webnovel

Chapter 33: Akhir yang Panas

"Baiklah, semuanyaaa... duduk!" ujar Bela.

"Iya iya," ujar Oliver.

Oliver duduk bersebrangan dengan Bela dan menaruh kopinya di meja. Mono, Aruta, dan Sako duduk bertiga di sofa panjang dengan Aruta di tengah. Mono meneguk satu tegukan kopinya sebelum Mono menaruh kopinya di meja.

"Baiklah, pada permainan kali ini, pemain pertama yang mampu menghabiskan kartu di tangannya menang. Permainan ini tidak akan seru kalau tidak ada hadiahnya. Hadiahnya adalah seluruh puding yang ada di kulkas!!" ujar Bela.

"Lah, skincare ku gimana?" tanya Sako.

"Tenang, ku belikan kok kalau menang," ujar Bela. "Kalo menang loh ya~," ujar Bela dengan senyum sinis.

"Hmph! kalo cuma UNO doang mah receh!" ujar Sako.

"Hoh begitukah? Kalau begitu bagaimana kita menentukan yang mulai duluan?" tanya Bela.

"Aku jalan keempat saja," ujar Mono.

"Aku jalan yang ketiga," ujar Oliver.

"Oh? Kalau begitu aku jalan yang kedua saja," ujar Aruta.

"Kalau begitu Bela guting batu kertas saja dengan Sako untuk menentukan yang pertama dan yang terakhir," ujar Oliver.

"Hehe baiklah kalau begitu," ujar Bela.

"Hihi jangan harap kau menang!" ujar Sako.

"Gunting, batu, kertas!" Sako mengeluarkan gunting sedangkan Bela mengeluarkan batu. 

"Hehe yeay yeay! yeay yeay!" Bela kegirangan.

"Sialan... lihat saja nanti!" ujar Sako.

"Heh~ adu batu gunting kertas saja kalah apa lagi kalau main nanti~," ejek Bela.

"Tcih, ayo langsung mulai saja!" ujar Sako.

Bela pun mengeluarkan satu set kartu UNO dan mengacak kartu itu. Bela melakukan teknik "hindu shuffle" dan saat Bela melakukan acakan terakhir, hanya tersisa empat kartu di tangan Bela yang Bela gunakan untuk mengacak. Bela meletakkan tiga kartu paling atas dan kartu yang paling bawah Bela letakkan di atas ketiga kartu tadi. Bela melanjutkan mengacak kartu itu dengan "in hand riffle shuffle". Setelah selesai mengacak, Bela meletakkan telunjuk dan jari tengah tangan kanannya di bagian atas dan bawah dek kartu dan melemparkannya ke arah tangan kiri sedangkan di tangan kanan Bela sudah ada kartu yang dia pegang. Bela menaruh kartu itu di mejanya dan melakukan hal yang sama kepada yang lain hingga semuanya memiliki delapan kartu.

"Woah Kak Bela hebat!!" puji Aruta.

"Hehe iya dong!," ujar Bela dengan senyum lebar. "Baiklah! game start!" seru Bela.

"Tunggu dulu, bukannya kau masih belum mengambil satu kartu lagi?" tanya Oliver kepada Bela.

"Uh? tapi kartuku sudah delapan," jawab Bela menunjukkan kartunya.

"Oke, lanjut," ujar Oliver.

"Oke, aku dulu!" Bela mengeluarkan kartu "3 merah".

"Hmm selanjutnya aku," ujar Aruta melihati kartunya. "Hehe, tidak usah malu-malu!" Aruta mengeluarkan kartu "plus 2 merah".

Saat giliran Oliver, Oliver melihati kartunya sebentar dan mengeluarkan kartu "plus 2 kuning". Setelah giliran Oliver, waktunya giliran Mono. Sebelum meletakkan kartu, Mono meneguk satu tegukan dulu kopinya. Mono meletakkan cangkir kopinya di meja dan melemparkan kartu "plus dua kuning" ke meja. Tidak lama kemudian, Sako meletakkan kartu "plus 2 hijau" di meja. 

"Hey hey tidak mungkin kan," ujar Aruta melihati Bela.

"Oh~ maafkan aku, anak muda!" Bela meletakkan kartu "plus 4" di meja dan Bela memilih warna kuning. Aruta sangat terkejut dan saat melihat kartu di tangannya, Aruta tidak memiliki kartu "plus" yang bewarna kuning. Aruta pun mengambil dua belas kartu.

"Hu hu hu, ya sudahlah. Yang terjadi biarlah terjadi. Sekarang giliranku!" ujar Aruta.

"Eitss!!" Bela menghentikan Aruta.

"Kenapa?" tanya Aruta.

