Aaaaggggrrrhhhhh
Teriakan ku cukup mengejutkan ku juga orang ini.
Aku kaget dengn tubuh polos ku yang tanpa sehelai benang pun dan banyak kiss mark di mana mana apalagi di bagian atas area sensitif ku.
Aku syok jantung ini sudah menyerupai gong bergema dengan sekali pukul. Bahkan bahu ku gemetaran melihat punggung pria itu.
Tapi perlahan ketakutan dan kekagetan ku meredup setelah pria ini berbalik dengan wajah tidur nya.
Ini harus bersyukur atau apa yang meniduri ku adalah Devan.
Dia lagi!!
" Apa yang kamu lakukan" Jerit ku malah beralih ke rasa amarah, kenapa disaat jadwal persidangan besok aku malah berhubungan intim lagi dengan dia! Dan aku benar benar tidak ingat bagaimana pergumulan panas kami.
Devan bangun mengerutkan alis nya, wajah nya masih sangat mengantuk. Tapi mata ku membulat melihat dadanya banyak kiss mark. Itu-
Air liur ku bahkan rasanya langsung kering itu kiss mark serasa baru. Apa itu aku pelaku ku nya?
Aku menggelelang syok. Tidak mungkin aku seperti itu. Rasanya aku sangat binal kalau akulah tersangka nya. Rasa gugup menyelimutiku.
" Kamu sudah bangun! " Ucap nya masih melindur, tapi sisi pandangan tajam Devan masih terlihat.
Aku berdecak kesal. Dan menarik bantal di belakang ku memukulnya berkali kali dengan bantal itu. Sampai ia benar benar tersadar dan bangun dengan wajah suntuk mendapat serangan brutal olehku.
" Kamu gila! Kita sudah berakhir! Dan Besok jadwal sidang cerai! Ini kenapa kamu dan aku di hotel " Maki ku ingin sekali menjambak rambut cokelat madunya.
" Apa kamu lupa! Kamu diberi obat perangsang sama orang! Untung aku menyelamatkan mu...
Apa...
Aku mencoba mengingat lagi terakhir yang mengajak ku bicara memang seorang pria asing dan setelah itu aku mabuk sendiri lalu-
" Oh- bagus lah.. Kalau kamu bantu aku lagi! Ini anggap service ucapan terimakasih ku" Kata ku kemudian tersenyum tipis. Aku rasa ini sudah sepadan dia membantu ku dan aku memberikan lagi tubuh ku. Aku tak mau ini menggoyahkan proses ku besok. Kalau ga di akhiri kisah ini hanya puter puter seperti rollercoaster ga ada titik akhirnya.
Devan menatap ku tajam. Aku mengabaikan nya dan menarik selimut ini untuk menutupi tubuh ku tapi ia menarik balik selimut itu, kulihat rahang nya mengeras. Kubiarkan ia menarik banyak selimut itu dan menjatuhkan selimut itu. Hingga tubuh ku terekspos dengan mudah. Aku merikuk menutupi dada ku dan milik ku. Meski percuma dia sudah melihat nya beberapa kali. Aku hendak melompat turun tapi perut ku malah di tarik seperti anak kecil.
" Stop..hentikan keliaran mu Alena... " Bisik nya dengan suara barriton yang berat ada kemarahan didalamnya, Nafas nya menggelitik telinga ku.
Aku berusaha menjauhkan tangan nya tapi seperti biasa tenaga ku kalah banyak.
Tangan nya bermain nakal di salah satu dadaku, sedikit banyak aku merasa gelisah. Takut dia akan membuat ku ingin meminta lebih. Hasrat kadang sulit dikendalikan dengan akal sehat. Apalagi hanya berdua.
" Kita sudah berakhir Dev. Apa kamu lupa aku bikin anak mu celaka! Apa kamu ingin aku melakukan yang lebih parah padanya" Aku mengancam nya nafas ku agak tertahan karena jempol nya menjepit puting ku. Aku meremas selimut dengan gemetar.
