webnovel

Ternyata kau terpuruk

"Apa yang sudah aku lakukan padamu? Kita berada di satu ranjang dalam keadaan seperti ini, pasti akan terjadi sesuatu pada kita." Alexa memeriksa tubuhnya yang hanya di balut selimut tebal itu.

"Aku juga tidak tahu, kenapa aku bisa berada di sini?" jawabku terpaksa berbohong.

"Hah? bukankah, kamu Aneska?"

"Iya. Aku Aneska. wanita yang kau tolong, kemarin malam."

"A-aku, aku tidur satu ranjang dengan mu? Apa aku melakukan sesuatu pada mu?" Alexa sangat tegang saat berbicara padaku.

pertanyaan Alexa tidak aku jawab dengan kata-kata, sangat bingung mau jawab apa. Aku hanya menggelengkan kepala saja untuk memberikan jawaban atas pertanyaan Alexa.

"Ya Tuhan. Apa yang sudah aku lakukan? Aku menodai perempuan lain lagi? aarrggghh...!" Alexa sangat frustasi dengan yang telah terjadi saat ini.

Dia terlihat sangat menyesal telah melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan itu. Alexa selalu menjaga kehormatan nya, dia tidak mau di sentuh oleh wanita apalagi yang belum dia kenal seperti ku. Akan tetapi akibat pengaruh obat atau alkohol, Alexa melakukannya tanpa dia sadari sedikitpun.

Sehingga Alexa terlihat kebingungan setelah dia tersadar dari pengaruh obat tersebut. Pasti Alexa sangat merasa bersalah terbukti dari caranya dia berbicara yang di penuhi penyesalan, dan sampai-sampai terbawa ke dalam tudurnya seperti barusan.

Rasa penasaranku kini kian membesar kala Alexa terdiam sambil memegangi kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari bibirnya, setelah dia terbangun dari tidur dan mengetahui apa yang terjadi.

Apakah Alexa berniat untuk mencari gadis yang menurutnya  dia hancurkan masa depannya  dan melakukan apa yang dia tulis di dalam surat itu, atau  sekarang melupakan janjinya setelah dia melakukan kesalahan itu padaku saat ini? ya, meskipun gadis itu masih diriku sendiri. Tapi setidaknya aku tahu bahwa Alexa lebih memikirkan aku yang dulu, atau aku yang sekarang?

 Mending aku tanyakan pada Alexa apa tujuan dia selanjutnya, dari pada menduga-duga tidak benar seperti ini. Rasa penasaran ku akan hilang seketika itu juga dari pikiranku. Ku pandangi wajahnya dengan penuh ketajaman yang di balas olehnya dengan baik.

"Ada apa? Kau sedang memikirkan apa?" Tanyaku sambil mendekat kan wajahku padanya.

"Aku sangat bingung sekarang. Sudah dua wanita yang aku nodai, tapi aku hanya diam saja tanpa berusaha untuk melakukan tanggung jawab ku. Belum selesai masalah ku yang terjadi beberapa tahun silam, kini aku sudah melakukan kesalahan ini lagi. Aku juga bingung harus mencarinya kemana, dan bagaimana dia sekarang ini? Apa mungkin dia mengandung anakku, atau tidak. Bagaimana kalau dia mengandung anakku?" Alexa menatapku dengan netra yang berkaca-kaca.

Aku rasa dugaan ku benar tentang Alexa. Dia sangat menyesal dan merasa bersalah atas kejadian itu. Hari-harinya hanya di penuhi dengan bayangan tentang kejadian waktu itu. Mungkin ini sebab dia menjadi pria dingin dan pendiam, karena masalah yang telah terjadi saat itu sehingga berpengaruh terhadap kehidupan nya Sekarang.

"Kenapa harus merasa bersalah seperti itu, sedangkan ini bukan  salah mu sepenuhnya? Jadi tidak usahlah kamu terpuruk seperti ini!" Aku mencoba untuk membuat Alexa lebih tenang, agar tidak lagi menyalahkan dirinya sendiri.

"Mengapa begitu? Aku yang bersalah, jelas aku yang harusnya menanggung akibatnya. Tidak mungkin aku tenang, kalau wanita yang terluka karena ku di luaran sana menderita akibat ulah ku. Itu namanya aku egois hanya memikirkan diri sendiri, tanpa berpikir tentang nya. Bagaimana kalau apa yang aku takutkan terjadi? Dan anakku, nasib nya bagaimana?" Alexa sedikit marah kala aku berbicara masalah itu tidak begitu harus dipikirkan nya. 

"Bukan itu maksud ku. Aku hanya memberikan pendapat ku saja. Kau yang bilang tadi, bahwa kau melakukan itu dalam keadaan yang tidak sadar. Kau dalam pengaruh obat, dan alkohol yang tidak kamu lakukan. Itu artinya ini bukan sepenuhnya salah mu, pasti ada seseorang yang menjebak mu. Dan masalah dia hamil atau tidak, aku rasa tidak deh." 

"Kenapa kau bisa berkata seperti itu? Kau mengenal dia? Siapa? Temanmu, saudara mu? Atau siapa? Katakan padaku, aku akan menemui nya!" Alexa menggenggam tangan ku dengan sangat kuat. Alexa terlihat bersemangat ketika berbicara tentang wanita itu, sehingga membuat aku terpaku hanya memandang Alexa.

"Kamu barusan bilang, ada orang yang menjebak ku. Kau tahu itu juga? lalu siapa orang itu? Aku akan menjebloskan dia ke penjara!" Alexa memintaku dengan terkekeh.

