye kamar!" ucapku.

"harusnya tadi malam gua gak ngelakuin 'itu' dulu, kan jadinya sekarang gua malah telat masuk kuliah" ucapku kesal sembari memakai sepatu.

Akhirnya aku pun berangkat ke sekolah menggunakan kereta bawah tanah, dikarenakan jarak dari rumahku ke universitas bisa dibilang terpantau jauh, dan aku pun akhirnya berjalan kaki menuju stasiun bawah tanah, karena jika telat aku harus menunggu sekitar 45 menit untuk menunggu kereta selanjutnya.

...

Akhirnya setelah 15 menit perjalanan, aku sampai ke universitasku, untungnya aku masih sempat untuk mengikuti pelajaran pagi, walau harus dihukum terlebih dahulu. Aku duduk, dan mendengarkan penjelasan dosenku.

"๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ต๐˜ฌ๐˜ถ? ๐˜’๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฌ๐˜ถ.. ๐˜ญ๐˜ข๐˜ณ๐˜บ๐˜ฏ๐˜ข" suara samar seseorang muncul dikepalaku.

"aakhhhh" jeritku tertahan.

'apa apaan tadi? aku sudah lama tidak mendengarnya, sekarang aku mendengarnya lagi' batinku.

Lagi lagi aku mendengarnya, sudah lama sejak saat itu aku tidak mendengarnya, apa ini sebuah ingatan masa lalu? tapi, suara itu familiar suara seorang ๐˜—๐˜ณ๐˜ช๐˜ข.

"siyra! kamu sedang bengong apa?! cepat fokus kembali ke pelajaran saya jangan kebanyakan bengong! atau saya suruh kamu keluar?!" teriak dosenku membuyarkan lamunanku sedari tadi.

Aku pun terlonjak kaget hingga berdiri, "ma-maaf Bu, saya tetap ingin di kelas saja Bu, maafkan saya bu"

"๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข ๐˜ญ๐˜ช๐˜ข๐˜ต ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ฐ*๐˜ฏ, ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜จ* ๐˜ข๐˜ซ๐˜ข"

"๐˜ˆ๐˜ฏ๐˜ฆ๐˜ฉ ๐˜ช๐˜ฉ"

"๐˜ˆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ซ๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ด"

"๐˜’๐˜ข๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ"

"๐˜”๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ข๐˜ซ๐˜ข ๐˜ด๐˜ช๐˜ฉ ,๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ฐ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฉ"

itulah ucapan ucapan yang sudah biasa kudengar setiap hari, walau begitu aku tidak menanggapinya karena mereka ๐˜š๐˜ถ๐˜ด๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ซ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ.

/bel istirahat berbunyi kringg kringg...

Akhirnya aku bisa bebas dari kelas yang mencekam kan ini, aku pun beranjak keluar kelas dan menuju kantin.

"YESS!! akhirnya gua bisa nyobain bakso teteh yang baru huhu" ucapku gembira.

"UWAAAAA!!" teriaku tersandung.

"eh si cupu kasian banget, jatuh ya? sini sini aku bantuin" ucap seorang wanita.

Saat aku ingin menggapainya, dia menarik tangannya kembali ,hingga aku terjatuh.

"eh maaf, gua gak mau kena alergi cupu, jadi lu berdiri sendiri aja ya, kan udh gede" katanya.

Akhirnya aku pun berdiri dengan dibantu dinding di samping ku, aku melihat ke arah tiga wanita yang menjahiliku, "untung aja ada yang bilang, manusia itu gk boleh kasar sama hewan"

Akhirnya aku pun beranjak pergi meninggalkan mereka yang sepertinya masih berdiam di sana.

"HEH AN*ING LO!!" ucap pemimpin dr ketiga wanita tersebut.

"Gak boleh ngatain sejenisnya dong!" ucapku membalas dengan nada tinggi.

Ntah mengapa yang seperti itu tidak punya etika, hanya tau membully dan membully saja, ntahlah otak mereka itu terbuat dari apa.