webnovel

Marriage in lost Memories

Hidup ku seperti potongan puzzle Banyak nama yang aku hapus dalam memori ku, otak ku menolak mereka yang pernah menyakiti ku dan sekarang mereka muncul satu persatu. Salah satunya adalah Devan-suami ku! Suami dalam pernikahan berlatar bisnis ini. Dan dia-J juga kembali dari koma mencoba membawa ku kembali dalam kehidupan nya! Saat kenangan itu kembali bisakah aku menerima mereka kembali.

Daoist253276 · Sejarah
Peringkat tidak cukup
74 Chs

Empat Puluh Tujuh

Author pov...

Susan dan Nita balap balapan berlari di lorong Rumah Sakit, mereka baru dapat kabar sekitar jam 3 dini hari.

" Aah capee bangeed.. " Nita berhenti sambil menyandarkan bahunya ke dinding Rumah Sakit. Bahu nya naik turun dengan nafas yang memburu liar.

" Aku ga sanggup! Kamu duluan deh! Nanti aku nyusul" Nita nyerah dan membiarkan Susan mendahului nya.

Nita mengatur Nafasnya dengan susah payah. Hingga matanya menangkap Rudy yang berjalan di lorong, pria itu masih mengenakan baju yang sama, Smartphone nya menempel di telinga sehingga tidak melihat saat melintasi Nita.

Nita mendecih "ooh.. Begini ya mengacuhkan ku! Setelah apa merenggut kesucian bibir eksotis ku"

Nita bangkit dan mengikuti kemana teman kencan nya dari beberapa jam yang lalu itu berjalan, dan berhenti di belakang pot bunga, saat Rudy berhenti tak jauh dari nya bersembunyi.

" Pesawat nya sudah siap? Baiklah. Setengah jam lagi kami tiba disana! " Kata pria itu lalu memutuskan telepon.

Ia membuang nafas panjang. Tampak sangat kelelahan lalu telepon nya kembali berdering, Rudy segera mengangkatnya. Dibelakang Nita menajamkan kuping dengan baik dan benar.

" Hallo"

Beberapa detik Rudy hanya mendengarkan penelepon disana.

" Bukan nya sudah saya bilang! Pasokan ASI nya harus banyak! " Pria ini tampak marah.

Nita menutup mulut nya kaget. Yang ia dengar seperti berita buruk. Ia tau persis apa itu ASI. Apakah yang menelepon itu istri nya? Rasanya hatinya mendadak ngilu. Rasa sakit yang luar biasa. Pria yang berciuman dengan nya ternyata pria beristri dan sudah punya bayi!! Ia segera keluar dari persembunyian nya dengam emosi yang siap meledak.

" Wohoooo hebat hebat sekali" Tawanya sambil bertepuk tangan.

Rudy kaget dan berbalik. Wajah nya tampak syok saat melihat siapa yang dibelakang nya.

" Kamu mempermainkan ku! Ha!" Nita yang marah menarik kedua sisi lengan baju nya. Mengambil kuda kuda ingin mehajar Rudy.

" Apa maksud mu?" Rudy bingung dan juga takjub melihat wanita ini mau menyerang nya.

" Yang kudengar apa mau di elakkan lagi! Kamu sudah beristri dan punya anak! Kamu pria pecundang Rudy! " Jerit Nita membuat perawat-perawat di meja sana menoleh. Apalagi lorong rumah sakit sangat sepi. Suara Anita jelas terdengar.

Rudy gelabakan dengan tingkat emosional perempuan ini yang tampak mengerikan dari majikan nya saat marah.

" Kamu jangan bicara yang bukan bukan! Tadi itu-, " Ia nampak bingung sendiri dengan kalimat nya, sedangkan di depan sana macam betina siap menerkam nya.

" Mau ngeles lagi! Yaa kamu pria baj*ngan.."

" Bruk"

Nita langsung menedang selangkangan Rudy tanpa ampun. Hingga ada bunyi krek seperti telor yang pecah. Wajah Rudy langsung membatu saat itu juga. Merasakan bagaimana barang berharga miliknya di hajar seorang gadil labil. Rasanya sungguh luaar biasa. Sakit tingkat tinggi.

