webnovel

Chapter 31: Kesatria Putih

"Aku ingin pulang!!" Teriak Sako.

Sako memunculkan tombak petir di tangannya. Sako menggenggam tombak itu dan berlari menuju junoi itu. Sako melompat dan tombak petir itu memancarkan petir yang menyala-nyala. Sako menusukkan tombak itu ke arah junoi itu. Tombak dari Sako memancarkan petir yang sangat besar saat Sako berusaha menyerang junoi itu. Ketika petir dari tombak itu menghilang, Sako melihat serangannya ditahan oleh perisai dari junoi itu. Perisai dari junoi itu terlihat putih bersih tanpa goresan sedikitpun setelah Sako menyerangnya. Tangan kanan junoi itu mengepal erat dan memukul wajah Sako dengan sangat keras. Sako terpental setelah terkena pukulan itu dan menabrak dinding dengan sangat keras. Sako terduduk bersandar di dinding itu dan tak sadarkan diri.

"Sako!" teriak Aruta.

"Aruta! bawa Sako pergi. Aku akan menahan junoi ini," ujar Mono kepada Aruta.

"Tapi... "

"Sudah! bawa Sako ke tempat aman dulu jika kau ingin membantuku," ujar Mono.

Aruta mengangguk dan langsung berlari menggendong Sako. Aruta berlari menjauh dari tempat itu.

"Untung masih di dalam medan sihir. Efek pertarungan ini tidak akan terasa di luar," gumam Mono.

Mono mengambil sebuah kayu di dekatnya dan kayu itu berubah menjadi pedang di tangannya. Junoi kesatria tadi mulai mengepalkan tangan kiri atasnya. Tangannya mulai dilapisi es dan junoi itu meninjukan tangannya ke arah Mono. Seketika di area tinjuannya mulai membeku dan ketika pijakan Mono membeku, muncul bongkahan es besar dari bawahnya mendorong Mono. Mono menginjak bongkahan es itu dan sebagian besar bongkahan es itu berubah menjadi air.

Mono turun dan menginjak bongkahan es yang tersisa. Mono membasahi pedangnya dengan air tadi dan mulai memasang ancang-ancang. Mono menghentakkan kakinya dan melompat tinggi di atas junoi kesatria itu. Mono mengangkat pedangnya dan seketika pedang Mono membesar dan mengeluarkan kobaran api yang menyala-nyala.

"Dengan membasahi pedang ini, aku bisa merubah air yang ada di pedang ini menjadi api. Ayo semoga berhasil!" gumam Mono.

Mono menebaskan pedangnya ke bawah, ke arah junoi itu. Junoi itu berusaha menahan tebasan pedang Mono dengan perisainya. Ketika pedang itu mengenai perisai dari junoi itu, api dari pedang itu semakin besar dan membara. Cahaya dari kobaran api itu memenuhi seisi ruangan. Mono berteriak berusaha menembus perisai dari junoi itu. Tidak lama kemudian Mono melepas pedangnya dari pegangan kedua tangannya dan menginjak pedang itu ke arah junoi kesatria itu. Mono melompat dan pedang itu meledak. Ledakan dari pedang itu cukup besar hingga membuat kawah kecil.Mono mendarat dan berlutut dengan nafasnya yang terengah-engah. Ledakan Mono barusan membuat debu bertebaran dimana-mana.

"Huh... huh... apa sudah selesai? Sialan, junoi-junoi tadi menguras banyak energi LYNK ku," gumam Mono.

Setelah debu-debu itu hilang, Mono melihat perisai besar bewarna putih yang ada di tengah-tengah kawah kecil itu. Di balik perisai itu, junoi tadi sedang menahan perisai besar itu dengan keempat tangannya. Tidak lama kemudian, perisai itu menghilang dan muncul empat pedang di masing-masing tangan junoi itu. Keempat tangan junoi itu menggenggam satu pedang dan langsung menerjang Mono. Selama junoi itu berlari, junoi itu menebas-nebaskan pedangnya. Tebasan pedang dari junoi itu mengalir di udara menuju Mono. Mono menekuk badannya ke belakang dan menghindari serangan itu. Sedikit dari rambut Mono terpotong karena serangan barusan. Mono langsung berdiri dan berlari dari junoi itu.