"Kalau mengambil kartu karena 'kartu plus' kau tidak boleh meletakkan kartu pada ronde itu!" ujar Bela.

"Eh? tapi waktu aku kecil boleh boleh saja!" ujar Aruta.

"Ya, anggap saja beda tongkrongan beda aturan," ujar Bela.

"Sialan!!" geram Aruta.

"Kalau begitu sekarang giliranku," ujar Oliver.

Saat giliran kembali ke Bela, Bela mengeluarkan kartu "skip merah" membuat ronde Aruta terlewati. Aruta geram sedangkan Bela tertawa terbahak bahak. Namun di sisi lain, Oliver melihati Bela seperti ada sesuatu yang aneh.

Lima menit berlalu dan Aruta selalu terkena kartu "plus" dan kartu "skip". Sekarang tiba di giliran Sako. Kartu di meja adalah kartu "5" warna "biru". Sako tidak mempunyai angka atau warna yang sama dan Sako pun mengambil kartu dari dek. Kartu di dek hanya tersisa satu sekarang.

"Hmm seharusnya Sako mendapat kartu... " gumam Oliver.

Sako mengambil kartu itu dan langsung meletakkannya di meja. Kartu itu adalah kartu "2" bewarna "biru".

"Hah?" Oliver merasa ada sesuatu yang aneh.

"Ah, aku tidak punya angka dua ataupun warna biru," ujar Bela. Bela mencari-cari kartu untuk di ambil namun tangan Bela tidak menemukan kartu apapun. "Loh mana kartunya?" Bela mengalihkan pandangan dari kartu di tangannya. "Loh kok hilang semua!!" Bela terkejut. Tidak lama kemudian, Bela mendengar suara deham seseorang. Ketika Bela menoleh ke arah dehaman itu, Bela melihat Aruta dengan banyak kartu yang dirakit Aruta di tangan kanannya. "Kapan kau membuat itu?" tanya Bela.

"Kau habis ngapain sampai sialmu kambuh gitu?" tanya Mono.

"Aku tidak tahu, sudah dari pagi aku sial terus," jawab Aruta.

"Ya sudah kita memakai kartu yang di meja saja." Bela mengambil semua kartu di meja dan mengacaknya. Setelah Bela selesai mengacaknya, Bela pun mengambil satu kartu. Setelah Bela mengambil kartu, giliran Aruta pun tiba.

"Akhirnya paling tidak bisa bermain," Aruta meletakkan kartu "plus 2 biru".

"Oh?" Oliver pun membalas dengan meletakkan kartu "plus 2 kuning" dan hanya tersisa satu kartu di tangannya. "UNO," ujar Oliver yang tersisa satu kartu.

"Oh." Mono yang tidak punya kartu "plus" pun mengambil empat kartu.

"Huh?!! gawat, Oliver tinggal satu kartu lagi," gumam Bela panik.

"Tidak tidak tidak! Aku tidak boleh kalah!" gumam Sako.

"Efek 'plus' nya tidak kembali ke aku, aku sudah bersyukur," gumam Aruta.

Permainan terus berlanjut hingga giliran Aruta lagi. Bela sekarang juga tersisa satu kartu di tangannya. Bela mengedip-ngedipkan matanya kepada Aruta untuk melakukan sesuatu. Tidak lama kemudian, Aruta mengeluarkan kartu "7 hijau".

"Aduh aku tidak punya kartu '7' ataupun kartu 'hijau'." Oliver pun mengambil kartu dan mendapatkan kartu "reverse hijau". Oliver pun langsung meletakkan kartu itu dan kini giliran berbalik kepada Aruta.

"Hihi, ini kesempatanku!" gumam Bela.

"Tidak tidak tidak!" gumam Sako.

Aruta lemas seperti tidak berharap apapun lagi dengan permainan kali ini. Aruta menarik kartunya dan meletakkan kartu "plus 2 hijau".

"Hihi, keberuntungan ada di pihakku!" gumam Bela.

"Tunggu!" sela Oliver. Aruta, Mono, Sako, dan Bela pun menoleh ke arah Oliver.

"Ada apa?" tanya Bela.

"Ku tebak kartu di tanganmu itu adalah kartu 'plus 2 merah'," ujar Oliver. Bela tertegun dan menunjukkan kartunya benar kartu "plus 2 merah".

"Kak Oliver, bagaimana bisa tahu?" tanya Aruta.

