Sepeninggal Arsan, Said tertawa terbahak-bahak. Pancingan yang sengaja ia buat untuk membuat Arsan dan Anjani bertengkar telah berhasil. Ia kini tinggal melakukan langkah selanjutnya dan ia butuh konsentrasi untuk bisa membuat rencana selanjutnya berjalan alami. Said dan para pengawal hanya saling pandang mengetahui kalau Arsan sudah mendengar semua yang diceritakan Said pada teman-temannya.
"Kau bersiaplah, Tuan. Besok pagi Yang Mulia sultan akan memanggil dan memenggal kepalamu karena telah berani melempar kotoran di wajah sultan."
Said bukannya takut mendengar perkataan anak buahnya, ia justru semakin melebarkan tawanya. Biarlah semua orang tahu kalau apa yang diucapkannya semua benar dan hanya dia saja yang tahu.
"Tenang saja. Kau tidak perlu ikut sibuk memikirkan nasibku. Yang harus kau lakukan adalah, tetaplah setia padaku sampai kelak aku memimpin kesultanan ini bersama putri Anjani yang akan menjadi istriku."
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com