" Kamu sudah mendapat bukti yang kamu cari! Kamu tidak mungkin melakukan nya untuk kedua kali! " Sahut nya dengan liar malah menciumi punggung ku. Menjilati nya, lidah nya terasa panas dan membuat aku kalut lagi.
" Hentikan!! Kamu -
" Aku tidak bisa berhenti..." Devan membalik tubuh ku dan melumat bibir ku dengan rakus. Tangan nya membuka kedua kaki ku. Bisa kurasakan disana ada yang mengeras.
Aku menggeliat mengendalikan kedutan yang tak bisa di kontrol.
" Dev..
Nafas ku hilang lagi. Ia tidak membiarkan aku lolos.
" Tubuh mu selalu menginginkan aku Alena! Apa kamu lupa bagaimana aku memuaskan mu. Apa kita mengulangi nya dengan kesadaran mu kali ini" Bisik nya vulgar lalu menjilati pipi, telinga dan leher ku. Aku menggelinjang tak terkontrol.
Milik nya bermain di luar sana tapi sentuhan nya membuat ku nyaris memaksa pinggul nya mendorong miliknya.
Apa ia mau menyiksa ku dengan permainan gila nya.
Dan tubuh ku memang tak menolak dengan sentuhan dan cara nya membuat ku merasa puas beberapa kali. Tapi ini hanya di batas nafsu bukan perasaan.
Aku merasa lemas tak terkira setelah pergumulan panas kami entah yang keberapa kalau dihitung dengan malam tadi.
" Aku memberikan mu Bonus! Apa kamu sudah puas menjadikan ku partner seks mu " aku bicara seolah olah yang kami lakukan hanya dibatas kesenangan.
Suara ku masih lemas tapi niat ku tak tersulut dengan apa yang barusan kami lakukan.
" Apa sampai seegois itu kamu? Aku sudah melakukan segalanya! Apa tidak ada kesempatan sama sekali? Suara Devan juga tampam hilang hilang tentu ia sangat lelah, walau aku yakin ia masih bisa berdiri lagi seperti yang sudah sudah.
Aku hanya menatap dalam tanpa berkedip. Tanpa mengatakan iya pun aku tau dia mengerti arti tatapan ini sebagai jawaban atas pertanyaan nya.
Devan membuang pandangan nya kelain. Nafas nya agak memburu kali ini, aku tau dia marah. Ia bangun dengan setengah menyamping.
" Lihat mata ku Alena...
Ku melihat mata nya seperti suruhan nya hanya sepasang manik hitam yang sangat kusukai tapi suka melukai.
" Aku tidak mencintai mu Dev..
Lama ia diam dengan dada naik turun.
" Baiklah. Aku akan datang ke persidangam besok! Dan kita berakhir"
Mendengar itu aku rasa tak percaya dan tentu aku senang sekali. Jadi perpisahan ku dengan Devan akhirnya benar benat terwujud bahkan ini sudah keputusan bersama, tak ada lagi yang akan membebani ku.
" Apa lagi yang kamu harapkan??"
" Menghilang lah dari hidup ku! Kalau takdir mempertemukan. Kita hanya 2 orang asing yang tak mengenal"
Devan lama diam. Ada sorot terluka dari matanya. Tapi hanya sedikit. Kemarahan menguasai nya.
" Aku akan mewujudkan nya" Ucap nya dengan suara berat lalu ia bangkit dari sana memakain pakaian nya dan tak berbalik sama sekali kearah ku.
Itulah akhir dari pernikahan kami yang salah. Pernikahan atas dasar paksaan dan kekejaman yang ia sembunyikan. Sekarang pernikahan itu berkahir.
Aku melihat punggung lebar nya yang menyusul keluar dengan senyum yang mengembang. Akhirnya semua sudah selesai.
