webnovel

MAFIA x Love Phobia

Sinopsis : Bagaimana rasanya menjadi orang yang selalu dipermainkan sampai kau tak memiliki perasaan?. Eva tertipu dan menjadi korban human trafficking bersama puluhan korban lainnya yang terus bertambah. Mereka semua ditampung di sebuah tempat seperti para budak sebelum akhirnya dijual ke berbagai negara melewati jalur 'bawah' untuk dijadikan alat pemuas nafsu, pelayan, dan lain sebagainya. Saat itulah dirinya bertemu dengan Ald Wyn di saat ada banyak orang yang berusaha kabur dari tempat penampungan namun Eva justru hanya diam dan duduk manis tanpa mengeluh atau mencoba kabur. Ald, semua orang bawah mengenalnya, segan padanya dan menghormatinya sebagai ketua mafia yang bijak dan dingin. Namun, tak ada yang tau tentang sang ketua pemilik fobia cinta itu. Ald tertarik pada Eva dan mendatanginya sebagai seorang pangeran penyelamat. Tujuannya hanya satu, yaitu menjadikan Eva mainan barunya. Untuk Ald yang harus melampiaskan rasa takut dan kecewanya dengan membuat orang lain merasakan hal yang sama dengannya. Tentu saja setelah ia menguasai hati Eva ia akan membuangnya untuk melihat raut wajah yang terkhianati karena hal itu menjadi kebahagiaan sendiri bagi Ald. "Kau tak lebih hanya mainan untukku" Satu hal yang tidak Ald ketahui jika Eva telah menyadari perasaan palsu Ald sejak awal karena dirinya sudah terlalu sering dipermainkan. "Aku akan bersedia menjadi bonekamu dan bermain peran dalam panggung dramamu, asal kau seorang sutradara yang mahir"

YuuSa · perkotaan
Peringkat tidak cukup
6 Chs

5. Temani aku tidur

Ald Wyn menyerengit heran. Ia tak permah dihadapkan dengan kondisi seperti sekarang. Tak ada satupun dari bonekanya yang pernah melakukan apa yang dilakukan Eva. Ald mendadak linglung. Ada perasaan aneh yang berkecambuk dalam dirinya. Ia merasakan euforia yang aneh dan baru sehingga ia terdorong untuk bergerak tanpa memikirkan apapun.

"Kau tidak bisa tidur sendiri, hm?" Bisik Ald. Ia menatap Eva dan menariknya kedalam kamar.

"Jadi. Kau mau aku menemanimu tidur begitu?" Ucapnya lagi. Ald memeluk pinggang ramping Eva. Ia merasakan ada hasrat yang harus dilepaskan. Sesuatu yang lapar dalam dirinya terus merengek memintanya untuk memakan sesuatu. Ia ingin menggerogoti sosok wanita cantik di hadapannya perlahan-lahan seperti rayap. Ia ingin membuat Eva yang terlihat sok kuat itu menjadi rapuh lalu hancur dalam genggamannya.

Sebenarnya, Eva pun tak mengerti dengan yang ia katakan sebelumnya. Apakah ia ingin Ald menemaninya tidur?. Ia hanya mengatakan kata yang berlawanan dengan yang Ald katakan sebelumnya.

Ald mengatakan agar Eva tidur sendiri, jadi Eva berusaha melawan dengan mengatakan jika ia tak ingin tidur sendiri. Tapi ia tak pernah tau jika artinya akan menjadi "apa kau ingin aku menemanimu tidur?". Eva tidak tau jawabannya.

"Kenapa kau sekarang diam. Kau yang memintanya bukan?. Kau takut tidur sendirian?, atau kau takut dengan suara petir di luar?" Bisik Ald. Mereka berdua kembali ke mansion bersamaan dengan hujan lebat yang mulai turun di malam yang semakin gelap dan dingin hari itu. Eva tau perasaan ketika ia meringkuk kedinginan dalam kos-nya atau ketika ia tak bisa tidur karena ada bocor dimana-mana. Namun saat ini ia tengah berada di dalam dekapan Ald yang hangat, ditambah mereka tidur di atas kasur besar yang nyaman dan empuk, juga ruangan kamar yang sama sekali tak memiliki celah untuk dikhawatirkan ada setetes air yang mengalir.

