webnovel

Lamaran

Mata yang masih terpejam itu terbuka pelan, memperlihatkan bola mata hitam yang indah. Sinar matahari mengintip dari jendela di samping ranjang Sisi. Menyilaukan mata indah itu di pagi ini. Sisi lalu beranjak dari tempat tidurnya, berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini dia sedikit lebih tenang dengan keputusan yang dia sudah ambil tadi malam.

Sisi berjalan pelan menuruni tangga, menghampiri Ibu dan Ayah nya yang sudah duduk menunggu untuk sarapan bersama.

"pagi ayah ibu" sapa sisi dan langsung duduk di samping ibunya. Dia dengan tenang mengambil roti dan mengoleskan selai coklat lalu menikmati sarapannya dengan tenang. Sisi tidak bicara, dia hanya diam sambil fokus dengan sarapannya.

Ayah dan Ibu sisi saling pandang, mereka bingung harus memulai dari mana.

"Sisi, mengenai nak Arda bagaimana ?"

Sisi berhenti sejenak mengunyah makanan nya.

"Ada apa dengan Arda ayah"

jawab sisi sambil mengunyah kembali rotinya, seulas senyum dia perlihatkan agar ayahnya tidak curiga.

"Arda ingin melamar mu, dan datang dengan keluarganya nanti sore. ayah pikir itu tidak buruk. Dia anak yang baik dan juga mapan. Apa kamu menerima lamaran dia nak ?" jantung Andika seperti berdetak kencang menunggu keputusan putri semata wayang nya itu.

"aku akan menerimanya yah."

balas sisi singkat lalu berdiri bersiap untuk pergi dari meja makan.

"nak, ayah belum selesai"

dari sorot mata Andika memancarkan permintaan maaf pada anak gadis nya.

Sisi kembali duduk dengan tenang.

"sebenarnya perusahaan ayah akhir-akhir ini sedikit bermasalah nak. Ayah perlu bantuan dana dan penopang untuk perusahaan kita. Kebetulan sahabat ayah mau membantu ayah, tapi dia ingin mengenalkan kamu dengan putranya. awalnya obrolan kami hanya ingin mengenalkan kalian, tapi karena paksaan tetua di keluarga Arda untuk menikah membuat ayah dan sahabat ayah setuju untuk menjodohkan kalian." jelas Ayah sisi singkat

"tapi kalau kamu memang tidak mau, papa tidak akan memaksa nak"

sisi tersenyum menjawab ayahnya.

"aku tidak keberatan yah, perusahaan ayah itu hasil jerih payah ayah. aku ingin perusahaan itu tetap berkembang. aku akan menikah dengan Arda yah"

"terimakasih kamu sudah mengerti sisi." balas ayah nya

ibu sisi yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka tidak bisa menahan air matanya menetes.

"kami tidak mau menyeret mu nak di masalah ini. tapi ayah mu ini yang mengambil keputusan sepihak" ibu sisi memeluk putrinya sambil menangis dan menatap suami nya dengan tatapan tajam.

meskipun dia hanya ibu tiri untuk sisi, dia menyayangi sisi seperti anak kandung. Dia bahkan rela tak memiliki anak dari rahimnya sendiri, agar sisi tidak kekurangan kasih sayang.

"sudahlah bu, jangan menangis" balas sisi memeluk ibunya sambil mengusap punggung wanita itu. Suasana mengharukan sangat terlihat di meja makan itu pagi ini. Mereka menangis haru karena anaknya akan menikah, tapi itu juga berarti sisi bukanlah tanggung jawab mereka lagi. Melepas anak wanita satu satunya untuk bersama dengan pria yang bahkan sisi belum lama kenal, membuat mereka sedikit tidak tenang. Mereka takut sisi tidak bisa menikmati pernikahan ini yang terkesan memaksa.

***

Setelah suasana sarapan yang mengharukan. Sisi dan ibunya bersiap untuk pergi ke spa bersama. Ibu nya sengaja membawa Sisi keluar bersama, karena dia tau anaknya tak mungkin akan melakukan itu dengan inisiatif nya sendiri. Sisi tipe wanita yang sedikit tomboi, dia jarang seperti wanita lain yang menghabiskan waktu berbelanja dan pergi ke salon kecantikan. Sisi akan memilih tidur di rumah, memasak, membaca novel, atau hanya sekedar menonton film kartun favoritnya. Dia hanya akan berbelanja dan pergi ke salon saat dirasa sangat diperlukan, baginya pergi ke salon dan berbelanja hanya menghabiskan waktu untuk hal tidak penting.

Mereka akhirnya sampai di salah satu mall yang ada di pusat kota setelah melewati lalulintas padat di akhir pekan. Tujuan pertama dari sisi dan ibunya adalah toko gaun. Ibu sisi sangat antusias memilih dress indah untuk putri cantik nya. Sisi hanya diam mematung, memandang wanita di depan nya itu memilih dress untuk dia kenakan di acara nanti sore.

"bagaimana dengan ini nak ? kamu suka ?" tanya ibu sisi, sambil memperlihatkan salah satu gaun yang dia pilih.

"itu terlalu terbuka untuk ku bu"

nilai sisi pada dress pilihan ibunya yang pertama. sebenarnya dress itu hanya ketat mengikuti bentuk tubuh yang memakai, tapi untuk sisi itu bukanlah pakaian yang pantas menurutnya.

"bagaimana dengan yang ini ?"

"sepertinya juga bukan"

jawab sisi dengan santai sambil duduk di sofa. Ibu nya hampir putus asa dengan Sisi yang tidak memilih satupun dari setengah jumlah dress yang ada di toko itu.

