Prabukusumo menunggu di kamar gelap sepanjang malam. Mendengar gerakan di kamar gelap, tubuhnya dengan kaku mengangkat kepalanya, dan dia melihat Yudhakusumo masuk dengan senyum bahagia di sudut mulutnya.
Dia mengepalkan tinjunya, tetapi tidak tersenyum, "Saudara sultan, kau terlambat hari ini. Jika kau tidak datang lagi, aku akan kekurangan waktu."
"Ya," kata Yudhakusumo acuh tak acuh, duduk di kursinya, "Silakan." Prabukusumo kesal saat melihat tampilan bahagia itu.
"Tampaknya sultan mengalami malam romantis lagi tadi malam, tapi dia sangat puas dengan selirku?"
"Itu wajar."
Yudhakusumo mengingat orang itu, tetapi senyum di matanya tidak pernah hilang, "Selir kesultanan adalah wanita yang baik."
Hati Prabukusumo bergerak, memikirkan kemungkinan yang luar biasa, menatap Yudhakusumo, "Saudaraku sultan, kamu ..."
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com