webnovel

Bergabungnya Selek Valaunter

Siapa yang tidak tergiur dengan janji yang Voran berikan. Selek Valaunter memang sedikit tergoda oleh janji yang Voran berikan, hanya saja dia belum bisa menerimanya. Kekalahan yang dia derita sangat melukai harga dirinya dan dia sama sekali tidak mau mengakui kekalahan itu. Namun, dia tahu kekalahan itu juga karena kecerobohannya.

Semua itu terus berputar-putar di benaknya. Selek Valaunter mencoba untuk menerima kekalahan yang sudah menimpanya. Namun, dia tidak ingin semua itu berubah menjadi titik lemahnya. Dia tidak ingin lawannya memegang kelemahannya yang bisa dieksploitasi kapan saja. Oleh karena itu, sikapnya menjadi keras dan sulit untuk diajak kompromi meskipun keluarganya menjadi tawanan musuh.

Setelah merenung cukup lama dan wajahnya menunjukkan ekspresi sengit yang kemudian berubah menjadi tampilan pembunuh lantas menjadi lemah dan tak berdaya. Selek Valaunter mengalami pergolakan batin yang kuat. Auranya berubah-ubah dan menjadi lebih lesu setiap detiknya. Setelah beberapa saat mengalami pergolakan yang kuat, akhirnya ketegasan muncul di mata dan ekspresinya.

Bagaimanapun, dia tidak melihat adanya kerugian bila dia menerima tawaran yang Voran berikan. Posisi Gubernur Wilayah pastilah memiliki kekuatan yang besar dan juga kekuasaan akan berada di tangannya. Selek Valaunter memikirkan semua itu hanya dalam hitungan detik. Meski tubuhnya memburuk, pikirannya menjadi semakin tajam. Dia tahu jika berada di kapal yang sama dengan Voran akan memberikan banyak keuntungan dan sekarang dia sudah memutuskan.

"Apa kau tidak bercanda saat memberikan sebuah posisi tinggi pada lawanmu yang sudah kalah dan lemah ini? Harusnya kau tahu bahaya dan risiko dari tindakan ini, bukan? Aku bisa saja memimpin seluruh wilayah Provinsi Aran dengan baik, tapi juga bersiap untuk menghancurkanmu! Apa kau yakin aku tidak melakukan hal semacam itu?"

Selek Valaunter mengancam Voran terang-terangan. Tidak ada keraguan dalam matanya saat ia mengatakannya. Selek Valaunter benar-benar menunjukkan citra seseorang yang setia pada kerajaannya. Di sisi lain, dia juga memberi perasaan tidak menyenangkan. Siapapun yang melihat ekspresi dan sikapnya pasti akan jengkel dan terancam. Namun, Voran tidak bergeming dan dia menatap Selek Valaunter lebih dalam lagi dan tatapan matanya penuh dengan penghargaan.

Voran tidak mengira dia akan mendengar hal semacam itu dari Selek Valaunter. Dari perkataannya yang mengandung ancaman, dia bisa melihat sebuah harapan yang cukup besar dari matanya. Voran tidak tahu apakah ini merupakan ujian dari Selek Valaunter atau memang sikap pria itu seperti ini. Setelah bertemu dan berbicara dengannya beberapa kali, Voran merasa bila Selek Valaunter mirip dengan Grim Larsson yang menakutkan serta penuh dengan akal.

"Berkhianat? Aku tidak takut akan hal itu, Valaunter. Semuanya jelas. Jika kau berkhianat maka kau mengkhianati kepercayaanku serta rakyatku dan kau akan membuat penduduk Provinsi Aran menjadi sengsara. Kau tidak bodoh Valaunter dan kau tahu antara berkhianat atau setia lebih menguntungkan setia. Aku mempercayaimu dan mengharapkanmu untuk mengabdi padaku dan kerajaanku. Raja, rakyat, dan kerajaan membutuhkan kesetiaanmu. Apa kau akan tetap berada di sini dan membusuk di sini daripada menghantarkan kemakmuran ke kerajaan?"

Voran terdengar begitu meyakinkan dan serius saat mengatakannya. Dia tidak menunjukkan sisi yang lemah saat bertemu dengan Selek Valaunter. Dia tahu betul kelemahan hanya akan membuat sikap Selek Valaunter menjadi lebih keras dan hal ini tidak bisa dia tolerir. Semakin lama dia mencairkan kerasnya es di benak Selek Valaunter maka semakin sulit juga situasi yang ada di kerajaannya. Voran menatap Selek Valaunter lebih sengit lagi setelah berbicara panjang lebar.

Setelah menunggu beberapa saat, tatapan mata Selek Valaunter mengendur dan ketegasan tertentu mulai terlihat dari matanya. Dia mengatakan beberapa hal dengan suara dalam yang tenang, "Baiklah, aku akan mengikutimu dan bersumpah setia padamu serta Kerajaan Salauster. Namun, aku harap kau tahu ini. Jika kau membuat rakyat biasa sengsara maka di saat itu pula aku akan melanggar sumpahku dan membuat Kerajaanmu lebih menderita! Kau harus mengingat hal itu baik-baik, Tuanku!"

Walaupun dia menerimanya, tetap saja masih ada beberapa hal yang menjadi garis bawahnya. Selama tidak melewati garis batas bawahnya, dia akan tetap setia. Disamping itu, Selek Valaunter juga memikirkan kondisi rakyat dimana mereka pasti menunggu sebuah kepastian, terutama penduduk Provinsi Aran.

"Baguslah kau menerimanya, Valaunter. Tenang saja, aku tidak akan membuat rakyat sengsara. Hanya saja situasi kerajaan saat ini sedang menghadapi masalh genting. Kau tahu Kerajaan Edarecia? Ah … harusnya aku tidak perlu menanyakan itu, kau pasti sudah tahu. Mereka menunjukkan sikap untuk menyerang setelah mengetahui perang di sisi ini sudah selesai. Artinya, perang lain akan muncul dalam waktu dekat. Kuharap kau bisa menenangkan penduduk Provinsi Aran!"

Voran tidak menyembunyikan masalah ini dari Selek Valaunter. Dia ingin tahu reaksi macam apa yang akan diberikan oleh Selek Valaunter setelah mendengar masalah ini. Mungkin terdengar agak sembrono mengatakan sebuah masalah kerajaan pada lawan yang baru saja menyerah. Hanya saja, Voran memiliki prasangka tersendiri pada Selek valaunter. Dia menghormati dan menghargai seseorang seperti Selek Valaunter dan dia tahu bila saja ini sedikit sulit untuk melakukannya.

"Oho … aku tidak mengira situasimu akan seburuk ini. Kerajaan Edarecia, kemampuan mereka untuk menaklukkan sebuah kerajaan tidaklah kecil. Hanya saja mereka tidak bisa bergerak bebas, ada masalah di sekitarnya yang menahan mereka. Entah apa mereka sudah menyelesaikannya, tapi ketika mereka mengambil keputusan untuk menyerang. Huft … aku yakin mereka akan mengirim pasukan elit mereka termasuk orang-orang itu!' seru Selek Valaunter dengan suara yang agak dingin tapi penuh dengan nostalgia.