webnovel

Prewedding

Hari ini adalah jadwal foto prewedding mereka. Arda dan Sisi sudah sampai di studio foto, mereka akan mengambil foto di dalam ruangan. Arda terlihat tampan dengan kemeja putih dibalut jas hitam yang memperlihatkan aura pemimpinnya, begitu juga Sisi yang terlihat cantik dengan gaun yang menempel indah mengikuti bentuk lekuk tubuh nya. Arda sedikit terpana pada awalnya, tetapi dia kembali tersadar dari lamunan dengan cepat.

Mereka mengambil beberapa gambar dengan adegan romantis. Sisi sudah cukup kelelahan karena dia tidak terbiasa menggunakan high hill tinggi. Melihat Sisi yang memijat kaki nya di waktu istirahat, Arda memandangnya dengan lembut lalu mendekati.

"bagaimana ? kalau sudah lelah kita lanjutkan besok aja"

"gak apa kok, nanggung lagi bentar juga. besok aku diajak nemenin ibu kita berdua ke salon." jawab Sisi sambil tersenyum.

"ya udah, kalau capek bilang aja jangan maksain" jawab Arda sambil menepuk lembut kepala Sisi.

Entah sejak kapan, Sisi merasa nyaman dengan Arda. Mungkin karena Arda selalu lembut dengan nya. Dia juga bukan tipe cowok yang menuntut banyak, justru mendukung apapun hal positif yang dilakukan pasangannya.

Badan Sisi terasa remuk dan pegal semua setelah pemotretan. Dia ingin segera pulang dan tidur di kasur kesayangannya dengan damai. Setelah mengganti gaunnya dengan pakaian yang dia bawa, Sisi merasa lebih baik saat ini. Tapi ada satu masalah, dia lupa membawa sandal santai. sepertinya dia harus menggunakan high hill ini sampai di rumah. Arda yang juga akan berangkat pulang melihat Sisi berjalan hati-hati menuruni tangga studio foto. Arda segera menghampirinya.

"Sini aku gendong, kalau sakit ya jangan maksain" Arda langsung mengambil posisi berjongkok didepan nya.

"gak mau, aku bisa sendiri" Sisi langsung melepaa high hill di kakinya dan berjalan melewati Arda.

"jangan keras kepala, kaki kamu litu luka "

"masih bisa dipakek jalan kok"

tanpa meminta izin Arda langung menggendong Sisi bridal. Setelah sampai di mobil, Arda langsung meletakan Sisi di samping kursi pengemudi.

"kamu bisakan minta tolong kan ? kenapa mesti maksa gitu ?"

"aku itu cuma luka dikit, bukan nya lumpuh. jadi masih bisa jalan"

Sisi ngedumel di samping Arda. Tiba-tiba Arda berhenti di salah satu apotek. Sisi hanya diam, karena kesal dengan Arda. Arda kembali dengan membawa beberapa obat ditangannya.

"sini aku obatin dulu lukanya"

"gak usah, aku bisa sendiri"

"ya udah ini, obatin sekarang"

setelah memberikan sisi kantong obat, Arda langsung pergi ke kursi kemudi. Sisi dengan hati-hati mengobati luka di kakinya karena gesekan high hill tinggi itu. Setelah Sisi selesai, Arda baru menjalankan mobilnya. Dia seakan ingin memastikan Sisi mengobatinya dengan benar.

Arda tidak mengantar Sisi langsung ke rumahnya, melainkan membawa Sisi ke villa nya. Sisi yang tidur sepanjang perjalanan tidak tahu dia sedang ada dimana waktu bangun. Dia terbangun di kasur yang nyaman. Saat membuka mata, dia melihat kamar yang sederhana, rapi, dan cukup luas. Ada ruang ganti dan toilet yang dindinya digantikan oleh kaca, sehingga sudah pasti kita bisa melihat siapa yang menggunakannya dari luar. Sisi duduk di ranjang itu sambil memulihkan energinya. Setelah kembali dari kesadarannya, Sisi langsung menyibakan selimut.

"hhuhhhh" Sisi langsung menghembuskan nafas lega, karena dia masih menggunakan pakaian lengkap.

"ooohhh tunggu, apa yang aku pikirkan tadi ?" Sisi langsung menepuk pipinya. Dia beranjak dari ranjang itu untuk keluar.Sisi memperhatikan beberapa sudut tempat itu, villa itu terlihat jarang dihuni oleh pemiliknya tetapi tetap bersih dan tertata.

