webnovel

Melawan Skenario Kehidupan

“Kamu benar-benar gila, apakah kamu lupa dunia sebelumnya yang kamu hancurkan? Apakah kamu ingin mengulangi kesalahan yang sama?” Rekan Tania yang berbentuk suara sistem dikepalanya terus berceloteh tanpa henti. Dia sangat tidak puas dengan tingkah Tania yang seenaknya tanpa memperdulikan skenario yang telah disediakan. Jika terus begini, Tania akan mati dan dunia ini akan hancur kembali! Seperti sedang bermain game, Tania dan rekannya terus-terusan berganti dunia dan dimensi hanya demi menemukan “Dunia yang Tidak Akan Hancur.” Tapi hal ini tidaklah mudah untuk ditemukan ketika semua peran yang didapatkan Tania merupakan peran yang menyedihkan! Tania harus memilih antara membuat kehidupan yang sukses dan menghancurkan dunia, atau memilih mengikuti skenario laknat dengan janji yang tidak pasti…

NormaDrofwarc · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
420 Chs

Suara Merdu yang Hilang

[Nona, kamu salah jika melakukan ini. Kamu adalah pasangan wanita, pasangan wanita yang dicampakkan. Yang harus kamu lakukan sekarang adalah kamu bersedih karena hubunganmu yang rusak dan mengurung diri di rumah sambil memperhatikan Rendi diam-diam. Kamu melihat Rendi dan Kiki yang sedang bermesraan, sedangkan kamu tidak bisa merusak hubungan mereka... atau dia akan mengekspos hubungannya setiap saat, yang jelas akan membuatmu semakin terlihat menyedihkan... Kemudian semakin frustrasi, semakin tidak inign hidup, terus mati! ]

Mengetahui bahwa Tania membicarakan nominal uang 3 milyar yang tertulis di atas kertas cek itu, sistem di dalam pikiran Tania benar-benar membenci itu hingga ingin mencekik dirinya sendiri.

Tania melihat sekilas tulisan 3 milyar uang yang bisa dia cairkan, kemudian dengan dengan perlahan sudut mulutnya terangkat. Dengan tampilan ambisi jahat diri Tania kali ini, sistem pikiran Tania benar-benar ingin marah pada kematian.

Setelah Tania selesai mencairkan ceknya, manajer bank dengan hormat mengantar Tania keluar dari lobi bank dengan cara yang menyenangkan. Setelah itu Tania pergi untuk memesan taksi, tapi tidak lupa manajer itu juga memberikan kartu nama kepada Tania.

Tania secara acak memasukkan kartu nama itu ke dalam tasnya lalu melambaikan tangannya untuk memanggil taksi.Ketika dia membuka pintu taksi, pandangannya jatuh pada sebuah tempat ti seberang jalan.

"Nona, apakah kamu ingin naik?"

Pengemudi taksi itu jelas sedikit tidak sabar. Dia menjulurkan kepalanya hanya untuk menemui tatapan Tania, napas sopir tiba-tiba berhenti. Bukan karena betapa cantiknya wanita di depannya, tapi karena senyumnya terlalu aneh. Sopir itu bertanya lagi dengan hati-hati, "Nona, bolehkah aku bertanya, apakah kamu masih ingin menumpang?"

"Tidak."

Tania terkekeh ringan kemudian menutup pintu dan membuang muka. Di seberang lokasi Kota Tua, tatapan Tania mengikuti sosok orang tinggi yang masuk ke kawasan Kota Tua.

Intan menyipitkan matanya, mulutnya terangkat ke atas.

[Nona, apa yang kamu pikirkan? Aku akan memperingatkanmu, kamu sebaiknya mengikuti skenario.Dan sebaiknya kamu berhenti menghancurkan dunia, jika tidak …]

[Hahaha ... kalau tidak aku akan dilenyapkan suatu hari nanti. Kamu terlalu banyak bicara, tidak ada habisnya. Kamu bisa membuat perbandingan sendiri setelah ini. Percaya atau tidak, aku akan segera menyeberang jalan dan langsung melanjutkan ke dunia berikutnya.]

Sistem: Error.