" Haha rasa kan itu! Makanya jangan ngibulin cewek" Umpat Nita lalu mendorong Rudy yang tak sanggup bersuara lagi dengan telunjuk nya. Pria itu jatuh seperti sebongkah karung beras, dengan puas Nita ngacir dari sana segera meninggalkan Rudy yang sontak langsung gulung gulung kesakitan diselasar Rumah sakit, suara nya meraung menggema nyaring.

*

*

Susan menerima pesan dari Alena. Ia tidak langsung menuju ruang Alena di rawat. Tapi ke ruang tempat Devan di Operasi.

Ruangan Operasi tak begitu jauh dari perawatan Alena. Hanya saja di dekat ruangan itu tampak beberapa penjaga yang berdiri tegap dan ada seorang pria lain dengan rupa mirip seperti Devan, awalnya ia mengira itu adalah Devan hanya saja ada yang berbeda. Kemiripan yang tak terlalu banyak lagipula rambut pria itu cepak. Jelas bukan Devan. Itu pasti saudara Devan yang pernah Alena ceritakan. Yang dulu adalah sahabat kecil Alena.

Kedatangn Susan membuat banyak pasang mata disana mengawasi.

" Excuse me.. Aku Susan" Susan berdiri di depan Dave dan mengulurkan tangan.

Dave disana yang dilanda kecemasan mengangkat kepala dan melihat wanita bertubuh tinggi kurus ini mengulurkan tangan. Ia lalu mensejajarkan diri dan membalas uluran tangan Susan.

" Dave"

" Maaf Ganggu! Bagaimana keadaan Devan. Apakah operasi nya sudah selesai?" Tanya wanita ini lugas.

" Loe siapa nya Devan?" Tanya Dave mengawasi sambil memasukan kedua tangan nya ke saku. Alis pria inibbertautan, wanita berkulit hitam manis ini terlihat santai.

" Aku teman Alena! Sorry jangan marah dulu! Aku tau ini kondisinya seperti ini! Tapi pliss mengerti di posisi Alena" Kata Susan mencoba mencairkan suasana pria didepannya ini. Menyebut nama Alena langsung mendapat respon dingin oleh Dave.

" Katakan ada apa!" Nada Dave juga tak terlalu bersahabat.

" Aku hanya ingin tau keadaan Devan, apakah operasi nya berjalan lancar?" Jawab Susan dengan nada cemas.

" Operasi nya sudah selesai! Tapi masih krisis. " Jawab Dave.

Susan sedikit lega mendengarnya, setidak nya Devan masih hidup.

" Begitu! Syukurlah. Aah maksudku syukur dia sempet tertolong. "

Dave ingin menyahut tapi kemudian di depan sana terlihat Rudy yang datang dengan jalan sedikit ngakang, ia tampak kesakitan disana dengan wajah sepucat pasi.

Rudy membawa beberapa orang berpakaian putih-putih seperti para tim dokter.

" Sekarang?" Tanya Dave mendapat sinyal dari Rudy.

Rudy mengangguk.

Lalu penjaga disana membuka pintu operasi. Dave dan Rudy segera masuk beserta para pria dengan jas serba putih.

Apakah Devan sudah mau dipindahkan ke ruang perawatan. Susan menebak nebak dan menunggu cukup lama disana.

Saat itu ponsel nya bergetar.

Ada pesan masuk dari Alena.

" Bagaimana?"

" Dia selamat, ini mau dipindahkan" Balas Susan, lalu pintu disana dibuka. Muncul Rudy, Dave dan yang lainnya. Tampak juga ranjang beroda itu keluar dimana ada Devan masih belum sadarkan diri juga wajahnya tertutup alat medis.

Mereka bergerak sangat cepat. Susan segera beranjak tapi langkah nya tertahan penjaga yang mengawal Devan.

" Maaf Nona! Anda dilarang mengikuti" Kata pria bertubuh kekar itu.

" Apa! Dia mau dibawa kemana?" Panik Susan merasa ada yang aneh dengan penjagaan orang orang ini.

Penjaga ini tidak menjawab hanya terus menahan Susan agar tidak menerobos, sementara di depan sana mereka membawa Devan dengan sangat cepat.