Junoi itu terus berlari mengejar Mono dan melakukan serangan tebasan dengan sangat intens. Sedangkan Mono berusaha lari menghindari semua tebasan junoi itu. Junoi itu mulai melakukan serangan dengan menebaskan keempat pedangnya sekaligus. Tebasan junoi itu mulai melesat ke arah Mono.

"Sialan."

Mono melihat serangan junoi itu dan melihat celah di tengah-tengah serangan tebasan junoi itu. Mono berhenti berlari dan memasang ancang-ancang. Ketika serangan junoi itu semakin dekat, Mono melompat mengangkat tangaannya dan mensejajarkan tubuhnya melewati celah dari tebasan junoi itu. Namun ketika Mono masih melayang, junoi itu melompat dan sudah ada di atas Mono. Junoi itu mengarahkan keempat pedangnya ke arah Mono siap untuk turun dan menusuk Mono dengan keempat pedangnya. Keempat pedang dari junoi itu juga mulai mengeluarkan kobaran api.

"Sialan, aku mati langkah!"

Junoi itu mulai turun dengan kecepatan tinggi. Junoi itu semakin dekat dengan Mono. Junoi itu semakin dekat dan sekarang, ujung keempat pedang dari junoi itu hanya berjarak tidak lebih dari satu jengkal dari tubuh Mono. Tiba-tiba, Aruta datang menendang kepala junoi itu dengan sangat keras membuat junoi itu terpental. Mono yang masih melayang pun juga terjatuh.

"Mono!" saut Aruta.

"Aku tidak apa-apa," jawab Mono sambil berdiri. "Dari kekuatannya, junoi ini adalah junoi kelas atas. Dan dua junoi tadi adalah junoi kelas menengah. Kalau penyihir pengintai tahu tentang ini, seharusnya misi ini diklasifikasikan paling tidak kelas menengah. Kalau misi ini diklasifikasikan sebagai kelas ringan, artinya junoi-junoi barusan tidak ditemukan oleh penyihir pengintai. Artinya, junoi ini bukan junoi yang berasal dari medan sihir ini. Bagaimana mereka bisa langsung masuk ke medan sihir ini secepat ini," gumam Mono.

"Mono! Dia kembali lagi!" saut Aruta. Mono kembali fokus dan melihat junoi kesatria itu berjalan ke arahnya dan Aruta.

"Ayo kita hajar makhluk ini," ujar Mono memasang kuda-kuda. Aruta mengepalkan kedua tangannya dan ikut memasang kuda-kuda.

Junoi itu berjalan mendekat dan ada bola energi di masing-masing tangan junoi itu. Tidak lama kemudian, masing-masing bola energi itu berubah menjadi sebuah pedang. Junoi itu menggenggam keempat pedang itu dengan keempat tangannya dan melesat ke arah Aruta dan Mono.

Mono mengusap keringat di dahinya dengan tangan kanannya dan mulai menerjang junoi itu. Sembari berlari, Mono mengubah keringat yang ada di tangannya menjadi api. Mono dan junoi itu berlari saling mendekat. Ketika mereka berdua hampir mencapai satu sama lain, tiba-tiba api di tangan kanan Mono menjadi kobaran api yang sangat besar. Junoi itu langsung berhenti berlari dan mengubah pedang yang ada di kedua tangan bawahnya menjadi perisai. Mono tiba-tiba menghentikan serangannya dan memegang perisai junoi itu dan merubahnya menjadi sebuah pedang.

"Aruta!!" Mono melemparkan pedang itu keatas dan di terima oleh Aruta yang melompat.

