webnovel

Hancur

Di sebuah ruang yang berada di dimensi berbeda, Tina dengan rasa ingin tahu melihat sekelilingnya. Dia terkejut menemukan dirinya berada di tempat berbeda, meski dia pernah mendengar bahwa orang akan di bawa ke ruang tertentu ketika dia melakukan kontrak tapi Tina masih tidak percaya itu benar-benar terjadi.

Saat ini dia sedang berdiri di platform bundar, memandang sekelilingnya dengan rasa ingin tahu, melihat orang-orang berpakaian aneh yang duduk melingkari platform yang dia pijaki. Orang-orang itu terlihat seperti dirinya, namun dia merasa ada yang berbeda dari mereka, seolah dia dan mereka tidak sama meskipun terlihat sama.

Dengan rasa ingin tahu, Tina bertanya. "Apakah kalian yang akan membuat kontrak denganku?"

"Bibit yang bagus."

"Tempat itu memang selalu membuat kita terkejut."

"Kamu benar, meski dia dari tempat terpencil namun bakatnya bisa dikatakan setara tempat itu."

"Kita juga beruntung meski dipindahkan ke tempat terpencil ini tapi masih menemukan bakat ini."

"Mereka memonopoli semuanya hanya karena kelas mereka lebih tinggi dari kita."

"Namun apa yang bisa kita lakukan, perbedaan kekuatan kita terlalu banyak."

"Kita hanya harus menunggu sedikit lebih lama dan saat itu..."

"Hei! Dengarkan aku, nona ini sedang berbicara!" Tina dengan jengkel menatap mereka, ternyata orang-orang ini tidak memiliki kesopanan sedikitpun.

Seketika orang-orang di sekelilingnya menatapnya menghentikan obrolan mereka, melihatnya dengan aneh. Baru kali ini mereka melihat kebenaran kecil yang berani berteriak kepada mereka setelah ratusan tahun.

Di tatap oleh mereka, bukannya ketakutan dia malah mendengus kecil dan menatap balik. Tidak ada tanda ketakutan sama sekali di matanya, yang ada hanya kekeras kepalaan murni seorang anak kecil.

"Luar biasa. Siapa yang akan membuat kontrak dengannya."

"Kuotaku masih belum terpenuhi, kalian bisa memberikannya padaku."

"Apakah ada yang menolak?"

"Tidak."

"Tidak."

"Berikan padanya."

"Baiklah, ini untukmu."

Salah satu dari mereka mengangguk puas, dia menatap Tina dan berbicara dengan suara menggelegar. "Gadis, yang ini akan membuat kontrak denganmu. Bersiaplah."

"Hmph, tidak mau. Mengapa aku harus membuat kontrak denganmu." Tina dengan marah menggelengkan kepalanya.

"Hahaha. Gadis, itu bukan terserah kamu untuk memutuskannya." Orang itu tertawa mendengar penolakannya, tanpa memberinya kesempatan sebuah rantai tiba-tiba menjulur keluar dari platform di bawah Tina.

Rantai itu seolah berbatasan antara materi dan energi, itu berubah-ubah antara nyata dan ilusi, seolah keberadaannya ada di antara dua wujud. Seperti ular, rantai itu melilit Tina, mulai dari kakinya kemudian berlanjut hingga kepalanya tampak seperti sedang menyantap mangsanya.

"Tidak. Aku tidak mau, aku menolak membuat kontrak denganmu. Singkirkan benda ini dariku." Merasakan rantai secara bertahap melilit dan menutupi tubuhnya, Tina tiba-tiba menggeliat ketakutan. "Kakak tolong aku!"

"Hahahaha. Gadis, tidak ada yang bisa menolak kontrak bahkan kakakmu."

Orang-orang itu atau mungkin lebih tepatnya keberadaan itu terlihat lebih tertarik dari biasanya. Mereka melihatnya meronta-ronta dengan penuh minat, merasakan tontonan ini sangat menarik.

Kebanyakan manusia yang datang ke tempat ini terlihat takut atau memuja, setidaknya setiap dari mereka selalu berusaha membuat kontrak dengan mereka tidak seperti makhluk kecil ini yang berusaha keras untuk menolaknya.

Namun, tidak mungkin dia bisa menolak kontrak karena ketika mereka datang ke tempat ini, secara tidak sadar mereka telah melakukan kontrak dengan mereka, jadi ini adalah hal yang mustahil untuk dilakukan.

"Tidaaaak. Kakaaaaak!"

Secercah cahaya kecil tiba-tiba berkedip-kedip disekitar leher Tina. Cahaya itu mulanya hanya gemerlap samar namun cahaya itu kemudian bersinar intens seolah mentari di pagi hari, sebelum pada akhirnya tiba-tiba menghilang. Tidak ada satupun dari keberadaan itu yang melihatnya, mereka tidak merasakannya, tidak ada yang tahu keanehan terjadi pada tubuh Tina.

Sementara itu, jauh di atas dimensi itu, di sebuah tempat yang sangat berbeda dari dunia fana. Tempat yang sangat indah lebih dari surga itu sendiri, tempat yang seolah ilusi juga tampak tidak nyata. Di titik tertinggi alam itu, dua belas keberadaan duduk di singgasana megah di istana tertinggi.

"Bagaimana dengan dunia itu, apakah perlawanannya telah padam."

"Belum tapi hampir."

"Mereka benar-benar merepotkan."

"Untungnya semuanya sudah berada di bawah kendali kita."

"Kita harus cepat. Mereka sudah tidak sabar lagi."