Susan tau apa yang ia lakukan ia mundur. Tapi langsung menghubungi Alena.

" Iya sus"

" Len! Devan di bawa pergi dari Rumah Sakit ini! Aku ga bisa mengejar, penjaganya banyak banged" Seru Susan membabi buta.

Tak ada sahutan. Telepon putus saat itu juga.

Disisi lain Alena yang mendapat telepon dari Susan segera melepas infus nya  nyeri jarum terlepas ia abaikan walau sakit nya bukan main. Dengan cepat ia turun dari ranjang.

" Mba Apa yang kamu lakukan... " Kaget Arya melompat kaget melihat kakak nya ini bertindak seperti itu.

" Aku perlu kursi roda Arya" Seru Alena memerintah.

Arya yang bingung ikut gelabakan. Alena tidak bisa menunggu. Ia mencoba berjalan tapi langsung luruh. Kaki nya kebas karena rasa lelah  yang luar biasa.

Melihat itu Arya panik dan segera keluar dari sana. Mencari meja perawat dan berteriak minta kursi roda.

Ia bersisian dengan Jordan dan juga Nita yang sudah mendekati ruangan Alena.

" Ada apa?" Jordan mengerinyit, lalu ia bergerak cepat menuju ruangan Alena. Wanita itu mencoba bangun dari ranjang.

" Apa yang kamu lakukan"  Jordan menghambur membantu Alena bangun. " Aku perlu kursi roda" Sahut Alena tertatih.

Jordan menatapnya bingung.

" Atau bantu aku keluar" Pinta Alena lagi.

Jordan menggeleng tentu saja ia melarang wanita ini keluar  dalam keadaan masih lemah seperti itu.

Dan saat itu Arya muncul dengan kursi Roda berbarengan dengan Nita yang kaget dengan keributan adik sahabatnya itu membawa Kursi roda seperti kebakaran jenggot.

" Bantu aku duduk disana" Kata Alena melewati Jordan. Ia berjalan pincang walau tampak sekali goyah.

Arya memegang kursi roda dengan sigap sedangkan Anita segera memapah Alena untuk duduk disana.

" Alena.. Kamu-

" Dorong aku dengan cepat keluar sebelum Devan pergi" Pinta Alena disana dengan agak berteriak. Sehingga Nita maupun Arya rebutan mengambil pegangan kursi roda.

" Biar aku! Tenaga ku lebih cepat " Koar Nita yakin mengambil alih dan segera memutar haluan. Mendorong kursi roda dengan sekali dorong.

Sementara itu Jordan terdiam sekian detik. Wanita ini mau mengejar Devan? Ia tau kalau Devan akan di bawa kemana. Ada rasa sakit yang ia rasakan! Melihat Alena masih memperdulikan Devan seepeti itu.

Ia meyakini diri kalau Alena hanya merasa bersalah sudah melukai Devan.

" Itu mereka! Lebih cepat lagi Nit" Teriak Alena dengan kegugupan luar biasa, kedua tangan nya berpegangan kuat saat roda itu di pacu kencang oleh Anita.

Didepan sana tampak orang orang menggerumbungi sebuah ranjang yang di dorong sangat cepat. Mereka meluncur tanpa hambatan apalagi jam itu masih sangat minim pengunjung lain.

" Itu Rudy, itu mereka" Kata Nita heboh.

" Berhenti... Tunggu..." Teriak Nita mewakili. Suara nya nyaris seperti toak. Membuat mereka yang disana berhenti sejenak lalu menoleh kebelakang.

Hanya tinggal beberapa meter saja Alena bisa menyusul. Tapi didepan sana ranjang itu kembali di dorong. Menyisakan Dave yang berjalan berlawanan, mengarah pada Alena.

Nita kembali melorot setelah langkah nya terhenti di cekal oleh Dave. Rasa lelah yang luar biasa membuat wanita ini ngos ngosan.

" Dave? Devan bagaimana dan mau dibawa kemana? Tanya Alena tampak bingung. Ia bahkan menjalankan roda nya untuk terus menyusul.

Tapi kaki Dave menahan nya.