"sebaiknya kamu pilih sendiri, ibu capek milihin kamu yang banyak maunya"

ekspresi ibu nya sisi seperti orang yang tersakiti dengan tingkah anaknya.

Sisi tak bisa menahan tawa melihat ibu kesayangan nya itu manyun karena kesal.

"ayyooolaahhh bu. kalau bukan ibu yang memilihkan ku, siapa lagi ?"

Sisi memasang wajah memelas nya.

"jangan memasang wajah seperti itu"

Sebagai seorang ibu, dia pasti luluh dengan wajah anak nya yang memelas lucu seperti itu.

Dia masih berusaha mencari dres yang sesuai seperti yang sisi mau. Setelah cukup lama memilih, dia akhirnya menemukan dres berwarna putih yang memiliki bentuk leher sabrina.

"kalau kamu tak setuju juga dengan ini, ibu gak mau memilihkan lagi"

"baiklah-baiklah, aku akan langsung coba"

Sisi mengambil dress itu lalu pergi ke ruang ganti.

"passs !" teriak ibu sisi sambil mengacungkan jempol saat anaknya keluar dari ruang ganti menggunakan dress pilihannya. Dress itu mengikuti bentuk tubuh Sisi yang ramping namun berisi itu sampai ke pinggang, rok dress nya bergelombang dengan panjang selutut memperlihatkan kaki putih nya yang jenjang nan indah.

Setelah mendapatkan dress pas, mereka lalu pergi ke spa untuk merelaksasikan tubuh yang lelah.

***

Ruang Tamu d irumah Sisi terlihat ramai, dengan dua keluarga yang duduk sambil bercengkrama. Sisi berjalan menuruni tangga dengan perlahan. Dia terlihat begitu anggun dan cantik. Dress putih yang melekat ditubuhnya begitu pas. Rambutnya disanggul sederhana dengan sedikit aksen bunga-bunga kecil menghiasinya. Dia hanya menggunakan make up tipis hari itu. Sambil tersenyum, Sisi menyalami satu persatu tamu yang hadir. Semua mata terpesona dengan kecantikan sisi, tak terkecuali Arda. Dia terdiam melihat calon istrinya begitu cantik malam ini.

"anak mu cantik sekali, aku tidak sabar bisa menjadi besan mu dan dia menjadi menantu ku" bisik ibu Arda pada calon mertua anaknya.

"aku juga begitu, kita bisa menghabiskan banyak waktu bersama setelah ini" balasnya sambil tersenyum.

'beruntung kau cantik seperti ibu mu nak' ucap ibu sisi dalam hatinya. Dia tidak akan pernah melupakan sosok ibu kandung Sisi. Wanita cantik yang sangat sopan dengan pembawaan halus dan tenang adalah wanita yang di idamkan semua kaum adam.

"baik kita mulai saja untuk hari ini" Andika mulai membuka pembicaraan setelah mendapat kode dari sahabatnya.

"begini nak Sisi, malam ini om datang ingin melamar kamu menjadi menantu sekaligus istri untuk arda anak om. Apakah kamu bersedia menjadi istri nya ?"

mereka semua gugup dengan keputusan sisi, karena mereka tau ini terlalu mendadak. Andika sengaja tidak memberi tahu Candra bahwa Sisi setuju, dia ingin anak nya langsung yang mengatakan ini.

Sisi diam beberapa saat sebelum menjawab.

Di sisi lain, Arda menunggu jawaban sisi dengan sabar.

" saya menerima lamaran anak om"

seluruh ruangan riuh seketika, mereka bersorak bahagia dan puas dengan jawaban Sisi.

"Mari kita bicarakan masalah hari pernikahan. Kita harus segera melangsungkannya." Saran Andika sambil menggebu.

"Bagaimana jika 4 bulan kedepan ? sepertinya waktunya cukup untuk mempersiapkannya"

Sisi hanya menundukan kepala selama diskusi.

"Sepertinya tidak bisa dalam waktu dekat ini" suara Arda menengahi diskusi dua keluarga itu. Semua orang menatap Arda dengan penuh tanya, menuntut jawaban dari orang yang menengahi pembicaraan itu.

"Saya dan Sisi masih banyak yang harus di selesaikan. Saya juga masih memiliki jadwal penting di luar kota, dan harus beberapa kali keluar Indonesia. Urusan itu tidak bisa saya batalkan. Jadi tidak mungkin dalam waktu dekat ini kita melangsungkan pesta pernikahan. kami juga perlu waktu untuk saling mengenal." jelas Arda dengan tenang.

"aku setuju dengan Arda yah, aku juga masih memerlukan waktu untuk menyelesaikan beberapa proyek yang sudah berjalan dibawah dengan tim ku. Sebagai pemimpin mereka, aku masih memiliki banyak tanggung jawab untuk itu." balas Sisi mengajukan pendapatnya.

kedua kepala keluarga itu diam sambil menyimak pendapat kedua pasangan itu.

"baiklah, ayah setuju dengan itu. sepertinya mereka benar Candra. Biarkan mereka yang memastikan kapan acara pernikahannya, mereka masih memiliki banyak tanggung jawab yang harus selesai."

"kalau begitu, sebaiknya kita meresmikan pernikahan kalian di depan keluarga dan catatan sipilnya dulu. Untuk acara resepsinya itu terserah kalian. Tidak baik mengulur waktu terlalu lama"

"izinkan saya bicara berdua dengan Sisi dulu ayah untul masalah ini. Cukup hari ini hanya acara lamaran" jawab Arda datar dan menekan kalimat terakhir.

Dua keluarga itu akhirnya menyingkirkan topik awal mereka, dan memilih topik sederhana seperti nostalgia masa lalu.