webnovel

Kekalahan

Suara pertempuran di atas tembok mulai meredup dan di waktu itu juga Veus memimpin sisa pasukan masuk ke dalam kota. Dia meraba-raba selama pertempuran berlangsung dan mencari waktu yang tepat untuk menggerakkan seluruh pasukan. Walaupun dia melihat Voran tertahan dan berhadapan dengan tiga Kultivator. Ia tidak segera bertindak, melainkan membaca situasi di sekitarnya.

"Kultivator! Hanya Sang Raja yang bisa menggerakkan mereka selain dari hati mereka sendiri. Ini bisa menjadi pertanda jika Sang Raja telah ikut serta dalam pertempuran itu. Ada dimanakah dia? Di atas sana atau bertarung di dalam kota?" Veus berkuda sambil memikirkannya.

Mayat memenuhi sepanjang jalan kota dan mayat-mayat itu merupakan mayat para prajurit serta penduduk yang mengangkat senjata ataupun mereka yang terjebak dalam pertempuran. Bau darah dan mayat memenuhi seluruh kota. Udara memadat dan mendekat di seluruh jalan di kota. Gemuruh langkah kaki para prajurit dan pertarungan mereka menggetarkan hati setiap penduduk.

Westian bertahan menghadapi puluhan prajurit dan mengayunkan pedangnya dengan ganas. Belasan kepala melayang dan tubuh para prajurit roboh di sekitarnya. Dia berdiri dengan tenang dan di belakangnya benar-benar kosong tanpa ada seseorang pun, sedang di bagian depannya hanya ada kematian. Sehingga, seluruh pemandangan di tempat itu saling tumpang tindih.

Voran terus bertahan dari gempuran tiga Kultivator yang kuat itu. Dia mengambil posisi bertahan selama mungkin sambil menyerap Ki sebanyak mungkin. Begitu dia merasakan ada desakan di dalam benaknya, ia tahu waktunya untuk mengambil sikap telah datang. Dia memutar pedangnya dan mengecoh mereka dengan gerakan itu sebelum melepaskan serangan mematikannya. "Fist of The Dragon : Sky Clearing."

Cahaya hitam yang menyelimuti tubuhnya segera berubah bentuk menjadi naga dan menghantam mereka bertiga. Serangan yang begitu kuat menghantam tubuh mereka dan mengirim mereka terbang beberapa meter jauhnya. Namun, Voran sendiri tak berada dalam posisi baik, wajahnya sedikit memucat setelah menggunakan teknik itu.

"Aku terlalu banyak menyerap Ki tidak murni ini. Aku harus berhati-hati sekarang. Sudah berada di ambang rupanya. Tenang … aku harus tenang!" Voran bergumam sesaat setelah dia memeriksa kondisi lawannya dari kejauhan. Tak ada satu prajurit pun di sekitar mereka dan ruang kosong yang tak berbentuk terlihat jelas di bawah kakinya.

Dia tak tahu apakah mereka masih hidup atau tidak. Namun, dengan serangannya yang dipenuhi dengan Ki tidak murni itu. Seharusnya mereka terluka parah jika tidak mati. Voran tak memeriksanya secara teliti karena dia merasakan ada aura yang jauh lebih kuat dari mereka bertiga. Voran merasa jika mereka bertiga tak lagi menjadi ancaman. Setelah merasakan ada desakan di dalam dirinya dan hal itu semakin kuat. Dia tidak menghentikannya dan memperkuatnya.

Semakin dia menyerapnya semakin dia tertindas dan tertekan. Namun, dia menggertakkan giginya. Meski perasaan itu terus menghimpitnya, Voran tak memusingkannya. Dia tahu jika kekuatan inilah yang akan membawanya menuju ke titik tertinggi dan rasa sakit ini menjadi satu-satunya penghalang yang harus dia hadapi sepanjang waktu.

Setelah merasakan adanya peningkatan Ki yang beredar di sekujur tubuhnya. Voran segera menghentikan penyerapan itu. Meski belum menembus tahap kedua. Dia sudah mendekatinya. Begitu dia menyelesaikannya. Seketika itu pula dia memuntahkan seteguk darah berwarna hitam pekat dan pori-pori tubuhnya membesar dan mengeluarkan cairan berwarna hitam. Matanya memutih lalu kembali normal dan berulang untuk beberapa kali.