" Tidak sesuai harapan loe! Dia masih hidup! "

" Aaaku tidak berharap dia meninggal Dave!" Sela Alena merasa tertuduh, dan tersingguh dengan perkataan Dave.

" Ya oke! Anggaplah begitu! Tapi loe tenang aja dia ga papa! Cuman untuk saat ini dan seterusnya gue yakin dia dan elo takkan berhubungan lagi! Loe sekarang tenang! Dia ga bakalan ganggu hidup loe lagi" Ucap Dave lugas. Alena menatap Dave dengan tatapan kosong.

" Apa maksud nya?"

" Kalian sudah berakhir! Penebusan dosa nya sudah dia lakukan dan setelah ini dia tidak akan muncul lagi! Okey! "

Alena terdiam mencerna kata-kata Dave. Hingga pria itu berlalu begitu saja.

" Apa kita kejar Len? Tanya Nita masih kembang kempis nafasnya.

Nita menggeleng yang disampaikan Dave barusan seperti kata kata Devan sebelumnya.

Pria itu mengatakan kalau jejak nya akan hilang setelah ini.

Jadi inilah akhir dari ia dan Devan.

Alena tersenyum singkat! Harusnya ia bahagia bukan. Pria  itu keluar juga dari hidup nya.

Hanya saja ia tidak paham yang terasa sakit di dadanya ini apa artinya.

*

*

*

Diatas meja tampak kalendar meja dengan 1 tanggal yang terlingar oleh spidol merah. Itu acara pernikahan yang akan berlangsung 2 hari lagi dan pesta perkawinan  besok malam nya.

Sudah 5 hari berlalu sejak kejadian itu.

Tak ada lagi kabar dari Devan. Susan dan Nita menebak Devan di bawa ke luar Negeri, London sesuai informasi yang mereka dapat dari Rudy, dan itu menjelaskan kalau malam itu memang sudah di rencanakan Devan. Dan juga menutup dugaan mereka tentang siapa pelaku di balik kejadian Alena.

Susan melangkah menuju kebun belakang. sejak kejadian itu Alena banyak mehabiskan waktu nya di kebun bunga yang hanya berukuran minimalis. Tangan nya mengangkat sebuah paket bunga yang baru datang didepan sana.

" Hey.. Ini bunga baru! Mau di taruh dimana?" Tanya Susan, tapi empunya disana tampak sibuk membersihkan daun daun kering disetiap tangkai. Alena rupanya tak mendengar, atau pikiran nya kembali berada di lain tempat.

Susan mendekat lebih dekat dan mendehem, baru wanita itu menyadarinya.

" Nih baru datang. Mau diapakan?" Tanya Susan mengangkat pot bunga itu lebih tinggi.

Alena mengambil bunga itu dan meletakkan nya di kumpulan baby bunga.

" Len... 2 hari lagi kamu resmi jadi nyonya nya Jordan lho! Tapi kok rasanya kamu ga bernyawa gini! Apa ga bisa diundur dulu! Kayak nya kamu belum siap" Koar Susan disana sambil bersedekap.

Alena lagi lagi tak menjawab.

" Alena.. Kamu dengar kan??" Ulang Susan sedikit cemas.

Alena menoleh padanya" Emang apa bedanya di undur ato ga?" Tanya nya balik.

" Setidaknya kamu bisa menyiapkan diri dan keputusan mu lebih mantap kan!"

Wanita itu melihat ke atas sebentar seolah berpikir. "Bahkan aku berharap acaranya hari ini! Semua nya akan berlalu seiring nya waktu kan! Aku ingin secepat nya mempersingkat waktu dengan kehidupan baru"

Hanya suara tarikan nafas Susan. Ia hanya menganggap Alena menjadikan pernikahan nya sebagai pelarian, dan itu sama saja tidak bagus. Pernikahan bukan hal yang bisa di main-mainkan. Walau ia berharap Alena bisa bahagia setelah menikah nanti.

" Aku ga tau ini masih penting apa ga! Tapi ada hal yang ingin aku sampaikan Len.. "

Alena menunggu apa yang ingin sahabatnya itu sampaikan.

" Tapi bukan disini! "

*

*

*

Susan, Nita dan Alena duduk bersebrangan di kantor ditemani minuman dingin, kopi dan beberapa cemilan.