Aruta mengangkat pedang itu dan pedang itu dan melapisinya dengan energi LYNK. Aruta menebaskan pedang itu ke bawah dan junoi itu menahan serangan Aruta dengan dua pedang yang dia genggam dengan kedua tangan atasnya. Aruta mendorong pedang itu dengan sekuat tenaga dan kedua pedang junoi itu pun terbelah. Aruta melepaskan pedangnya dan Mono menerima pedang yang dilepaskan Aruta. Mono melapisi pedang itu dengan energi LYNK dan langsung menerjang. Junoi itu mati langkah dan terkena serangan Mono. Mono menusuk perut junoi itu dengan sangat keras. Namun ketika ujung pedang itu mengenai perut junoi itu, Mono menyadari sesuatu.

"Apa? pedangnya tidak tembus?"

Junoi itu langsung mengepalkan tangannya dan mengarahkan pukulan kepada Mono. Namun ketika pukulan junoi itu hampir mengenai Mono, tiba-tiba sambaran petir mengenai tangan junoi itu. Sako muncul dan menerjang junoi itu. Sako mengarahkan tombak petirnya ke arah junoi itu dan melesat mengenai kepala junoi itu. Junoi itu sedikit terpental setelah terkena serangan Sako namun junoi itu masih berusaha menahan dengan kakinya agar dia tidak terpental lebih jauh.

"Sako?" ujar Aruta.

"Tcih, jangan remehkan aku. Aku masih bisa bertarung kok," ujar Sako dengan tersenyum. "Junoi ini benar-benar membuatku kesal. Ayo kita hajar dia sampai babak belur."

"Bukannya kita ya yang babak belur," gumam Mono. Mono melihat ke arah junoi itu dan melihat ada bekas goresan di kepala junoi itu. "Goresan? sepertinya junoi ini masih bisa dilukai. Aku harus cari cara agar bisa menyentuhnya," gumam Mono. "Aruta! Sako! serang lagi junoi itu. Aku akan mencari cara agar aku bisa menyentuhnya," seru Mono.

"Baik!!" jawab Aruta dan Sako bersamaan. Aruta dan Sako melapisi kaki mereka dengan energi LYNK dan berlari menerjang junoi itu.

"Kau tidak memakai petirmu lagi?" tanya Aruta.

"Bertarung terus tanpa istirahat melelahkan juga. Tapi tenang saja, teknik dasarku tidak bisa diremehkan," jawab Sako. "Energi LYNK ku hampir habis. Aku akan mengeluarkan semuanya di serangan ini," gumam Sako. "Baiklah, siapkan dirimu. Aku akan memberimu sedikit dorongan."

"Baiklah!!" Aruta melapisi kedua tangannya dengan energi LYNK.

Sako melompat dan menginjak punggung Aruta. Sako mendorong punggung Aruta dengan sangat keras membuat Aruta terhempas. Aruta terhempas keras ke arah junoi itu dan mendaratkan pukulan. Junoi itu dengan cepat memunculkan perisai yang ditahan dengan kedua tangan bawahnya. Walau sudah memunculkan perisai, junoi itu masih sedikit terkejut karena pukulan Aruta membuat cekungan di perisai junoi itu.

Sako melompat dan kali ini memunculkan pedang petir dari tangannya. Sako menggenggam pedang petir itu dengan kedua tangannya dan menebaskannya ke bawah ke arah junoi itu. Junoi itu sempat memunculkan dua pedang di kedua tangan atasnya dan menahan serangan Sako. Aruta dan Sako terus berusaha memaksakan serangan mereka. Tidak lama kemudian, Mono meluncur ke belakang junoi itu dengan tangan yang siap memegang junoi itu.

"Kena kau!" Namun ketika Mono hampir menyentuh junoi itu, badan junoi itu menghilang menyisakan keempat tangannya yang masih menahan serangan Aruta dan Sako.

"Hilang?!" ujar Mono terkejut. Tiba-tiba, junoi itu muncul di sebelah Mono tanpa tangannya. Belum sempat Mono bereaksi, junoi itu menendang Mono dengan sangat keras membuat Mono terpental cukup jauh.