*
*
*
Dan semua ini benar benar terwujud. Devan menempati janji nya. Ia datang di persidangan dengan pengacara nya.
Bahkan ia banyak diam dan hanya dijawab pengacara nya
Pria itu tak sedikit pun melihat kearah ku. Ia seperti orang asing yang pernah aku lihat saat menikah dulu. Sangat dingin dan tak tersentuh.
Proses perceraian ini berjalan lancar tanpa sanggahan dan mediasi.
Devan mempercepat proses hingga ketuk palu terwujud.
Sekarang dia resmi jadi eks-husband ku.
Terakhir aku melihat ia di persidangan awal setelah nya ia hanya diwakilkan pengacara nya.
Aku tak pernah lagi melihat Devan hanya kedatangan Mami dengan sejuta tangis nya.
Singkat cerita aku dan Devan sudah selesai.
Dia juga menghilanng dengan Jeremy yang juga tak ada lagi di perumahan itu.
Aku penasaran dan mencari tahu pada Dave. Urusan ku dengan Dave masih berupa kemarahan nya.
" Untuk apa loe nyari Jeremy? Ga puas loe udah dapetin surat cerai" Damprat pria ini dengan keji. Bahkan ia memaki ku di cafe ini yang banyak pengunjung. Oke tak masalah selama ia merasa senang mempermalukan ku dan aku dapat informasi dari nya.
" Aku hanya ingin tahu keadaan nya saja" Jawab ku mengabaikan tatapan kesal nya padaku.
" Untuk apa? Apa loe mau kirim orang buat celakain dia?? Apa loe mau balas dendam dengan anak tak berdosa itu??
Aku menggeleng kuat kuat!
" Seperti yang kamu bilang aku sudah mendapatkan surat cerai aku salah memanfaatkan Jeremy! Tapi itu hanya sebagai batu loncatan agar aku selesai dengan Dev.
Aku tidak membenci Jeremy apalagi mau menyelakai nya lagi.
Aku melihat nya seperti aku saat kecil. Dia lebih menyedihkan.
Apa kamu tak cukup mengenal ku! Sampai menuduhku seperti yang di otak ku!
Aku kesini juga untuk menitip ini pada Jeremy! Kalau kamu ketemu, berikan ini."
Dave terdiam tapi wajah sangar nya Masih terpantry.
Ku ambil amplop besar berukuran 30x45 cm.
Aku membuat nya untuk Jeremy.
Hanya lukisan otodidak dan tidak ada nilai seni nya.
" Titip ini , ini kenang kenangan ku untuk dia" Kata ku lalu meletakkan amplop besar ke meja.
Aku berdiri dan segera meninggalkan Dave.
Kata-kata dan sikap sinis nya sedikit membuat cibitan di hati ku.
*
*
Sisa hari ku. Juga menyelesaikan Natasya! Dengan rekaman sewaktu dia datang dan menyerang ku! Membuat wanita ular itu di jemput polisi. Dia juga diproses mengenai tandatangan Papa yang ia ambil tanpa persetujuan awal.
Itu masih dalam proses hukum. Setidak nya aku membuat nya masuk jeruji karena penyerangan itu.
Saat aku mau berangkat kerja.
Kulihat Arya mondar mandir dengan bingung, ia mengenakan baju pramuka. Belum berangkat sekolah.
" Arya"panggil ku membuat nya tertegun sejenak.
" Iya mba.." Sahut anak ini telat.
" Papa dimana?"
" Ada di kamar" Jawab Arya lagi, aku berlalu tapi ia memanggil ku.
" Mba.. Apa Mama akan ditahan? " Tanya nya dengan nada ragu-ragu.
Aku tak langsung menjawab nya, ini tentu membuat Arya sangat terpukul. Bagaimanapun Natasya adalah ibunya. Dan dia anak yang baik. Juga adik ku.
" Masih proses hukum" Sahut ku.