"Aku, Wanita itu aku Alexa. Apa kau benar-benar tidak sadar waktu itu? Tolong ingatlah walau sekejap saja! Supaya kau tahu kalau wanita itu adalah aku. Kau akan tahu sendiri tanpa aku yang memberi tahu mu. Soal orang yang menjebak mu, dia asisten mu sendiri." Batin ku yang hanya bisa menjawab pertanyaan Alexa.

Bukan maksudku untuk menyembunyikan itu, aku hanya takut Alexa tidak percaya padaku bahwa wanita tersebut adalah aku. Mengakui hal itu dengan tiba-tiba, pasti akan membuat Alexa malah mencurigai ku kalau aku hanya mau memanfaatkan keadaan ini. Aku juga harus memberi tahu Alexa tentang asisten perusahaan nya nanti.

Setelah aku mempunyai bukti kejahatan nya. dua bukti yang harus aku cari, untuk masalah ini supaya aku bisa membantu Alexa. Tidak mungkin aku bertindak gegabah, apa lagi  tanpa adanya bukti yang kuat.

Hanya surat itu yang akan membuktikan tentang aku wanita yang dia cari. sedang kan surat itu tidak ada di tangan ku. Aku menyimpan nya di kamar rumah ku, pada sebuah kotak yang ku simpan sangat rapi. Jika aku mau membuktikan itu, berarti aku harus pulang dulu ke kampung mengambil amplop isi surat tersebut.

Setelah bukti itu ada di tanganku, baru aku bisa mengatakan bahwa wanita itu adalah aku. Untuk saat ini sebaiknya aku tenang kan Alexa dulu, supaya dia tidak terlalu hancur seperti ini.

"Bukan. Bukan saudaraku, bukan juga teman ku. Aku hanya berbicara sesuai perkiraan ku saja. Kalaupun dia hamil dan melahirkan anak dari mu, pasti dia akan mencari mu apapun caranya. Dia akan berusaha untuk meminta pertanggungjawaban mu, demi janin yang dia kandung. Ini dia tidak melakukan apapun, kan? Itu berarti, dia tidak hamil apalagi sampai melahirkan seorang bayi." Tutur kata ku, kubuat sangat jelas saat memberikan pendapat.  Semoga saja Alexa mengerti sehingga membuat nya lebih tenang lagi.

Aku mengatakan hal itu, sesuai dengan apa yang aku rasakan dan aku tahu selama ini meski tidak secara langsung. Aku memang mencari dia, tapi bukan untuk memintanya bertanggung jawab. Aku hanya ingin mengembalikan uang yang telah dia berikan kepada ku, yang katannya dia ingin membayar apa yang dia telah renggut dari ku walaupun dia tahu uang itu tidak bisa menggantikan semuanya.

Tapi mungkin setidaknya, dia melakukan apa yang saat itu dia bisa lakukan. Mungkin hanya uang yang dia pikirkan waktu itu, bukan tanggung jawab seperti sekarang ini.

Aku masih ingat waktu kejadian itu. Pas aku terbangun dari tidurku, Alexa sudah tidak ada di tempat tidur. Mungkin dia sudah pergi tanpa mau membangun kan aku dulu. Aku juga tidak tahu apa maksud Alexa tidak pamit pulang saat itu. Aku hanya berpikir, mungkin Alexa masih Syok atau masih dalam pengaruh obat itu.

Aku tidak mempermasalahkan kepergian dia, karena aku sadar ini bukan salah nya juga. Waktu itu aku terbangun lalu menangis tersedu-sedu, sambil ku pandang sekujur tubuh ku yang sudah tanpa sehelai kain pun menutupi tubuh ku. Bercak merah di sprei membuktikan kalau aku memang sudah tidak suci lagi. Tidak percaya, namun itulah yang terjadi saat itu padaku. Semakin ku ingat, semakin tangis ku buat keras hingga terguling-guling di kasur tanpa seorang pun menenangkan ku.

Sendirian, menangis, menyesal, juga benci, hanya itu yang aku rasakan kala itu. Marah, ya memang aku marah tapi harus sama siapa aku marah? Ini semua karena kebodohanku, yang membuat diri ini terjerumus semua akibat kebodohan ku. Kalau saja aku mengikuti apa yang di katakan kedua orang tuaku untuk tidak ikut om Fredy, aku tidak akan ada di kamar itu entah sama Alexa atau pria yang ku tinggalkan sewaktu mencari Alexa. Dan kesucian ku, masih terjaga hingga saat ini.

Aku tidak akan menjadi wanita kotor seperti ini, dan nama baik aku juga keluarga ku akan masih bersih tanpa tercoreng seperti ini. Tiba-tiba air mataku terjatuh tanpa permisi bersama dengan tangisan yang ada dalam bayangan ku, sehingga Alexa terkejut bukan main.

Aku pun terkaget, namun bukan karena  kejadian ini tapi ada sesuatu yang menyentuh pipiku. Ku lihat ternyata itu tangan Alexa yang berusaha menyapu air mataku, dan menenangkan aku yang menurut nya akibat apa yang di lakukan nya.

"Aku tahu, kau menangis karena kejadian ini. Aku minta maaf! Aku tidak ingat yang terjadi sebelum nya yang aku ingat pas waktu aku terbangun saja. Tapi jangan khawatir! Aku janji, aku akan mempertanggung jawabkan semua perbuatan ku! Sekali lagi, aku minta maaf!" Seru Alexa menatap ku dengan rasa bersalah nya.