"Saat Bela mengambil kartu tadi, aku melihat Bela mengambil dua kartu, bukan satu. Saat Bela melempar kartunya dari tangan kanan ke kiri, telunjuk dan jari tengahnya menahan kartu yang berada di atas dan di bawah membuatnya bisa mengambil dua kartu sekaligus. Sepertinya itu yang membuat aku merasa Bela tidak ikut menarik kartu saat membagikan kartu kedelapan. Aku juga sempat melihat kartu bawah di acakan kartu Bela adalah kartu 'plus 2 merah' namun setelah Bela mengambil kartu, bagian bawah dek kartu itu bukan 'plus 2 merah' lagi. Terbukti saat Sako mengambil kartu terakhir, kartu yang keluar adalah kartu '2 biru'," jelas Oliver.

"Aku juga sempat melihat saat Kak Bela melakukan 'hindu shuffle', Kak Bela meletakkan satu kartu di paling atas dan aku sempat melihat itu adalah kartu 'plus empat'. Kak Bela yang menarik kartu duluan dan pastinya Kak Bela mendapat kartu itu. Sepertinya kartu itu digunakan kepada Aruta tadi," lanjut Mono.

Di sisi lain, Bela hanya bisa terdiam dengan keringat dingin yang bercucuran di seluruh tubuhnya.

"PENIPU!!" teriak Sako.

"Bwaa, aku mau makan semua puding yang di kulkas!" ujar Bela merengek.

"Sebagai hukuman, kau tidak boleh memakan satupun puding dan semua puding di kulkas akan di bagi rata kepada yang lain," ujar Oliver. Bela pun merengek di sofanya.

"Ahhh ayolah satu suap saja! ahhh," Bela terus merengek.

***

Kuroto yang mendengar itu langsung tersedak dengan puding yang dia makan. Kuroto melihat ke meja dan hanya melihat satu puding yang tersisa.

"Hey Gren," ujar Kuroto memanggil Gren.

"Ini puding ambil saja," ujar Kuroto.

"Huh? ada apa?" tanya Gren.

"Sudah ambil saja," ujar Kuroto memberikan puding itu kepada Gren dan pergi.

"Hey kau mau kemana?" tanya Gren.

"Mau beli minuman kaleng dulu. Dada!" ujar Kuroto meninggalkan markas.

"Huh? kenapa dia? ya sudahlah bisa dapat puding," gumam Gren.

***

"Hmm tapi puding di kulkas sisa tiga," ujar Oliver.

"Aku tidak usah," ujar Mono.

"Kau yakin?" tanya Oliver kepada Mono.

"Ya, kopi saja sudah cukup. Berikan kepada Aruta dan Sako saja," jawab Mono.

"Baiklah, Aruta, Sako, ayo ke kulkas mengambil puding," ajak Oliver.

"Ayo!!" ujar Aruta.

"Hehe, lihatlah seberapa nikmatnya ketika aku memakan puding dingin yang enak itu kakak~," ujar Sako kepada Bela.

"Bwaaahaaahaaa," rengek Bela.

Setiba di depan kulkas, Oliver mulai membuka pintu kulkas namun tidak melihat satupun puding.

"Loh? pudingnya kemana semua?" tanya Oliver.

"Heh? hilang semua?" ujar Sako yang terkejut.

"Hah!! hilang?" ujar Aruta yang ikut terkejut.

"Hah? hilang?" ujar Bela yang ada di pintu dapur. Bela sangat terkejut dan langsung berlari ke kulkas. "Hah!! kok hilang semua?? Seharusnya ada tiga puding loh!"

Tidak lama kemudian, Gren memasuki dapur sembari memakan puding yang diberi oleh Kuroto. 

"Hey ada apa teriak-teriak?" tanya Gren sembari memakan puding di tangannya. Bela, Oliver, Aruta, dan Sako menoleh kearah Gren dan melihatinya dengan tatapan tajam. "Huh? ada apa?" tanya Gren yang tidak tahu apa-apa.

"Pak Gren... itu kan puding untuk hadiah... " ujar Bela dengan nada berat.

"Eh?!" Gren terkejut.

"Itukan buat kami!!" teriak Sako.

"Kan Bela sudah bilang puding di kulkas jangan dimakan!" teriak Bela.

"Aku sudah sial banyak waktu main tadi masih ketimpa sial lagi!!" teriak Aruta.

"Bapak pokoknya harus membelikan sepuluh puding lagi!!" teriak Bela.

"Eh? tapi... "

"Tidak ada tapi-tapi. Pokoknya sepuluh... tidak, dua puluh cup puding lagi!" tegas Bela.

"Eh?!! uangku... " ujar Gren lemas.

Malam itu berlalu dengan penuh kehangatan dan berakhir sangat panas. Bela dan Sako terus mengomeli Gren malam itu.

"Haduh berisiknya," gumam Mono yang sedang berusaha menikmati kopinya di ruang tengah ditemani dengan suara omelan Bela dan Sako.