Westian terus menghabisi prajurit yang mencoba peruntungannya dengan menyerang dirinya. Hujan darah ia buat dan gunungan mayat menjadi pemandangan di sekitarnya. Langkahnya pelan dan mantap, tapi di setiap langkah yang dia ambil, selalu muncul mayat dengan tubuh yang tak utuh. Pedang di tangannya tak berhenti menyebabkan kematian dan memotong tubuh para prajurit. Westian bergegas ke arah Voran yang baru saja mengalami suatu peristiwa yang tak biasa.

Westian tak banyak berulah saat dia bergerak mendekati Voran. Dia mengabaikan mereka yang tak mencoba menyerangnya. Namun, untuk setiap prajurit yang mencoba untuk mengujinya dengan cara menyerangnya, ia tak ragu untuk membuat hujan darah. Pandangan matanya hanya tertuju pada Voran yang mulai masuk dalam jarak pandangnya. Ketika dia merasakan getaran tertentu dari Voran, ia tahu jika Voran sedang melalui sebuah proses terobosan yang menyakitkan.

"Ugh!!" rasa sakit di dadanya semakin membuat dia tertekan. Voran tak tahu mengapa rasa sakitnya terus bertambah dan tak menurun. Ini sangat berbeda dengan apa yang dia lalui beberapa waktu lalu. Saat-saat dia menerobos, udara di sekitarnya menjadi lebih padat dan berkumpul di tubuhnya. Begitu dia menerobos, sebuah gelombang kejut yang kuat menghempaskan segalanya.

Westian menyaksikan Voran mengalami terobosan dan dia tak mengganggunya. Hanya senyuman merekah yang ada di wajahnya. Dia melihat ada perbedaan dari Voran dengan dirinya. Dia pernah melakukan tindakan yang sama, tapi di waktu itu, dia jatuh dan tak sadarkan diri. Oleh sebab itu, dia membiarkannya. Namun, melihat kondisi di depannya, ia merasa jika Voran tak sama dengannya. Dia jauh lebih kuat darinya.

"Sial!! Aku kira dia akan jatuh setelah melakukan terobosan tersebut seperti apa yang terjadi padaku tempo itu. Namun, apa yang aku lihat saat ini benar-benar tidak masuk akal. Sekarang, dia setara denganku. Kau tak akan bisa melakukan hal yang sama setelah ini. Begitu kau menerobos tahap 2-0, untuk menggunakan King's Power dan menyerap ki di medan perang tak lagi sama dan mudah. Haruskah aku bilang ini merupakan kemalangan atau keberuntungan?"

Westian menghentakkan kakinya dan melesat bagaikan angin. Tanah yang ia pijak hancur berkeping-keping. Dia bergegas ke Voran yang baru saja menghempaskan apapun yang ada di sekitarnya. Voran terkejut saat melihat Westian melayang ke arahnya. Dia mengayunkan pedangnya dan ki yang kuat keluar dari bilah pedangnya. Westian telah mengantisipasinya dan dia berputar di udara sambil melepaskan ki yang sama kuatnya.

Setelah itu dia merasa ada sesuatu yang janggal di sekitarnya. Voran melepaskan rasa sakit yang menghentak di dalam tubuhnya dan fokus untuk menatap pria yang melesat ke arahnya. Pada saat itu, sesosok pria yang mengintimidasi dan dipenuhi dengan aura membunuh melesat ke arahnya dengan kecepatan tinggi.

Voran memutar tubuhnya ketika dia melihat sebuah serangan berupa gelombang ki yang mengarah tepat ke arah dirinya, lalu ia melepaskan serangannya. Sebuah cahaya yang menyelimuti tubuhnya segera melesat ke arah Westian dan berubah menjadi naga meski itu dalam bentuk yang semu. " Dragon Fist : Sky Clearing."

