webnovel

Bab 2, Chapter 11: Benda Misterius

"Huh... Juriko sudah tidak disini," gumam Aruta yang sedang berjalan menuju kelasnya.

Dua hari lalu, dia datang ke rumah dengan penuh luka dan sempoyongan. Ketika kutanya, dia bilang tak ada yang terjadi. Setidaknya seharusnya dia bilang kalau dia dibegal preman atau apapun itu. Kemarin dia pergi ke Benua Utara. Katanya dia sih, dia penyihir juntoshi sekarang. Mungkin tak banyak orang yang tahu tentang penyihir juntoshi, tapi aku sempat mencari tahu dan katanya penyihir juntoshi adalah organisasi penyihir yang ditugaskan untuk melindungi dunia. Kedengarannya keren sekali ya. Juriko juga sekarang sudah bergabung dengan tim penyihir mereka yang ada di Benua Utara. (Aruta)

"Sialan! udah gitu dia jalan jalannya bukan sekedar pindah kota atau negara tapi sampai pindah benua. Aku juga mau. Sialan! sialan!" gumam Aruta kesal sambil menginjak injak tanah.

"Hey Aruta!" seru seseorang memanggil Aruta. Aruta menoleh dan melihat Vins yang bersama Uika.

"Kudengar Juriko ke Benua Utara ya," tanya Vins.

"Iya, dia pindah kemarin," jawab Aruta.

"Hey hey Aruta, apa kau sudah dengar dengan anak kelas sebelah yang melihat hantu?" tanya Uika.

"Uh... iya."

Akhir akhir ini SMA tempat bersekolah Aruta mendapati kejadian kejadian janggal. Terdapat anak yang mengaku bahwa dupa yang dia bawa untuk kegiatan keagamaan sering menghilang. Ada juga yang mengaku melihat bangku bangku di kelas berubah posisi tanpa alasan yang jelas. Dan yang terakhir, ada anak yang berkata bahwa dia melihat monster mengerikan di atap sekolah saat dia sedang ada kegiatan di malam hari.

"Ada apa?" tanya Aruta.

"Kami berdua akan ke sekolah ini nanti malam. Kau mau ikut?" tanya Uika dengan penuh semangat.

"Memangnya kalian ada keperluan apa ke sekolah malam malam?" Aruta balik bertanya.

"Berjalan jalan saja mencari hal hal janggal. Kami mau melihatnya sendiri. Siapa tahu ketemu hantunya," ujar Uika.

"Gak ah. mending tidur," ujar Aruta.

"Begitu ya... ya sudah kami duluan ya," ujar Vins.

"Iya. Nanti kalau ketemu hantunya awas kualat loh," ujar Aruta sembari berjalan meninggalkan Vins dan Uika.

"Iya iya," jawab Vins.

Aruta lanjut berjalan menuju ke kelasnya. Aruta melewati lorong sekolah yang dipinggirnya terdapat semak semak. Ketika Aruta melewati lorong itu, Aruta merasa aneh karena dia seperti merasakan sesuatu yang janggal. Aruta merasakan tipis tipis aura aneh dari semak semak. Aruta berjalan maju dan merasa aura itu semakin dekat. Aruta terhenti ketika dia merasa aura itu berada tepat di sebelah kanan dia.

Aruta penasaran dan mengeceknya. Aruta meraba raba semak semak yang di depannya dan merasakan batu yang aneh. Dia mengambil batu itu keluar dari semak semak dan terlihat batu itu dengan jelas. Batu itu mengeluarkan sedikit aura hitam. Batu itu cukup kecil, namun batu itu membentuk kubus sempurna tidak seperti batu pada umumnya. Bati itu juga memiliki corak yang aneh. Batu itu terlihat seperti batu batu kuno yang ada di museum.

"Apa ini? dadu? tapi kok ada coraknya. Keluar aura hitam lagi. Apa ada yang habis cosplay disini?" gumam Aruta sembari melihati benda itu.

"Aku bawa aja lah." Aruta memasukkan benda itu ke sakunya dan pergi ke kelasnya. Aruta melihat jam yang ada disana yang menunjukkan jam 10 kurang 5 menit. "Sial aku akan terlambat pelajaran selanjutnya!" gumam Aruta panik sambil berlari.

Ketika Aruta sedang berlari, dia melewati seorang siswa. Orang itu melihat ke arah Aruta merasakan sesuatu."Huh? aura ini... " gumam orang itu. "Hey tung- loh sudah hilang," saut Orang itu namun Aruta sudah menghilang karena berlari sangat cepat. "Yasudah lah," gumam Orang itu sembari lanjut berjalan.

Orang itu berjalan menuju semak semak tempat Aruta tadi. Orang itu meraba raba semak semak itu mencari sesuatu. "Hilang?" ucapnya panik. Orang itu mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.

"Ada apa Mono?" ucap orang di dalam telepon itu.

"Guru, Aku tak menemukan barangnya. Aku bahkan tak merasakan auranya," ujar Mono dengan nada serius.

"Mana mungkin, barang itu ada disitu," balas orang yang berada di dalam telepon dengan nada santai.

"Tapi barangnya tidak ada," ujar Mono.

"Ada," ujar orang di dalam telepon dengan santai.

"Tidak ada," ujar Mono yang mulai kesal.

"Ada."

"Tidak!"

"Ada ada saja."

"Hey seriuslah sedikit."

"Temukan benda itu atau gajimu bulan ini dipotong."

Mono yang sangat kesal menurunkan ponselnya dan berkata, "Orang ini menyebalkan. Dia yang menjatuhkannya malah aku yang disuruh nyari. Bisanya cuma nyuruh nyuruh orang."

Tiba tiba terdengar suara, "Kau belum menutup teleponnya Mono."

Mata Mono terbuka lebar dan sangat terkejut. "Sialan..." gumam Mono.

2 jam kemudian, bel istirahat berbunyi dan Aruta berada di kantin bersama teman temannya Vins dan Uika. Aruta teringat dengan benda yang dia temukan tadi dan menunjukkannya.

"Hey, apa kalian tahu apa ini?" tanya Aruta sambil menunjukkan batu yang dia bawa tadi.

"Hmm... Aku tidak tahu. Batu ini ada coraknya," jawab Uika.

"Batu ini juga mengeluarkan aura hitam," ujar Aruta.

"Aura hitam? batu itu tidak mengeluarkan apapun," ujar Vins.

'Huh? hey jelas jelas batu ini mengeluarkan aura hitam. Uika, kau lihat kan," ujar Aruta.

"Tidak," jawab Uika.

"Makanya jangan kebanyakan bergadang main game," ujar Vins.

Aruta merasa aneh karena dia jelas jelas melihat batu itu mengeluarkan aura bewarna hitam. Aruta merasa aneh karena Vins dan Uika yang tidak melihat aura itu.

"Tapi sepertinya batu itu bagus juga untuk dijadikan jimat. Apa kami boleh mengambilnya?" tanya Vins.

"Huh? ok." Aruta memberikan batu itu kepada Vins.

"Batunya keren juga," ujar Uika.

"Batu ini sepertinya bisa dijadikan jimat yang bagus." ujar Vins.