[Nona, kami adalah mitramu. Kamu tidak boleh menyalahgunakan rekan satu tim kamu seperti ini. ]

Tania tidak peduli tentang kekacauan pikirannya saat ini. Hanya ada suara langkah kaki yang terdengar, dia berjalan ke arah suara musik di kawasan Kota Tua.

Penampilan Tania saat ini adalah kombinasi sosok wanita yang polos dan setengah iblis. Di mata seorang pria, dia benar-benar seperti peri kecil. Memasuki tengah-tengah Taman Fatahillah, mata yang tak terhitung jumlahnya tertuju padanya.

Tujuan Tania adalah panggung tempat para musisi bernyanyi. Orang lain yang melihat Tania berjalan lurus menuju ke arah panggung, dengan otomatis semua orang memberi jalan untuknya agar bisa lewat.

Ketika Tania naik ke panggung, para musisi tidak bisa menahan diri untuk berhenti bermain dan bernyanyi. Musisi itu adalah beberapa anak laki-laki yang ceria, wajahnya ikut terpesona karena senyum Tania.

"Nona, lagu apa yang ingin kamu dengarkan?"

Musisi itu meletakkan tangannya di atas gitar dengan cepat. Dia sudah bersiap-siap dengan jenis lagu apa pun yang diminta gadis yang dengan berani berdiri di atas panggung ini dan memberikan penampilan yang terbaik untuknya.

Tania sedikit tersenyum, "Saya ingin menyanyi, boleh?"

"Ya, tentu saja." Musisi itu mengangguk dengan cepat lalu dia segera memberikan posisinya kepada Tania. Musisi itu dengan sopan bertanya, "Saya ... apakah saya boleh membantu Nona menjadi gitaris pendamping? "

Tania melirik musisi itu dan menganggukkan kepala.

Tak berapa lama, sebuah suara merdu dan memabukkan terdengar di seluruh penjuru taman. Semua orang yang ada di sana menghentikan gerakan mereka, kemudian melihat sang penyanyi.

Seorang wanita berbaju putih yang memiliki wajah yang cantik dan murni, tetapi ketika dia mengangkat matanya, semua orang akan tenggelam dalam mata yang menawan itu. Seperti sihir, yang dapat membawa mereka ke dunia dalam nyanyiannya. .

Seorang pria tiba-tiba berjalan ke arah kursi VIP di depan panggung itu. Dia bahkan tidak melihat wajah wanita itu bernyanyi di atas panggung. Dia hanya bersandar di kursi lalu menutup matanya, seolah dia mabuk oleh nyanyian wanita itu.

Ketika semua orang di Taman Fatahillah dimabukkan oleh nyanyian Tania, tiba-tiba nyanyian itu berhenti sebelum dinyanyikan seutuhnya. Saat itu juga, semua orang merasa seperti baru saja bangun dari mimpi itu.

Semua orang baru mulai terbuai dengan lagu itu, tetapi Tania hanya menyanyikan setengahnya dan bagian terbaiknya belum dinyanyikan. Beberapa orang langsung membuka mata dan memandang wanita di atas panggung dengan tatapan menuduh.

"Nona?" Musisi itu harus berhenti, dia juga sangat bingung.

Tania meletakkan mikrofon lalu terbatuk pelan, "Suaraku sedikit tidak nyaman. Aku tidak akan bernyanyi lagi. Terima kasih."

Musisi itu memandang Tania dengan penuh harap agar dia bisa menyelesaikan nyanyiannya. Namun, Tania sudah turun dari panggung.

Ketika orang lain berusaha untuk mencarinya, dia tidak bisa ditemukan.

Nyanyian itu berhenti tiba-tiba, lalu menyebabkan pria di kursi itu mengerutkan kening. Tapi tiba-tiba ada aroma yang harum tercium oleh hidungnya, pria itu langsung membuka matanya.

Pria itu menatap wanita cantik yang membawa gelas wine di depannya. Wanita itu menatapnya dengan penuh semangat, "Pak Dirga, saya belum selesai mendengarkan lagu yang dinyanyikan sebelumnya, apakah Anda ingin saya maju lalu melanjutkan sebuah lagu untukmu sekarang?"