" Apa Mba ga bisa tarik pengaduan mba?"
Aku menatap matanya. Mencari sesuatu. Kalau kalau ini trik Natasya untuk meminta ia membujuk ku.
Arya mendekat lagi. Mata nya berkaca kaca.
" Mba.. Apa mba bisa cabut laporan mba.. Aku sebagai anak Mama. Sangat menyesal dan minta maaf atas yang mama perbuat tapi-nk p ada
Arya menangis. Ia tampak malu juga tak bisa menahan tangis
" Aku ga mau Mama dikurung disana Mba.. Bisakan Mba kali ini maafkan dia! aku sudah terpukul dengan perpisahan Mama dan Papa lalu Mas Aldo dan Mama juga malah masuk jeruji.. Arya..
Arya membungkuk. Menarik tangan ku dan memegangnya erat. Rasa sakit dan kesendihan nya tersalur disana. Ia lalu membungkuk dan memohon.
" Arya.. Jangan begini!" Aku menarik nya lagi keatas.
" Aku tau kamu sedih dan syok! Tapi kamu juga pikirkan.
ini adalah yang Mama kamu tuai! Dia bahkan memberikan papa obat yang salah! Obat yang membuat nyawa Papa nyaris melayang! Tidak kah kamu berpikir kalau Mama kamu sampai setega itu! Membunuh suami nya sendiri, dan Ayah biologis kamu? "
Nastaya memang memberikan obat yang lain. Aku berhasil mendapat kecerahan dari saksi Bik Lilies yang melihat Natasya buru buru menyembunyikan sesuatu, saat ia masuk tanpa sengaja.
Hingga penyelidikan ku terungkap setelah Randy membantu ku meretas ponsel nya. Menemukan transaksi Natasya saat membeli obat melalui online. Dan setelah ditelusuri. Obat yang ia beli obat yang tidak boleh di minum oleh penderita gagal jantung. Inilah proses yang sedang di selidiki hukum.
Arya tak bersuara lagi. Ia tau kesalahan Mama nya sangat fatal.
" Aku akan mencabut pelaporan ku tentang penyerangan. Tapi tidak membebaskan nya jika ia terbukti bersalah karena mau membunuh Papa" Kata ku mengambil jalan tengah. Aku mengatakan nya dengan lugas. Arya menganggap ini pilihan terakhir ku. Ia mengangguk dan segera berjalan dengan mata kosong.
Aku kasihan dengan Arya. Tapi tidak untuk meluluhkan niat ku! Wanita itu melakukan banyak kejahatan! Biarkan hukum yang bicara itu hukuman sedikit dari apa yang ia perbuat padaku dulu.
*
*
*
Aku mendengarkan dengan seksama penjelasan Susan didepan sana. Ia baru persentasi dengan mitra kerja kami yang terbaru.
Presentasi Susan memang selalu mengesankan kan. Bahkan Mitra kerja kami tampak terkesan. Aku yakin penawaran kami akan di setujui.
Tiba tiba kandung kemih ku berkedut. Ini sudah beberapa kali aku buang air kecil.
Beruntung presentasi selesai dan aku segera kekamar mandi.
Aku kembali ke ruangan pertemuan dan membicarakan sebentar masalah kerja sama kami yang akhirnya di setujui. Sekitar jam 3 kami selesai
Lalu aku, Susan dan tim itu berakhir di restoran Korea.
Aku senang akhir akhir ini pekerjaan lancar, Devan sudah menghilang dari hidup ku. Kedekatan ku dengan Papa juga semakin baik.
" Lagi?
Susan memekik saat aku memesan makanan lagi.
" Kenapa? Kamu mau?" Tanya ku heran.
" Ga.. Len. Liat kamu aja aku sudah kenyang" Katanya ambigu. Aku lanjut bicara dengan waitress disana. Aku memang masih lapar, porsi disini sedikit jadi aku masih mau makan.
