webnovel

Gemuruh Hujan 2

Namun di sudut rumah yang lain, sepasang suami istri saling beradu argumen dan berdebat akan suatu hal. Tampak tak selaras dengan kemegahan rumah yang mereka tempati, rumah bergaya modern yang berlantai dua itu seakan menjadi saksi bisu perdebatan sepasang suami istri tersebut. Ditengah derasnya hujan yang turun dimalam itu terdengar samar samar pertengkataran mereka.

"Aku belum siap Pah, jika harus hamil saat ini" bentak Ibu Farzan kepada suaminya yang sedang duduk diatas tempat tidur mereka.

"Terus mama maunya seperti apa?" tanya Pak Farzan terhadap istrinya, dengan dana suara yang agak dilembutkan. Karena pada dasarnya Pak Farzan adalah sosok laki laki yang bijaksana dalam mengambil sikap dan keputusan, berbanding terbalik dengan sang istri yang mempunyai sifat keras kepala dan ingin menang sendiri, sehingga tampak dari luar kalau Pak Farzan kalah dan takut terhadap istrinya (suami takut istri).

"Aku masih ingin mengejar karir dan pendidikanku Pah". Sungut Bu Farzan

"Aku tidak melarang kau mengejar karir dan pendidikanmu Mah, semua itu bisa kau lakukan saat hamil juga kan?" ucap Pak Farzan

"Tidak!!" jawab Bu Farzan yang tampak tak senang dengan keputusan sang suami.

"Lalu mau di kemanakan jabang bayi dalam perutmu itu? Sudah lah Mah, ini semua sudah terjadi, Tuhan telah mempercayakan jabang bayi dalam perutmu itu kepada kita, ayo kita syukuri dan menjaganya" ucap Pak Farzan mencoba untuk menenangkan sang istri.

"Sudah aku bilang kalau aku belum siap , maka akan aku gugurkan janin ini" timpal Bu Farzan dengan nada suara tinggi. Lalu Bu Farzan berdiri untuk keluar dari kamar mereka, yang menandakan hal itu merupakan keputusan finalnya. Namun saat hendak keluar dari kamar, ia terhalang oleh suaminya yang menarik lengannya agar tetap di tempat, dalam hati Bu Farzan merasa baru kali ini suaminya berperilaku kasar terhadapnya, karena telah menarik lengannya dengan kasar hingga membuatnya mengaduh.

"Kau keterlaluan Mah!!!" sungut Pak Farzan dengan nada suara tinggi karena tepancing emosinya saat mendengar pernyataan sang istri yg bagaikan tersambar petir, seolah selaras dengan situasi dan kondisi malam itu dengan gemuruhnya hujan yang turun di sertai kilat dan guntur.

" Kau gila, dengan alasan ingin mengejar karir dan pendidikanmu, kau ingin membunuh anak kita. Dimana hati nuranimu Mah?"

"Terserah kamu Pah, itu keputusanku entah kamu setuju ataupun tidak. Toh, anak ini ada dalam perutku, jadi ini adalah hakku, mau aku apakan anak ini". Setelah berkata seperti itu Bu Farzan melenggang pergi dari perdebatan mereka dengan menbanting daun pintu begitu kasar dan keras.

"Jeduaaaaar"

Melihat perilaku sang istri, Pak Farzan terkulai lemas dilantai sambil tertunduk setelah mendengar ucapan istrinya. Tak terasa berlinang air matanya membasahi pipi, sambil terisak ia bergumam,

"Oh Tuhan, inikah perempuan yang teramat aku cintai, sebegitu karasnyakah hati istriku, hingga ia tega untuk membunuh jabang bayinya sendiri yang belum meliat dunia hanya demi egonya" tangis Pak Farzan akhirnya pecah di tengah gemuruh hujan malam itu.

(BAGI PEMBACA MOHON KOMENTARNYA, KARENA SAYA BARU BELAJAR MENULIS, JADI MASIH BUTUH BANYAK MASUKAN UNTUK PERBAIKAN PENULISAN MAUPUN ALUR CERITNYA)👁️👁️❤️❤️