webnovel

Chapter 30: Kepalan Petir

Aruta mengulurkan tangannya kepada Sako. Sako melihat tangan Aruta sesaat lalu memegangnya dan berdiri.

"Dasar modus," ujar Sako.

"Hey aku tidak mau mati sekarang! Aku yakin kau juga sama," ujar Aruta.

"Hehe sudah sudah tidak usah banyak omong lagi. Ayo kita hajar junoi ini," ujar Sako. "Kau siap?"

"Sangat siap," ujar Aruta.

Aruta berlari ke arah junoi ular berkepala tiga itu dengan kecepatan penuh. Salah satu kepala ular itu membuka mulutnya dan menyemburkan api ke arah Aruta. Dengan sangat cepat, Sako datang memegang tangan Aruta dan melompat membawa terbang Aruta. Sako melempar Aruta dan Aruta melesat ke arah kepala ular yang barusan menyemburkan api. Aruta mengepalkan tangan kanannya dan energi LYNK yang membara menyelimuti tangan kanannya. Aruta menghantam kepala ular itu dengan sangat keras membuat kepala ular itu terhempas.

Salah satu kepala ular yang lain bergerak membuka mulutnya lebar-lebar berusaha melahap Aruta. Tiba-tiba Sako datang dengan kecepatan tinggi menabrak kepala ular itu dengan kakinya dan terjadi ledakan listrik yang sangat terang di kepala ular itu. Setelah Aruta dan Sako melompat menjauh dari junoi itu.

"Kau bisa diajak kerja sama ternyata," ujar Aruta.

"Heh, Jika aku tidak membantumu, aku tidak yakin kau masih memiliki badanmu itu sekarang," ujar Sako.

"Hah?!" Aruta kesal.

Tidak lama kemudian, salah satu kepala ular yang tersisa membuka lebar mulutnya dan menyemburkan hawa dingin yang sangat dahsyat ke arah Aruta dan Sako. Sako dengan cepat menggenggam tangan Aruta dan dengan kakinya yang diselimuti petir yang menyala-nyala, Sako berlari menerjang hawa dingin itu. Tangan kanan Sako memegangi Aruta sementara dia terus berusaha berlari menerjang hawa itu. Setelah cukup dekat, Sako melempar Aruta ke atas kepala itu sedangkan Sako melompat dan mendaratkan pukulan listriknya ke wajah kepala itu. Kepala ular itu terpental karena pukulan Sako dan dari atas, Aruta turun dengan kecepatan tinggi dan menginjak kepala ular itu dengan kakinya yang sudah diselimuti energi LYNK. Setelah melakukan serangan itu, Aruta dan Sako melompat mundur dengan nafas yang terengah-engah. Tidak lama kemudian, ketiga kepala ular itu bangun lagi.

"Tcih, belum kalah juga," gumam Sako.

Ketiga kepala ular itu menghadap atas dan memusatkan energi LYNK mereka menciptakan sebuah bola energi LYNK besar bewarna merah terang. Bola energi itu menerangi seluruh ruangan dengan cahaya merahnya. Aruta mematung saat melihat bola merah raksasa itu. Tentu Aruta tahu dia tidak akan sanggup menahan kekuatan sebesar itu. Sako berfikir keras dan mengingat latihannya bersama Ella. Ella melatihnya dengan sangat keras. Sako mengingat betapa kerasnya latihannya hingga mampu mendaratkan pukulan pertamanya kepada Ella.

"Hehe aku tidak mau mati di tempat seperti ini," ujar Sako tersenyum. "Aruta!" di tangan Sako muncul sebuah tombak petir dan Sako melemparnya ke arah Aruta. Aruta dengan sigap menangkap tombak itu.

"Huh?"

"Gunakan tombak itu. Aku akan menahan serangan ular menjijikan itu," ujar Sako.

"Tapi-."

"Tenang saja. Aku pasti bisa menahannya," ujar Sako dengan percaya diri.

Aruta menghela nafas dan berkata, "Baiklah kalau begitu."