Susan lagi lagi menatap ku heran saat aku mengemil sesuatu.
" Apa sih? Mau?" Tanya ku kali ini saat kami makan di kantin kantor dihari berikutnya.
" Ga! Makan aja! Tapi Len..
Susan menghentikan mulut ku yang melebar saat mau memakan habis risoles di tangan ku.
" Malam itu??? Kamu mendadak ilang? Kamu yakin ga terjadi apa apa?" Tanya Susan hati hati.
" Malam yang mana?" Tanya ku heran.
" Malam kita clubbing... Malam perayaan Aldo masuk bui!
Aku membeo.. Lalu melihat nya tajam. " Kenapa kamu membahas nya?? Tanya ku merasa ditelanjangi dengan tatapannya.
Susan meminum jus apel nya dan melirik ku hati hati.
" Kamu.. Aneh saja. Banyak makan. Sering pipis, aku curiga..
" Hah. Apaan curiga apa??" Tanya ku dengan firasat tidak enak.
Susan meminta ku mendekatkan kuping.
Aku memajukan kepala ku. Hingga ia mengatakan 1 kata yang membuat ku mengulang dengan nyaring
" HAMIL"
ops..
Mata karyawan lain melihat asal suara ku dengan kaget dan bertanya tanya sedangkan Susan menutup matanya karena malu.
Wajah ku seperti nya menjadi pucat. Kulihat Susan dengan horor. Bukan karena apa aku bahkan merasa sangat was was.
Menstruasi ku memang tidak teratur tapi 4 bulan ini aku tidak dapat haid. Dan itu sejak kejadian di Bern, swiss. Dimana Devan memberiku minuman yang berisi obat.
Tapi aku tidak mendapatkan ciri-ciri hamil muda kalau aku benar benar hamil. Tidak ada pusing, morning sick. Atau mual mual.
Buku buku jariku memutih saat aku menggenggam tangan Susan, ada kecemasan juga yang ada.
" Len.. Kamu kenapa? Kamu baik baik saja? Tanya Susan cemas.
Aku menggeleng dan menatapnya nanar. " Aku takut kalau itu benar"
Kulihat Susan disana juga menahan nafas. Ia melihatku dengan getir.
*
*
*
" Selamat Bu! Bayi nya sehat ini sudah memasuki 15 minggu.
Kata kata dokter kandungan itu membuat ku linglung.
" Hamil Dok? Tapi saya ga ada mual-mual, pusing atau" Aku melihat Dokter dengan bingung.
" Iya Bu, setiap kehamilan berbeda beda" Jawab Dokter ini dengan senyum lebar. Berbeda dengan hati ku yang serasa tak bernyawa.
Bahkan Susan terlihat was was melihat ku berjalan seperti orang bodoh. Aku berhenti di salah satu bangku taman rumah sakit.
Aku hamil.
Itu kenyataan
Aku janda
Itu fakta kedua
Aku hamil yang tak diketahui dengan suami yang aku cerai sendiri.
Itu kenyataan dan fakta tak terhindar
Jadi...
Rasanya aku ingin tertawa terbahak bahak disini. Lalu menangis tanpa kenal waktu.
Aku baru mendapatkan kebebasan ku. Sekarang aku hamil???
" Lena.. Apa sebaiknya kamu kasih tau Devan?
Mendengar nama Devan membuat ku tertegun, menatap Susan dengan aneh disana seolah nama itu orang baru.
" Lena.." Panggil Susan melambaikan tangan nya berkali kali.
" Tidak! Ini anak ku! Dia tidak akan pernah tau ini anak nya!" Kata ku dengan yakin. Aku tak ingin Bapak anakku tau aku mengandung anak nya.
Susan meraih tangan ku dengan lembut.
" Tenang kan diri kamu Alena. Aku akan menemani kamu.. Dan mensupport apa yang kamu pilih" Ucap nya membuat ku tak bisa membendung air mata.
*