Serangannya dimentahkan oleh Westian. Walaupun serangannya berhasil mengenainya, zirah yang dia kenakan mampu menetralisir serangannya. Voran terkesiap saat dia melihat kejadian ini dan tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukan oleh Westian. Jarak mereka tak lagi jauh dan konfrontasi secara langsung mulai terjadi.

Westian menatap Voran untuk beberapa saat. Dia memeriksanya untuk memastikan jika Voran akan jatuh atau tidak. Namun, selang beberapa detik dia menatap dan mengamatinya. Dia tak menemukan sedikitpun perubahan pada Voran. "Ada yang salah dengan dirinya atau aku tidak cukup kuat untuk menahannya? Ini sedikit aneh dan tidak masuk akal, tapi biarlah. Sekarang aku hanya perlu menghabisinya dan perang ini akan berakhir dengan kemenangan di tanganku!"

Westian mengeluarkan ki berwarna merah yang menyelimuti sekujur tubuhnya. Tak berselang lama kemudian, dia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Aura yang menghancurkan bumi tiba-tiba saja muncul dan berpusat pada pedangnya. Dia mengangkatnya, lalu mengayunkannya ke arah Voran. "Sword of The Destroyer."

Tekanan yang begitu ganas mengejutkan Voran. Dia tak menduga bila lawannya akan memiliki kemampuan dan kekuatan setinggi itu. Tanpa pikir panjang dia juga melakukan hal yang sama dengan mengumpulkan ki di tubuhnya dan melepaskannya dalam bentuk serangan. "Fist of The Dragon : Sky Clearing!"

Voran mengerahkan seluruh kekuatannya dalam satu serangan tersebut. Dia tak lagi memiliki kekuatan yang tersisa di dalam dirinya setelah melepaskan serangan tersebut. Dia melakukan tindakan yang cukup berisiko setelah merasakan pihak lain melakukan tindakan serupa. Selain itu, dia juga tak memiliki tenaga tersisa setelah melalui keganasan dari kekuatan King's Power.

Di sisi lain, Westian mengerahkan segalanya dalam serangan tersebut. Dia merasa akan sia-sia bila mengulur-ulur waktu dalam pertarungan ini. Oleh karena itu, dia memilih untuk menyelesaikan semuanya dengan serangan terkuatnya. Meskipun setelah dia melepaskan serangan itu tubuhnya menjadi lemas dan itu terlihat dari caranya memegang pedang yang tak lagi sekuat sebelumnya.

Ledakan Ki yang dahsyat menghancurkan beberapa bangunan di sekitar mereka berdua. Darah memercik dari keduanya. Voran memuntahkan darah dan wajahnya sedikit pucat. Dampak dari turbulensi di dalam tubuhnya mulai muncul kembali dan kali ini bebannya bertambah dengan serangan yang baru saja dia lakukan. Di samping itu, Westian juga tak berada dalam kondisi yang baik. Dia mengerahkan segalanya dalam serangan tersebut hingga darah mengucur dari mulutnya.

Westian berteriak saat tekanan yang menghancurkan menghantam tubuhnya. "Argh … "

Pada saat teriakan itu muncul, Westian terpukul mundur hingga melayang terbang dan menabrak sebuah bangunan hingga membuatnya dindingnya retak. Namun, Voran tak berada dalam kondisi yang baik. Darah keluar dari mulutnya beberapa kali dan dia berlutut sambil memuntahkan darah. Wajahnya semakin pucat dan vena-venanya mulai muncul serta mengalami perubahan warna menjadi hitam pekat.

Ketika hal itu terjadi, sontak saja seluruh prajurit segera membentuk barikade untuk melindungi Voran. Mereka mengangkat perisai dan mengelilingi Voran yang masih berlutut. Para prajurit memiliki wajah yang panik ketika melihat Voran berada dalam kondisi tersebut. Mereka tetap berada di sekeliling Voran tanpa banyak bicara dan melindunginya.

Kegemparan pun terjadi di saat para prajurit melihat Westian terbaring di tanah dengan luka cukup parah dan dipenuhi dengan darah. Mereka bergegas melindunginya dan mencoba untuk membawanya keluar dari Medan pertempuran.