webnovel

Marvel Dc: Pahlawan Bajingan

Hari ketika dia terbangun dari tidur menyenangkan, Yves menyadari bahwa dirinya tak lagi ada di dunianya yang asli. Dunia ini sangat berbeda, ada Pahlawan Super yang memiliki kekuatan besar, Penyihir dengan umur panjang, serta Supervillain yang mampu meledakkan sebuah galaksi hanya dengan satu jentikan jari! Yves yang diberi kesempatan kedua tentunya tak tinggal diam, dia langsung mengerahkan seluruh tenaganya untuk menjemput para wanita-... Tidak, tidak, tentu saja mencapai puncak kehidupan di dunia baru ini! Tunggu... Ibu Steve Rogers hamil? Wonder Woman terlihat bergandengan tangan dengan laki-laki yang tak dikenal? Ancient-One menyerahkan gelarnya ke pria lain??? Wtf! *** Advanced chapters available on; patréon.com/Mizuki77

Mizuki77 · Komik
Peringkat tidak cukup
226 Chs

Bab 66

"Huh, hal ini terlalu sulit!" Yves mematikan sakelar lalu dia jatuh dari atas dinding ke lantai.

Menggunakan elektromagnetisme untuk terbang memang sangat tidak biasa.

"Tapi ide anda sangat luar biasa, ayolah, aku yakin kamu bisa menyempurnakannya."

"Setidaknya ide ini membuktikan bahwa anda seorang jenius!" Jennifer semakin menyukai siswanya, dia muda, energi dan juga berbakat. Sungguh sangat langka untuk bisa bertemu dengan pemuda seperti itu.

"Aku tahu, aku tahu. Jika dipikir-pikir, dengan memanfaatkan medan elektromagnetik ini, bukankah hal ini dapat mengganggu kinerja logam? Bahkan pelurupun dapat terganggu juga!" Yves menjadi semakin imajinatif, ide baru itu memang terdengar tidak bisa dipercaya.

Tapi apakah itu mungkin? Seratus persen! Sama halnya seperi manusia yang pergi ke bulan.

Pertanyaannya adalah, apakah itu mudah dibuat?

Saat Yves tenggelam dalam banyak imajinasi, tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi.

Pintunya berbunyi, tapi Jennifer masih duduk-duduk santai di sofa.

Yves melirik gurunya yang malas sambil menyipitkan matanya.

Pada akhirnya dialah yang membukakan pintu itu, lain kali dia akan memasang sakelar pintu otomatis!

Seorang profesor wanita anggun memegang sebuah amplop.

"Oh, Yves, ini adalah surat untukmu."

"Kebetulan aku melihat ini saat pergi memeriksa sesuatu tadi, jadi aku memutuskan untuk memberikannya kepada anda."

Yves mengambil amplop itu, ternyata surat dari Sera.

"Terima kasih, bu. Lain kali aku akan mentraktir anda makan."

"Haha, tidak apa-apa, sampai jumpa nanti." Profesor wanita itu segera pergi sambil tersenyum.

Jennifer melambaikan tangannya, mencoba memberi Yves sebuah isyarat agar dia berhati-hati.

Terkadang ketika anda menjadi terlalu cemerlang, anda akan menarik banyak sekali perhatian. Orang-orang yang ingin mencari kesempatan juga tidak terkecuali.

Akhir-akhir ini Jennifer dalam suana hati yang baik.

Berkat kemurahan hati siswanya, namanya telah ditambahkan ke dalam banyak paten. Paten-paten itu secara otomatis memberinya aliran uang ke dalam kartu banknya.

Gaji bulanannya menjadi lebih baik, bahkan gaji bulanan univeristas ini tidak setinggi uang yang dia dapat dari paten itu!

***

Yves keluar sambil mengenakan jaket, di dalam jaket itu ada pistol magnet yang dia sembunyikan. Senjata ampuh itu harus selalu dia bawa, senjata itu adalah suatu keharusan untuk mempertahankan dirinya.

Meskipun area univeritas bisa dikatakan aman untuk para siswa, tapi hati tetap tidak bisa berbohong. Terkadang alat tertentu diperlukan untuk membuat hati tetap tenang.

Rumah Professor Brian juga ada di area universitas ini, dan hari ini Yves ingin memapir kesana.

Mengetuk pintu rumah itu, orang yang membukakan pintu adalah seorang wanita paruh baya yang masih mengenakan celemek.

Dia memiliki penampilan yang cantik serta terlihat baru berusia tiga puluhan. Tapi usia pastinya masih tidak diketahu.

"Sayang, kamu kembali... Oh, maafkan aku."

"Kamu pasti Yves. Perkenalkan, namaku Sharon, istri Brian. Silahkan masuk, kebetulan saya selesai memasak untuk makan siang." Sharon menyapa dengan hangat.

Yves mengangguk sambil memandang sosok cantik nona Sharon.

Beberapa hari sebelumnya, professor Brian mengalami masalah tertentu tentang makalahnya. Kebetulan Yves lewat saat itu, jadi mereka saling bercakap-cakap untuk membahas masalahnya.

Berkat bantuan Yves, makalah Brian berhasil dirilis dan dia berhasil menerima beberapa pujian karenanya.

Oleh sebab itu Brian memutuskan untuk mengundang Yves untuk datang ke rumahnya sebagai rasa terima kasih karena telah membantunya.