"Jika Pak Dirga suka berada di luar, aku akan bernyanyi di luar, " Wanita itu memiliki wajah yang cantik, lalu dengan manis dia menyerahkan gelas anggur kepada pria itu, "Aku membawakanmu gelas anggurmu. "

Pria itu menatap wanita itu dengan tatapan mata tajam sampai punggung wanita itu berkeringat. Wanita itu merasa kakinya menjadi semakin lemas dan tidak bisa mempertahankan posisi berdirinya, bibirnya hanya bisa menyeringai.

Pria itu mengambil gelas wine lalu meremasnya hingga gelas wine itu pecah, lalu cairan merah tua mengalir di telapak tangannya. Wanita itu ketakutan sampai jatuh ke tanah, wajahnya langsung pucat.

"Pak Dirga..."

Sepotong kaca pecahan gelas yang tajam itu menekan dagu dan setengah leher wanita itu yang mulus hingga membuat wanita itu menggigil. Wanita itu tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Ketika wanita itu mengira bahwa pria ini akan memotong tenggorokannya, pecahan kaca itu itu tiba-tiba meninggalkan tubuhnya.

���Kamu harus berterima kasih kepada wanita yang baru saja bernyanyi. Sekarang aku tidak ingin melihat darah."

Pria itu mengeluarkan sapu tangan dan menyeka cairan merah tua di telapak tangannya lalu berbalik.

Wanita itu ingin menjerit. Karena menyinggung pria ini, masa depannya akan hilang. Dia menyesali mengapa dia pergi ke tempat ini?

Pria itu kembali ke kamar pribadinya. Dia bersandar di sofa sambil mengulurkan tangannya meraih sebatang rokok, kemudian dia bertanya dengan malas, "Apakah kamu menemukan wanita yang menyanyi sebelumnya?"

"Tuan Dirga, para pengawas mengatakan bahwa dia telah meninggalkan tempat ini." Manajer itu berkata sambil berkeringat dingin, "Dia langsung pergi ketika dia turun dari panggung. Jika saya tahu bahwa Tuan Dirga akan mencarinya, saya pasti akan membiarkan seseorang mencegahnya. Sekarang saya telah mengirim seseorang untuk mencarinya."

Pria itu berhenti merokok, "Tidak perlu, saya sendiri yang akan menemukannya. "

Kemudian, pria itu bangkit dan manajer dengan cepat berdiri tegak.

"Tuan Dirga akan pergi sekarang?"

Setelah pria itu keluar dari kamar pribadi, manajer langsung menyeka keringat dinginnya karena ketakutan setelah kejadian itu. Wanita-wanita tadi itu benar-benar tidak mengerti apa yang sedang mereka hadapi, mereka bahkan berani berbuat ulah seperti tadi. Apakah mereka tidak tahu karakter seorang pria yang ada di sana barusan? Benar-benar membuatnya takut sampai mati.

Untungnya, seorang wanita datang untuk menyelamatkannya.

...

[Nona, apa yang kamu pikirkan? ]

Tania saat ini sedang mengenakan piyama SpongeBob sambil meringkuk di sofa untuk menonton TV. Dia sebenarnya tidak menyukai baju tidur SpongeBob squarepants ini, tapi sayangnya, selain punya baju tidur gambar SpongeBob squarepants, dia hanya punya baju tidur gambar domba yang malas ...

[Nona, apakah kamu berencana untuk mengikuti alur dari pembawa acara saat menonton pertunjukan bakat ini? ] Sistem di otaknya sedang menangis,

[Nona, apakah kamu akhirnya mengerti? Apakah kamu akhirnya ingin menjadi wanita biasa? ]

Tania yang sedari tadi menonton TV sambil mengunyah anggur, ketika mendengar pertanyaan di kepalanya dia melepehkan kulit anggur lalu menyeka sudut mulut dan tangannya dengan serbet, "Aku ingin jadi penyanyi, aku ingin bernyanyi."

[Nona, aku mencintaimu! Kamu akhirnya tidak pingsan, dan akhirnya kembali normal. ] Sistem saat ini menangis kegirangan.

Saat itu juga, terdengar bel pintu berbunyi.