Dengan hati-hati Sisi menuruni tangga. Saat mencium aroma masakan, perutnya langsung berbunyi. Di lantai bawah, Sisi melihat Arda sedang memasak di dapu. Dengan langkah santai dia menghampiri Arda, dan bertanya.

"kenapa kamu mengajak ku kesini ?"

"kamu duduk dulu di meja makan, kita ngobrol nanti selesai makan" jawab Arda sambil mematikan kompor. Sisi mengambil beberapa masakan yang Arda buat tadi dan ditata di meja makan. Arda hanya memasak telur mata sapi dan sayur capcay. Dia tidak begitu pintar dalam hal memasak, tapi dia bisa sedikit memasak masakan sederhana karena dulu dia hidup mandiri di Amerika.

Mereka duduk berhadapan di meja makan. Sisi dengan telaten mengambilkan Arda nasi dan lauk. Sisi sudah biasa melakukan ini, ini seperti kewajiban seorang perempuan. Toh juga nanti dia akan melakukan hal yang sama setiapa hari.

Arda menatap Sisi dengan lembut, dia seperti melihat Sisi yang berbeda dari biasanya. Sisi yang dulu terkesan cuek, akhir-akhir ini sangat berbeda. Dia terlihat seperti mandiri dan bukan wanita yang tidak mudah menyerah.

"ini dimana ? kenapa kita kesini ?" Sisi membuka pertanyaan yang membuyarkan lamunan Arda.

"Rencana ku, setelah menikah kita akan tinggal disini. Jadi aku akan merenovasi beberapa bagian dari villa ini. mungkin kamu bisa memberikan masukan agar kamu juga nyaman untuk tinggal disini." Arda menjawab sambil menikmati makanannya.

"aku rasa ini sudah cukup. tidak ada yang perlu di rubah."

"oke"

Mereka lalu melanjutkan makanan mereka masing-masing.

driinggg driinggg driingggg.

Ponsel yang berada di dalam tas Sisi berdering beberpa kali.

"Ponsel mu bunyi, mungkin penting" Arda mendekat membawa tas Sisi.

"trimakasih, ini teh untuk mu. nikmati sambil menonton tv"

Sisi lalu mengangkat panggilan itu.

"iya bu, ada apa ?"

"kamu dimana nak ? ibu dan ayah keluar kota hari ini karena ayah ada urusan penting di Bandung. kami baru sampai di bandara."

"kenapa gak hubungin aku ?"

"ibu sudah telfon kamu berkali kali, tapi kamu yang gak angkat. Kalau kamu gak berani di rumah sendirian, ibu telfon mamah aja ya biar kamu nginep di rumah Arda"

"Nggak usah bu, nanti Sisi telfon temen aja suruh nginep di rumah"

"ya udah kalau gitu, jangan lupa makan nak. tidur yang nyenyak"

"iya bu"

***

Sisi dan Arda duduk di sofa ruang tamu, Arda menonton berita sambil menikmati teh buatan Sisi. Sedangkan Sisi sibuk mengirimkan pesan teman-teman nya untuk menginap di rumah. Tapi sial untuk Sisi malam ini, tidak ada satu temanpun yang bisa membantunya. Arda yang melihat Sisi bingung, tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

"kenapa ?"

"ini lho, temen ku gak ada yang bisa nginep di rumah. ibu sama ayah lagi pergi keluar kota."

"kamu tidur sendiri kan bisa ?"

"aku gak bakalan bisa tidur kalau sendirian di rumah"

"kalau nanti nikah, aku juga bakalan jarang di rumah"

"ooohhh"

"kenapa ? kamu suka kalau nanti aku gg dirumah ?"

"aku kan bisa nginep di rumah ibu kalau kamu gg pulang. toh juga kamu kerja kan."

"iyaaa, malam ini tidur disini aja. udah malem jugaan. kamu tidur di kamar tamu gak apa kan ?"

"yang mau tidur di kamar mu siapa ?" Sisi langsung melengos kesal. Sisi lebih baik menginap disini daripada harus sendirian di rumah.

"yang bilang tidur dikamar ku siapa ?" Arda menahan tawanya.

bbuuukkkk

Bantal sofa mendarat di wajah Arda. Wajah Sisi merah padam karena marah dengan Arda.

"ya udh gak usah marah, ayo aku tunjukin kamar nya. ini juga udh malem."

Sisi mengambil tas dan ponsel nya lalu mengikuti langkah Arda.

"yang ini, dan kuncinya ada di dalam kamar."

"makasih" Sisi langsung masuk dan menutup pintu.