Tidak lama kemudian, ketiga kepala ular itu menembakkan laser bewarna merah dari bola itu. Sako menyelimuti seluruh tubuhnya dengan listrik dan Sako membuat dinding listrik di depannya. Dinding listrik itu menahan serangan tadi dan Sako berusaha mempertahankan dinding itu. Aruta langsung melesat ke arah junoi itu. Aruta berlari sekuat tenaga untuk mencapai junoi itu sedangkan Sako berusaha untuk bertahan dari serangan junoi itu.

Saat Aruta sudah cukup dekat dengan junoi itu, Aruta langsung melompat dan menyalurkan energi LYNK miliknya ke tombak petir di tangannya. Tombak petir itu semakin menyala-nyala mengeluarkan pancaran-pancaran listrik. Aruta melompat menebaskan tombaknya dan memenggal salah satu kepala ular itu. Karena satu kepala sudah terputus, serangan junoi itu langsung menghilang. Kedua kepala lainnya menoleh ke arah Aruta. Salah satu kepala itu membuka lebar mulutnya dan terlihat kobaran api dari dalam mulutnya. Sebelum kepala ular itu menembakkan semburan apinya, tiba-tiba kepala ular itu hancur.

"Huh?" gumam Aruta.

Setelah dilihat lagi, ternyata Sako yang menabrak kepala ular itu.

"Gimana hah!" teriak Sako.

"Hehe," tawa kecil Aruta.

Aruta melempar tombak petir di genggamannya kepada Sako. Sako dengan sigap menangkap tombak itu. Satu kepala ular yang tersisa membuka mulutnya dan menerjang Sako. Sako langsung melesat memasuki mulut ular itu. Ular itu langsung menutup mulutnya. Namun tidak lama kemudian, kilatan-kilatan petir muncul dari dalam leher ular itu dan Sako menembus keluar dari leher ular itu. Ular itu meringkuk kesakitan namun Aruta datang dan meninju dagu ular itu hingga kepala ular itu terpental ke atas. Sako melompat tinggi dan mengarahkan tombaknya ke arah kepala ular itu. Sako turun dan membelah ular itu menjadi dua bagian. Junoi itu pun tergeletak dan tewas menjadi asap bewarna hitam. Namun saat junoi itu menghilang menjadi asap, Aruta melihat ada kartu yang melayang dan berubah menjadi asap bewarna hitam juga.

"Kartu?" gumam Aruta.

"Fisikmu kuat juga. Apa kau pernah melawan makhluk seperti ini sebelumnya?" tanya Sako.

"Maksudmu junoi? pernah si waktu kecil," jawab Aruta.

"Begitu ya. Ya harus kuakui si fisikmu kuat dan... terima kasih sudah menyelamatkanku... tadi," ujar Sako.

"Kau memuji sekali," ujar Aruta.

"Jangan keenakan!" ujar Sako menginjak kaki Aruta.

"Aduh duh," Aruta kesakitan. "Barusan muji-muji kok langsung kembali ke setelan pabrik?"

"Hmph!"

Tidak lama kemudian terdengar suara dentuman dari lantai atas.

"Dentuman? Apa kau mendengarnya juga?" tanya Aruta.

"Iya. Sepertinya dari lantai atas," ujar Sako.

Tiba-tiba langit-langit ruangan Aruta dan Sako hancur dan Mono terjatuh dari lubang itu.

"Mono?" ujar Aruta.

"Kalian berdua, awas!" Mono langsung berdiri melesat dan mendorong Aruta dan Sako.

Tiba-tiba sesuatu jatuh dari lubang langit-langit dengan sangat keras menghancurkan pijakannya dan membuat kepulan debu. Setelah debu itu menghilang, terlihat sesosok kesatria putih bertangan empat. Tangan kanan bawahnya membawa pedang, tangan kiri bawahnya membawa perisai, sedangkan kedua tangan atasnya bertangan kosong. Ukurannya pun cukup besar walau tidak sebesar junoi ular tadi, tapi lebih besar dari ukuran manusia normal.

"Junoi lagi?" ujar Aruta.

"Haduh mengganggu orang pulang saja," ujar Sako.