Masuk ke dalam rumah besar itu, Yves melihat seorang pemuda tampan.

Saat ini dia terlihat memegang pelipisnya, apa yang sebenarnya dia coba lakukan? Selain itu dia juga terlihat khawatir bahwa akan ada orang yang tiba-tiba memergokinya.

Saat suara langkah kaki terdengar dari bawah tangga, pria muda itu menurunkan tangannya.

"Charles, ada tamu yang datang. Kamu harus berinisiatif untuk menyapa, jangan terlalu kasar. Tamu itu adalah Yves."

"Seorang siswa professor Jennifer, sang penemu senjata serta ilmuwan yang hebat." Sharon berkata kepada anaknya.

"Yves, duduklah di sana dulu, suamiku akan sampai tak lama lagi." Sharon menunjuk ke arah meja tamu sambil tersenyum.

Setelah mengantar ke meja tamu, Sharon pergi ke dapur untuk membuatkan tamu itu minuman.

Beberapa saat kemudian, pemuda itu turun dan menghampiri Yves.

"Eh, halo. Nama saya Charles, senang bertemu dengan anda." Pemuda itu mengangguk sambil memberikan salam.

Umumnya orang-orang Amerika akan saling berjabat tangan, tapi pemuda itu nampak sedikit takut untuk menjabat tangan orang lain.

Bukan takut oleh pria itu, tapi takut akan apa yang akan terjadi jika dia memegang tangan orang lain.

Saat mendengar nama itu Yves langsung dibuat terkejut, buru-buru dia bertanya, "Tunggu, siapa nama anda?"

"Charles, apakah ada yang aneh?" Tanya pemuda itu dengan tatapan curiga.

"Tidak, maksudku nama lengkap anda." Yves berkata dengan cemberut sambil mencoba mengingat nama seseorang, nama pria itu sangat familiar baginya.

Saat ini Yves berpikir apakah pria itu benar-benar orang yang dia pikirkan atau tidak. Dan benar saja, tak lama kemudian pemuda itu langsung mengkonfirmasinya sendiri, "Charles Xavier."

Yves hampir menyemprotkan minumannya, untungnya dia mengendalikan dirinya dengan baik.

"Yves, ada apa, apakah ada masalah?" Brian yang telah bergabung di meja makan bertanya, apakah Yves pernah bertemu dengan putranya?

Charles Xavier, tidak salah lagi, dia adalah pakar psikis! Seorang pria yang bisa membaca pikiran orang lain ketika orang lain tidak mau menjawabnya... Oh tidak, itu adalah pria yang selalu memikirkan perdamaian dunia!

Yves sangat terkejut, ternyata Professor X telah keluar.

Charles yang melihat reaksi Yves merasa terkejut, apakah pria itu telah memperhatikan sesuatu yang janggal darinya?

Setelah obrolan singkat itu semuanya makan siang, Yves makan tanpa mengubah ekspresinya, tapi dia sesekali melihat sosok nyonya Sharon selama waktu makan siang itu...

Sial, nampaknya Yves mulai terganggu lagi. Di hatinya, hanya ada bibi Sarah dan Bibi Barra!

Di bawah sambutan hangat dari professor Brian, Yves menyelesaikan makan siang yang mewah itu.

"Charles, aku pikir kamu adalah pria yang baik. Bisakah kamu menemaniku pergi jalan-jalan di sekitar sini?"

"Sepertinya ini adalah pertama kalinya aku bertemu dengan pria muda sepertimu di universitas ini. Kita bisa menjadi teman."

"Baiklah." Charles mengangguk, setelah itu keduanya keluar untuk jalan-jalan.

Saat melewati tempat yang cukup sepi, Yves menghentikan langkah kakinya. "Ini tentang sikapmu barusan, apakah kamu memiliki kemampuan Mutan? Telepati?"

Charles menoleh dengan tiba-tiba, matanya langung menyipit tajam. Dia terkejut saat mendengar ucapan pria itu.

"Kamu siapa! Mengapa kamu tahu rahasiaku ini?"

Yves tersenyum, "Aku tidak tahu, kamulah yang memberitahuku."

Charles memandang pria itu dengan ekspresi permusuhan, ini adalah rahasianya sendiri, kenapa ada orang lain yang mengetahuinya?

"Aku takut orang-orang akan mengira diriku monster jika aku menunjukkan kemampuan ini, jadi aku menyembunyikannya. Bahkan kedua orang tuaku tidak tahu akan hal ini."

"Jangan gugup, aku tidak bermaksud jahat. Aku pernah melihat kemampuan semacam ini sebelumnya." Yves berkata sambil mengangat bahunya, menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki niat jahat.

"Tapi ingat, jangan menggunakannya untuk menyakiti orang lain."

"Ya, siapa pun kamu, tolong jangan memberitahu rahasiaku kepada orang lain. Aku takut hal ini akan menyebabkan kepanikan." Charles yang sebelumnya terlihat muram dan khawatir sekarang menghela nafas lega.

"Tentu, pokoknya jangan terlalu gugup. Hei, kamu selalu bisa memperlakukanku sebagai teman."

"Memiliki seorang teman dengan kekuatan super juga keren." Kata Yves sambil tersenyum, tapi dia masih tidak berani berjabat tangan dengan pria itu.

*Cough*, Yves takut pikirannya akan dibaca oleh pria itu....