" Kenapa pembicaraan nya harus ke sini? Bukan ke cafe aja sekalian " Komentar Nita sambil mengabil kripik singkong diatas meja.

" Biar lebih extrem. Anggap aja ini markas kita" Sahut Susan lebih klasik membuat Nita terperogoh tidak percaya. Apa mereka memang lagi peranin detektif-detektif an. Ia mau ketawa tapi ngikut aja. Kadang sifat misteri Susan karena ini ada jiwa detektif nya.

" Hmm baiklah.. Mungkin kita bisa jadi penerus Charles Angel's " Celetuk Nita mengambil posisi santai.

" Jadi apa yang ingin kamu sampaikan Sus" Tanya Alena kemudian.

Susan mengatur posisi senyaman mungkin.

" Sebenarnya hari itu aku dan Nita ga ke Kota Tua! Aku mengatur rencana untuk mencari tau tentang kematian bayi kamu Len!

Mendengar pembahasan itu Alena tampak gusar, ia lebih menghindari topik yang membuat nya kembali sedih.

" Aku mengatur pertemuan Nita dengan Rudy! Dan ini yang aku dapatkan" Susan menyerahkan video rekaman layar yang masih ia simpan.

Itu isi pesan Devan pada Rudy! Kamu tau kan Rudy adalah kaki tangan Devan"

" Ya Rudy itu laba laba, pria laba laba beracun" Celetuk Nita sebal. Susan hanya melototi nya.

Alena menerima ponsel itu dan menekan tanda segitiga di layar.

Matanya turun membaca isi pesan itu. Tak banyak yang membuat menarik. Sebagian pesan Devan tentang pekerjaan hingga jarinya kembali mengulang rekaman ke detik sebelumnya.

" Apa kamu nemuin obat yang sama pernah kamu minum? "

Alena mengangguk.

" Aku udah nanya ke Eric itu obat apa! Kamu pasti kaget! Itu obat ilegal yang biasa dipakai Negara Rusia. Obat itu memicu halusinasi, delusi dan ketakutan yang berlebihan."

Alis Alena berkerut. Tentu ia kaget dengan informasi itu. Itu obat vitamin semasa kehamilan nya yang terakhir ia minum sebelum kejadian itu.

" Dan tentu nya dampak nya juga ga baik untuk bayi kamu. Bisa menyebab kan kontraksi hebat" Sambung Nita denga suara penuh dramatisir.

Alena makin kaget, mata nya berputar ke kanan ke kiri. Jadi Obat itu yang menyebabkan ia kehilangan anak nya.

" Obat itu semakin  bekerja saat penyerangan dari perusahaan kan. Terus tidak sengaja kamu ketemu dengan Devan. Dan ia mengatakan sesuatu yang membuat kerja obat ini semakin efektif. Secara langsung kebencian mu pada Devan menciptakan delusi dan ketakutan berlebihan. Dan juga-

Susan menarik nafas sejenak, ia terlalu bersemangat menyampaikan.

" Boneka bayi yang kamu terima waktu itu hanya halusinasi! Kami tidak menemukan apa apa sesuai jabaran mu. Itu hanya halusinasi yang kamu cipkatan sendiri!!"

Tangan Alena tampak gemetaran. Penjelasan  Susan  tentu mengguncang perasaan nya. Mengingat bagaimana reaksi obat itu memang membuat nya nyaris gila karena rasa takut luar biasa. Setiap malam mimpi yang sama dimana Devan menembak kepala bayi yang baru ia lahirkan.

Suara Susan membuat kua tersadar dengan saat ini.

" Dan aku sudah mencari tau perusahaan dVV itu. Nama penanggung jawab nya memang Rudy Situmo tapi, setelah aku minta foto orang nya. Orang nya bukan Rudy gebetan Nita"

Nita mendelik mendengar nama nya disebut " Jangan kaitan aku dengan pria pembohong itu"

Susan nyengir lalu menoel dagu Nita yang cemberut.

"Udah kamu lanjutin penjelasan mu sana"

Susan hanya tertawa singkat ia mendehem sebentar

" Jadi begitu cara Devan membunuh anak ku! Dengan obat itu!!" Pekik nya lalu pipi nya basah dengan air mata.