"Mono!" teriak Sako. Tiba-tiba junoi itu dengan sangat cepat muncul di atas Sako. Junoi itu menendang Sako dari atas membuat Sako terbanting dengan sangat keras. Junoi itu melesat kebawah berniat menginjak Aruta namun Aruta masih sempat menghindar dengan berguling ke belakang. Aruta berdiri dan melihat Sako dan Mono yang setengah sadar dan hampir pingsan.

"Sialan kau!!" teriak Aruta. Aruta berlari menerjang junoi itu. Junoi itu menggabungkan keempat tangannya lagi dan dengan sangat cepat, junoi itu sudah ada di depan Aruta dan menendang perut Aruta dengan sangat keras membuat Aruta berguling-guling ke belakang. Aruta masih berusaha sadar dan berusaha berdiri. Namun belum sempat berdiri, junoi itu sudah ada di atas Aruta dengan menggenggam empat pedang dengan keempat tangannya. Junoi itu langsung mengarahkan keempat pedangnya dan akan menusuk Aruta.

"Sial, tidak akan sempat!" Namun junoi itu tiba-tiba terdiam ketika ujung keempat pedangnya hampir mengenai Aruta. "Huh? apa yang terjadi?" tanya Aruta. Aruta mencoba melihat lagi dan melihat Kuroto yang sedang mengarahkan jentikan jarinya di punggung junoi itu.

"Sepertinya ada tamu tidak diundang di sini," ujar Kuroto. Kuroto menjentikkan jarinya dan junoi itu hancur seketika. Ketika junoi itu hancur, Kuroto sempat melihat sebuah kartu yang ada di dalam junoi itu ikut hancur. "Kartu?" gumam Kuroto.

"Pak Kuroto!" saut Aruta.

"Yo!" saut Pak Kuroto. "Aku sempat melihat sebentar pertarungan tadi. Aruta mampu menggunakan teknik lanjutannya ketika dulu Mono hampir diterkam junoi. Namun sekarang dia tidak memakainya sama sekali. Sepertinya dia memang menggunakannya secara tidak sengaja waktu itu. Ya semoga saja dia bisa mengendalikan tekniknya secepat mungkin," gumam Kuroto.

"Pak Kuroto lama sekali. Kami hampir dibabat habis di sini," ujar Aruta.

"Oh ya? maaf-maaf. Mana Mono dan Sako?" tanya Kuroto.

"Mereka ada di sana dan di sana," Aruta menunjuk ke arah Mono dan Sako yang tergeletak.

"Waduh, mengenaskan juga ya," ujar Kuroto dengan nada biasa.

"Santai sekali nadanya!" ujar Aruta.

"Hehe tenang tenang. Mereka akan baik-baik saja," ujar Kuroto.

Kuroto berjalan ke arah Mono dan Sako dan menepuk bahu mereka. Tidak lama kemudian mereka berdua pun bangun.

"Ah kau juga Aruta." Kuroto menghampiri Aruta dan menepuk bahunya. Setelah Kuroto menepuk bahu Aruta, Aruta merasa badannya terasa lebih ringan dan lukanya tidak terlalu sakit.

"Uh? tidak terlalu sakit lagi. Hebat!" ujar Aruta.

"Hehe," tawa kecil Kuroto.

"Bapak lama sekali," ujar Sako.

"Aku sampai lupa kalau ada orang ini," lanjut Mono.

"Ya mau bagaimana lagi. Bapak antri lama sekali tadi." Kuroto menunjukkan makanan yang dia bawa. "Kalian tahu sendirikan Ayam Bakar Hotwings itu serame apa. Ya wajar aja sih semua orang suka. Ayamnya saja bla bla bla bla... "

"Mulai lagi nih orang," gumam Mono.

"Aku tidak mau berlama-lama lagi disini," ujar Sako.

"Ayo keluar," ujar Aruta. Aruta dan Sako berdiri dan mulai meninggalkan tempat itu.

"Aku ikut," Mono berdiri menyusul Aruta dan Sako.

"Hey hey Bapak belum selesai ngomong!" Kuroto ikut menyusul ketiga anak itu. Mereka berempat pun kembali ke markas dan medan sihir yang ada di dalam rumah itu menghilang saat Mono keluar dengan membawa Segel Arabes.