webnovel

Keputusan

Di dalam mobil suasana terasa canggung, mereka tidak saling bicara satu sama lain. Sisi memilih untuk melihat pemandangan luar dari kaca jendela mobil, sedangkan Arda fokus pada jalan.

"mau ikut dengan ku sebentar ?"

tanya Arda memecah kesunyian mereka.

Sisi diam beberapa saat

"terserah" jawabnya singkat.

dia merenungkan tawaran Arda saat mereka akan kembali tadi. 'bisakah aku bahagia dengan pernikahan ini jika aku setuju ?' renung Sisi dalam hatinya. Dia sudah lelah dengan kasus percintaannya.

Arda mengendarai mobilnya dengan tenang. Dia berbelok ke arah dataran lebih tinggi di bukit Ungasan tepatnya di daerah selatan pulau Bali. Mobil lalu berhenti di pinggir jalan. Suasana di jalan itu cukup sepi pada malam hari, hanya beberapa kendaraan yang melewati mereka sesekali.

"ayo keluar" ajak Arda yang membuyarkan lamunan Sisi.

Sisi pun turun dari mobil, dan mengikuti langkah Arda. Pria itu lalu duduk di bagasi blakang sambil membawa dua minumab untuk mereka.

"duduklah disini, dan jangan terus menunduk." ucapan Arda begitu halus dan tenang, sambil menepuk tempat di sampingnya.

"aku rasa, minuman bersoda akan membuat pikiran mu sedikit lebih tenang" Arda memberikan satu kaleng minuman di tangannya.

Sisi menerima itu sambil tersenyum lalu duduk dan mengangkat wajahnya. Pusat kota nampak berbeda dari sini. Terlihat hamparan lampu yang indah dari pusat kota. kota itu tidak pernah beristirahat, setiap harinya silih berganti wisatawan datang untuk menikmati Pulau Bali. Berbeda dengan lokasi mereka sekarang, malam hari disini terasa sunyi dan santai, sangat berbeda dengan kehidupan mereka setiap harinya. Sisi tidak pernah tahu ada keindahan seperti ini, dia terlalu sibuk bekerja dan tak memiliki waktu untuk bersantai seperti ini.

Sisi tersenyum sambil melingkarkan kedua tangan di depan dadanya. Udara malam ini terasa sedikit dingin dan angin yang cukup kencang, mungkin karena musim hujan akan segera datang. Arda yang melihat Sisi kedinginan lalu membuka jas hitam miliknya, dan melingkarkan jas itu di bahu Sisi agar tidak kedinginan. Sisi terdiam dengan perlakuan itu, tidak pernah ada laki-laki yang memeprlakukannya seperti ini. Sisi tidak menolak, dia hanya diam sambil meneguk minumannya beberapa kali.

Merasa ada mata yang memandanginya sedari tadi, Sisi berbalik melihat Arda. Mata mereka saling bertemu dan menatap. Sisi seperti merasa ada perasaan aneh dalam lubuk hatinya.

Arda duduk disana dengan kaus putihnya. Mata hitam itu menatap Sisi dengan lembut. Arda tersadar dengan wanita yang ditatapnya sedari tadi ikut menatap kembali.

"sudah semakin larut, lebih baik kita segera kembali. aku akan mengantar mu pulang" Arda merasa canggung, karena ketahuan oleh Sisi.

"ba...baiklah"

jawab Sisi dengan terbata. Sebenarnya Sisi juga menikmati menatap wajah tampan dan hangat itu.

***

"apa kesibukan mu saat ini ?"

"aku hanya membatu ayah di perusahaan nya. dan kau bagaimana ?"

"yahh lumayan sibuk juga"

"spertinya kau selalu sibuk bukan ? kamu mewarisi perusahaan besar ayah mu. Tentu saja kamu tak punya waktu luang. Sampai istri pun orang tua mu yang mencarikan"

Arda hanya diam mendengar argumen Sisi tentang nya.

"aku sebenarnya tidak mau mewarisi itu, tapi ayah ku memaksa ku. Dan masalah memilihkan istri, sepertinya ibuku memilih wanita yang tepat untuk ku"

terlihat bibir tipis arda melengkung sedikit keatas karena berhasil menggoda Sisi.

"...."

Sisi terdiam dan memalingkan wajahnya sambil melihat pemandangan.

***

Sisi menghempaskan diri ke atas ranjang setelah berganti dengan pakaian tidur. Dia menatap langit-langit kamar itu dengan tatapan lelah. Perut sisi bersuara beberapa kali, menuntut untuk di isi. Dengan lelah dia keluar dari kamar nya menuju dapur. Sisi memasak nasi goreng supaya cepat, dan langsung menikmati makanannya di meja makan sendiri. Setelah selesai, dia kembali ke kamarnya untuk segera tidur.

"bagaimana dengan perasaan sisi pa ? dia belum tentu menerima keputusan mu"

"tapi papa tak punya cara lain ma, perusahaan diambang kebangkrutan. papa sudah tidak bisa berbuat apapun selain menikahkan sisi dengan Arda anak sahabat papa"

"mama gak akan setuju kalau papa memaksa sisi. kita harus memikirkan dia pa.

"papa saat ini memikirkan sisi ma. kalau kita bangkrut dan sisi bersama kita, dia akan menderita ma. Lagipula sisi akan bahagia menikah dengan Arda, papa yakin itu. Dan perusahaan kita tidak akan bangkrut."

"mama tau pa, mama gak mau sisi terlibat masalah ini. Tapi papa harusnya bicara yang sejujurnya pada sisi. Kalau dia tidak setuju, kamu gak bisa memaksanya untuk menikah."

Sisi mendengarkan argumen orang tua nya, dia seperti terjatuh dan tertimpa tangga. Sisi hanya diam mematung di sana. Mencerna kata-kata dari orang tuanya. 'jadi perusahaan ayah diambang kebangkrutan ? dan dia menjodohkan ku dengan Arda untuk menolong perusahaan'.

Sisi berjalan pelan masuk ke kamarnya, membuka jendela balkon dan duduk di kursi yang ada di balkon kamar. Dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya, melakukan itu beberapa kali.

'apa yang harus aku lakukan kali ini ? aku tidak mungkin hanya diam dengan kondisi perusahaan ayah yang seperti ini. tapi kalau aku menikah dengan nya, apa hidup ku akan bahagia ?'

Sisi termenung sambil menikmati suasana malam dari balkon kamar.

"bagaimanapun aku berlari dari kenyataan, aku akan tetap ditarik kembali pada kenyataan." air mata membasahi pipi mulus gadis itu.

"aku akan menerima nya untuk ayah. kalaupun aku tidak menerima dia, aku juga tidak tau harus mengambil keputusan apa untuk hidup ku selanjutnya"

Sisi berusaha menenangkan dirinya.

Dia kembali ke dalam kamarnya, dan merebahkan diri. Dia cukup lelah dengan masalah pribadinya, ,dan kini dia dihadapi dengan masalah keluarganya. Gadis itupun terlelap dengan pikiran nya yang kacau.