Nita menggenggam tangan Alena untuk menenangkan nya.

"Jujur aku masih meragukan nya len.." Ucap Susan dengan suara pelan seolah berbisik.

" Coba kamu perhatikan rekaman pesan itu.

Devan mengirim foto jenis obat itu pada Rudy tanggal nya sama saat kamu mengalami kejadian malam itu. Menurut ku itu aneh.

Walau disana tak ada pesan yang harus Devan perintahkan. Kalau asumsi ku sih  Devan mengetahui obat yang kamu minum terus ia mengirimi Rudy buat menyelidiki obat itu. Berbeda kalau foto obat itu ia kirim 1 atau 2 minggu sebelumnya." Papar Susan panjang lebar.

" Dan itu yang membuat Devan ada di lokasi kecelakaan! Ia mengetahui obat itu dan mencoba melindungi mu Alena..."

Nita bertepuk seru. " Waaah bravo Sus.. Penjelasan mu masuk akal tapi bagaimana dengan pengakuan Devan! Dia sudah mengakuinya kan!!"

Susan menarik punggung nya kedepan " Itu dia aku bingung. aku sudah mencari tau perusahaan dVV itu. Nama penanggung jawab nya memang Rudy Situmo tapi, setelah aku minta foto orang nya. Orang nya bukan Rudy gebetan Nita"

Nita mendelik mendengar nama nya disebut " Jangan kaitan aku dengan pria pembohong itu"

Susan nyengir lalu menoel dagu Nita yang cemberut.

"Udah kamu lanjutin penjelasan mu sana"

Susan hanya tertawa singkat ia mendehem sebentar " Len.. Aku rasa penyerangan perusahan kemaren itu direncanakan oleh pihak lain deh, mereka mengatur agar kamu membenci nama nama di balik itu. Waktu nya juga pas kan saat kamu ketemu Devan di bioskop!"

" Apa mungkin paman nya Jordan?, kan dia yang mengirim Truk itu. Tebak Nita.

Tersangka lain yang masuk katagori dan sangat kuat tentu Hitler, paman nya Jordan.

" Kalau aku jadi Hitler! Aku ga perlu drama drama an buat Alena mengkonsumsi obat delusi dulu, terus keguguran dan langsung menghantamnya dengan truk! " Sahut Susan sambil mengesap cola cola nya.

" Iya sih! Toh dia bakal menggilas Alena langsung sih! Iiih kok ngeri banged ya.." Nita menggosok leher belakangnya yang terasa merinding. Rencana pembunuhan Hitler sangat kejam.

Ketiga nya diam beberapa saat. seolah yang mereka bicarakan berkecamuk di pikiran masing masing.

" Len kamu ingat siapa yang menebus obat nya waktu itu?"

Tanya Susan kemudian.

Alena mengangguk. Tentu ia ingat waktu nya masih baru. Itu malam saat ia ketemu dengan Dave " Jordan yang menebusnya"

Susan dan Nita berpandangan, entan kenapa nama Jordan seolah memenuhi kriteria pelaku lainnya.

" Apa mungkin yang melakukan nya Jordan!" Seru Nita asal ngomong. " Eh ga mungkin ya kan itu anak nya dia! Ga mungkin ia mengebunuh anak nya sendiri" Nita mendengus panjang lalu memukul jidatnya sendiri, menganggap asumsi nya tidak masuk akal Berbeda dengan Alena dan Susan yang bereaksi beda. Jelas mereka tau itu bukan anak Jordan.

Alena menggeleng kuat kuat, menepis asumsi Nita" Ga mungkin J melakukan nya. Dia sangat peduli dengan kehamilan ku, sayang pada kami berdua bahkan menganggap bayiku adalah bayi nya"

Mata Nita melebar tidak percaya apa yang baru ia dengar, fakta bahwa bayi itu bukan darah daging J, ia menoleh pada Susan dengan horor seolah kesal kalau ia tidak tau hal itu.

" Jangan berprasangka dulu Len, kita bantu selidiki ya.. Kamu jangan nuduh Jordan dulu" Ucap Susan mencoba menenangkan Alena yang tampak terpukul. Alena menganguk angguk dengan tatapan nanar.

