webnovel

Chapter 9: Kehidupan Kota

8 tahun berlalu dan sekarang Aruta dan Juriko berusia 16 tahun. Mereka sekarang tinggal di apartemen di Kota Balesta. Kakek Hans meninggal beberapa bulan lalu. Beruntungnya mereka sudah bisa mandiri. Aruta dan Juriko juga bekerja sambilan di kota. Mereka pindah ke kota untuk melanjutkan SMA.

Suatu hari, Aruta dan Juriko berdua di apartemen mereka.

"Hey Juriko. Sekarang waktumu memasak makan malam."

"Oke oke."

Juriko mempersiapkan makan malam di dapur, sedangkan Aruta sedang bermain ps di ruang tengah. Ding dong, ada seseorang yang menekan bel. Aruta berdiri dan mengeceknya. Ketika Aruta membuka pintu, itu adalah teman SMA nya Vins dan Uika. Vins dan Uika adalah teman sekelas Aruta dan Juriko.

"Oh Vins dan Uika ya!"

"Hai, kami ingin mampir sebentar," ucap Vins.

"Baiklah. Ayo masuk."

Vins dan Uika memasuki kamar apartemen itu. Uika berbincang dengan Aruta, sedangkan Vins menghampiri Juriko.

"Hai Juriko. Sedang memasak makan malam?"

"Iya nih lagi bagianku masak makan malam."

"Begitu ya." Vins membuka tas nya dan memberi beberapa lembar kertas.

"Ini catatan yang kau minta."

"Ah terima kasih."

Vins berjalan ke ruang tengah dan berkata bahwa dirinya dan Uika akan pulang.

"Heh cepat sekali," ucap Aruta.

"Kenapa kalian tidak beristirahat disini dulu saja," ujar Juriko dari dapur.

"Kami kosong sih. Sepertinya boleh."

"Baikah! bagaimana kalau kita bermain ps," ajak Aruta.

Vins dan Uika setuju. Vins langsung mengambil camilan dan bermain dengan mereka. Mereka bertiga bermain game fighting. Di sisi lain, Juriko sudah hampir selesai memasak dan hanya menunggu makanannya matang. Waktu untuk makanannya matang cukup lama dan akhirnya Juriko pergi ke ruang tengah.

Setibanya di ruang tengah, Juriko duduk dan bermain ponsel sedangkan Aruta dan lainnya masih bermain ps. Aruta sadar dengan Juriko yang sedang bermain ponsel.

"Oi Juriko, ayo gabung sini," ajak Aruta.

"Tidak dulu ah," jawab Juriko. Aruta mulai berfikiran untuk memanas manasiJuriko.

"Kau tidak mau ikut apa karena kau tak bisa mengalahkanku minggu lalu?" ujar Aruta.

"Tentu tidak! aku hanya tidak serius waktu itu." Vins dan Uika juga mulai berniat untuk membuat panas Juriko.

"Oh ya? kalau begitu buktikan dong," ujar Uika.

"Tidak ah aku tidak mau."

"Hmm... ." Vins mendekati Juriko dengant tersenyum.

"Sepertinya aku ingat lusa kemarin kau juga tidak bisa menang denganku. Apa kau takut?"

"Sudah kubilang aku tidak serius waktu itu!"

"Wajahmu sampai memerah saat itu. Apa benar kau tidak serius?"

"Hehmmh (Juriko kesal) Baiklah! akan ku lawan kalian masing masing satu ronde."

"Nah gitu dong," ujar Aruta. setelah satu ronde kemudian, Juriko tak memenangkan satu ronde pun antara melawan Aruta, Vins, dan Uika.

"Oh cuma segini ternyata," ejek Uika.

"Baiklah, aku akan serius. aku tak yakin kalian bisa mengalahkanku," ujar Juriko sedikit kesal. beberapa ronde berlalu dan Juriko belum memenangkan satu ronde pun.

"Sialannn," gumam Juriko kesal.

"Hmm tadi kau bilang mau serius. Cuma segini ternyata seriusmu. Gak jauh beda ternyata dengan mode biasa," ejek Aruta.

"Sialan kau. Ayo satu ronde lagi!"

"Lagi!"

"LAGII!!" teriak Juriko.

Juriko terus mengulang ulang permainan hingga hari sudah gelap. Akhirnya Juriko pun menang melawan Aruta, Vins, dan Uika. Juriko bukan menang karena dirinya semakin hebat, melainkan karena Aruta dan lainnya sudah kelelahan.

"Ahaha aku lebih hebat dari kalian sekarang! AHAHAHA."

"Iyain aja dah," gumam Vins. Vins dan Uika berdiri dan berpamitan karena hari sudah gelap dan mereka harus pulang. Aruta dan Juriko pun berterima kasih kepada mereka. Ketika Vins dan Uika pulang, Vins dan Juriko membersihkan bungkus camilan yang ada di ruang tengah.

"Oi Juriko, lain kali mainnya pake taruhan ya," ucap Aruta.

"Sialan kau." Tidak lama kemudian, Aruta mulai mencium bau aneh.

"Hmm... Juriko, apa kau mencium bau gosong?"

"Bau gosong ya... tunggu dulu, gosong?!" Mereka berdua mulai bertatapan.

"Kau tadi sudah selesai memasak kan?" tanya Aruta. Mereka berdua langsung berlari ke dapur dan melihat kompornya masih menyala. Terlihat panci itu menghitam. Juriko langsung mematikan kompornya.

"Hey panci luarnya saja sudah begini. Bagaimana dengan dalamnya?" tanya Aruta. Juriko mulai membuka tutup panci itu dan terlihat masakan yang Juriko masak sudah tidak seperti makanan lagi.

"Ehh... makanannya lebih mirip batu bara sekarang," ujar Aruta.

"Ahh gara gara kamu ngajak aku mainan sih tadi!" ujar Juriko.

"EHH?! aku?"

"Aku akan beli bahan makanan di luar. Kau bersihkan sana pancinya."

"Kenapa aku juga ikut kena?"

"Sudahlah. Daripada tidak aku masakkan makan malam."

"Huh... iya iya." Juriko bersiap siap pergi sedangkan Aruta sedang membersihkan panci gosong itu.

Juriko pergi ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan. Beberapa saat kemudian, Juriko selesai berbelanja dan berjalan pulang. Di tengah perjalanan dia melihat seorang anak kecil yang memasuki suatu gang sempit. Juriko mendengar anak itu berkata "dimana anjingku? dimana anjingku?" Juriko yang khawatir dengan anak itu dan mengikutinya. Ketika Juriko berada di jalan masuk gang sempit itu, Juriko melihat gadis itu masih berputar putar mencari anjingnya. Namun tidak hanya itu yang Juriko lihat. Juriko juga melihat ada makhluk mengerikan yang berada di atas gadis itu. Makhluk itu membuka lebar mulutnya dan terlihat giginya yang amat tajam. Makhluk itu terlihat seperti bersiap siap akan menerkam gadis itu dari atas.

"A~aku... la~par."