"Bagaimana dengan dunia itu?"

"Hampir, sebentar lagi kita bisa menyusup."

"Mereka benar-benar idot."

"Tapi idiot itu bisa bertahan selama ini."

"Hanya tinggal beberapa dunia lagi....."

Di sudut ruang itu, sepasang mata dengan tenang menatap mereka semua, menyaksikan segalanya berlangsung. Namun tidak ada satupun dari mereka yang menyadari keberadaannya, segalanya hanya berlangsung sesaat sebelum mata itu menghilang, tidak ada jejak yang tertinggal seolah mata itu tidak pernah ada.

Kembali ke dimensi itu, Tina saat ini telah sepenuhnya terlilit, tubuhnya tertutup oleh rantai kontrak. Namun, ketika semua keberadaan itu masih menikmati pertunjukan, rantai kontrak tiba-tiba terurai menjadi bintik-bintik cahaya kecil yang beterbangan di sekelilingnya.

"Huh?" Terbebas dari lilitan, Tina dengan bingung melihat cahaya kecil seperti bintang yang beterbangan di sekelilingnya.

"Tujuh, apa yang kamu lakukan? Jangan bermain-main."

Semua keberadaan itu mengerut kening menatap Tujuh, yang termuda dari mereka sekaligus yang membuat kontrak dengan Tina. Mereka mengira itu adalah perbuatannya karena dia ingin mempermainkan makhluk kecil ini.

"Ini bukan aku." Tujuh dengan bingung melihat mereka, dia tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Ketika dia ingin menjelaskan..

"Aaaaaa...! Apa yang terjadi!!" Tiba-tiba, sebuah kekuatan dengan kuat mencoba menarik Tujuh ke bawah, berusaha melarutkan tubuhnya merubahnya ke keadaan awal.

"Tujuh hentikan permainanmu."

"Cepat hentikan dan mulailah kontraknya."

"Cukup. Hentikan ini."

"Tolooo.. aaaaaaa." Berteriak minta tolong, tubuh Tujuh secara tak terduga ditarik menuju platform bundar. Dengan setiap tarikan, tubuh Tujuh secara perlahan mulai pudar, dan ketika dia tiba di platform hanya tersisa energi murni yang telah menggantikannya.

Saat ini, di atas platform bukan Tujuh lagi yang mereka lihat namun energi murni yang sedang berputar-putar mengelilingi makhluk kecil itu, Tina. Melihat peristiwa itu bermain, salah satu dari mereka segera bertindak namun saat dia akan bergerak tiba-tiba....

"Sialan."

"Apa yang terjadi."

"Tubuhku, apa terjadi pada tubuhku."

"Cepat putuskan koneksinya."

Tanpa penundaan, mereka dengan keras berusaha memutus koneksi mereka dengan dunia, namun tak peduli seberapa keras mereka mencoba koneksinya tidak pernah terputus. Dan seketika, sebuah pusaran kekuatan tiba-tiba muncul dan mulai menarik mereka dengan cepat, setiap dari mereka ditarik oleh pusaran, terurai dan melebur dengan cepat.

Peristiwa ini tidak hanya terjadi di ruang tempat Tina berada. Di berbagai ruang, setiap keberadaan yang mencoba membuat kontrak dengan manusia mulai terurai dan melebur menjadi energi murni, tidak satupun dari mereka lolos dari nasib ini.

Di berbagai ruang, setiap anak gemetar ketakutan melihat perubahan yang terjadi, mereka tidak bisa untuk tidak ngeri melihat pemandangan menakutkan di depan mereka. Tidak seperti Tina yang di kelilingi energi murni, setiap anak hanya bisa melihat energi itu menghilang di bawah platform tempat mereka berdiri, tanpa tahu apakah mereka akan selamat atau tidak.

Ketika mereka masih mencari tahu masa depan apa yang menunggu mereka, sebuah suara muda dan ceroboh terdengar di telinga mereka.

"Bocah, kalian harus merasa terhormat, tuan muda ini akan meninggalkan sisa energi ini untukmu. Jika kalian pintar, kalian tahu apa yang harus dilakukan."

"Kalau tidak, bukan aku yang akan memburumu tapi sekumpulan kakek tua sekarat yang mencoba mengambil barang di depanmu."

"Jangan mengecewakanku, tuan muda ini akan menemukanmu suatu hari nanti. Nikmatilah suguhanku, itu akan bertahan sampai alam kelima, sampai jumpa."

Mendengar setiap katanya, setiap dari mereka dengan ragu melihat sekumpulan cahaya lembut di depan mereka, meragukan kata-katanya. Meskipun demikian, mereka tidak berani mempertanyakan pemilik suara ini.

Namun, ketika mereka mendengar kata 'alam kelima' setiap dari mereka memiliki ekspresi gembira, itu adalah alam legendaris hanya para pemimpin dunia yang telah memasuki alam itu. Meskipun begitu tidak setiap dari mereka percaya, beberapa memiliki ekspresi berbeda takut, khawatir, skeptis, sementara mereka yang gembira tidak menolaknya sedikitpun dan segera mencoba menyerap energi di depan mereka.

"Oh! Aku lupa memberitahumu, tubuhmu di dunia tidak akan bisa bertahan lama, kamu hanya memiliki lima menit tersisa, setelah itu tubuhmu akan hancur. Hahahaha... selamat berjuang."

Mendengar itu setiap anak yang masih ragu hanya bisa mengutuk dan menggertakkan gigi, mulai menyerap energi di depan mereka.