" Kamu ingat kan tanggal berapa kamu periksa kandungan saat mendapatkan obat itu? Aku minta bantu Eric buat minta riwayat medis kamu di dokter kandungan yang menanganimu Len. Sesuai apa ga resep dengan obat itu. Tapi jelas ga kali ya. Mana ada dokter kandungan memberikan obat berisi racun.

Tapi ga salah nya sih kita coba. Soal nya ga tau siapa yang ingin berniat jahat. Nah nanti juga aku minta Eric minta cctv pengambilan obat itu. Siapa yang menerima dan yang memberikan. Lebih tepat nya isi nota juga akan di sesuaikan! Kalau sesuai tidak menutup kemungkinan Jordan yang menyusupkan obat itu " Ucap Susan panjanh lebar dengan kalimat akhir yang hati-hati.

" Setuju" Seru Nita paling semangat.

" Jendral Susan memang hebat!, aku brasa jadi detektif sungguhan?!

Susan hanya meringis melirik pada Nita. " Jendral-jendral! Itu Noh Rudy kemaren kamu apain? Dia jalan nya kayak habis di sunat? Desas desus yang aku dengar di meja perawat ada cewek yang nendang selangkangan pria. Jangan jangan itu kamu ya Nit?" Tuduh Susan.

Nita mengendikan bahu " Itu balasan buat pembohong seperti dia! Masih untung telor nya doang retak. Kalau burung nya aku sembelih..

Mendengar itu Susan geleng geleng kepala. " Emang dia bohongin kamu apaan? Perasaan muka nya alim gitu!!"

" Tau ah! Aku paling anti sama cowok beristri! Apalagi dia baru punya baby.. Ihk ga banged!!" Gadis berambut sebahu ini mengibaskan rambutnya dengan gerah.

" Punya baby? Rudy? Serius" Susan syok meletakkan kembali ponsel nya. Nita mengangguk, mengingat itu ia jadi kesal sendiri.

" Tau dari mana Nit?"

" Aku dengar sendiri Sus! Waktu itu ga sengaja aku nguping pembicaraan nya saat ada telepon masuk kan. Katanya kenapa pasokan ASI nya ga banyak! Nah tu kan! Apaan lagi kalau bukan Susu Ibu! " Nita menceritakan dengan mengebu ngebu.

" Tapi Rudy masih single Nit" Kata Alena meyakin kan, perdebatan kedua sahabat nya sangat keras mengganggu pikiran nya yang mencoba bercabang.

" Yaa status single tapi punya baby! Itu lebih parah kali Len" Koar Nita merasa topik itu membuat nya naik pitam saja.

" Baby! Rudy punya baby? Rasanya aku ga yakin deh! Mungkin bukan anak nya! Anak sodara nya atau siapa gitu"

Nita melipat tangan nya dengan mood buruk" Ga tau deh, kalau ketemu pagi burung nya beneran mau aku sembelih! Sumpah!!"

Alena terdiam merenung, membahas topic bayi membuat nya kembali ingat bayi nya. Kalau saja bayi nya masih hidup mungkin juga ia tak perlu merasakan sakit di kedua payudaranya. ASI yang Nita bahas juga mengingatkan bagaiman banyak nya air susu yang harus ia tampung setiap kali payudara nya penuh. Hal itu kembali membuat nya sedih, tapi ada yang menyusup masuk. Rudy itu kaki tangan Devan. Hampir kehidupan nya berada di sebelah Devan. Bahkan ia gau Rudy sangat minim wanita karena terlalu patuh pada perintan Devan. Kalau menilik ada kehidupan lain Rudy tentang bayi. Ia mengira ngira bayi itu ada hubungan nya dengan Devan.

Apa mungkin bayi nya masih hidup dan di bawa kabur oleh Devan. Karena itu ia melakukan pengakuan yang masuk akal????

Tangan Alena semakin dingin. Menduga duga hanya akan membuat haralan palsu yang membuat nya kembali di terjang rasa sakit. Tapi di sisi lain rasa keibuan nya muncul. Seolah bayi nya memang masih hidup.