Suara hujan di luar seperti Lullaby yang membuat kedua mata Eva semakin berat. Eva tak pernah merasakan perasaan nyaman seperti ini. Padahal ia tengah dipeluk seorang kriminal. Namun ia tak pernah menyangka jika pelukan dari seorang kriminal bisa begitu hangat dan membuatnya nyaman. Eva juga tak pernah menghirup aroma dari tubuh pria yang memakai parfum mahal itu. Ia sangat menikmati pelukan Ald yang rasanya akan membuatnya mabuk. Padahal Eva tak pernah merasakan sensasi itu ketika ia bersama dengan kekasihnya dulu. Ralat. Mantan kekasihnya yang hanya memanfaatkannya. Yang satu hanya menggunakan Eva sebagai Bank cadangan dan yang satunya lagi hanya menggunakan Eva sebagai rumah pelarian sementaranya. Sejak saat itu, Eva muak dengan kata cinta dan tidak mengerti maksud dari cinta yang sebenarnya. Ia bahkan tak ingin jatuh cinta lagi karena yang ia rasakan selama ini hanyalah perasaan jatuh tanpa ada cinta didalamnya. Ia hanya menyakiti dirinya dengan kata cinta yang palsu.

"Apa kau sudah tidur?" Suara berat dan dalam itu menganggu pendengaran Eva yang baru saja ingin terlelap. Ia bahkan rela mati sekarang dalam keadaan mabuk seperti ini. Tapi sayang sekali, Ald tidak membiarkannya untuk mati dan justru mengganggu tidurnya.

"Mh" Eva hanya melengung untuk menjawabnya. Ia kesal karena acara mabuknya terganggu. Benar-benar!. Kenapa pria ini tak bisa diam ketika aku ingin menikmati segala hal yang belum pernah ku rasakan ini?!.

Tak seperti Eva yang mabuk. Ald justru merasakan sebaliknya. Ia tiba-tiba menjadi manusia waras yang dapat berfikir jernih setelah begitu banyak hal gila yang ia lakukan. Hal terakhir adalah bermain dengan para kelinci yang kabur. Setelah itu ia bertemu Eva dan hanya dalam beberapa jam saja, Eva membuatnya melepaskan topengnya. Ald merasa silau ketika ia melihat cahaya yang tiba-tiba menembus kelopak matanya. Kehadiran Eva seperti embun yang menyegarkannya namun juga membuatnya selalu haus karena ia hanya mendapatkan setetes embun itu. Ia bahkan tak ingat kapan ia bisa tidur dengan wanita dengan tenang tanpa melecehinya terlebih dahulu dengan menidurinya secara kasar. Dan Eva menjadi wanita yang berhasil membuat seorang Ald Wyn tidur dengannya tanpa harus melakukan ritual ranjang seperti itu terlebih dahulu. Dan pada akhirnya, Ald merasakan kenyamanan dan kehangatan yang menyelimutinya juga sehingga ia pun tertidur dalam keadaan warasnya ketika diluar hujan badai tengah mengamuk. 

Waktu berlalu dengan cepat sehingga malam mabuk Eva terasa begitu singkat. Begitu juga untuk Ald. Ia tidak tau sampai kapan kewarasannya akan bertahan. Begitu membuka matanya dan melihat sosok Eva yang masih tidur dalam pelukannya, Ald tiba-tiba merasa dirinya tengah bermimpi indah padahal selama ini ia selalu kesulitan tidur. Ia hampir tak pernah tidur di malam hari jika tidak melakukan beberapa kebiasaannya dulu. Ald Wyn tidak akan bisa tidur di malam hari jika dia belum bermain dengan senapan-senapannya. Berburu selalu membuatnya tenang. Membunuh selalu membuatnya merasa lega sehingga ia baru dapat tidur setelah berburu dan membunuh para buruannya.

"Apa ini sudah pagi?" Batinnya dan ia segera mendapatkan jawaban ketika seorang pelayan mengetuk pintu kamar yang tak terkunci itu. Tak akan ada yang berani masuk meskipun pintu itu tak terkunci karena semua orang di mansion itu menghormati dan segan pada sosok sang serigala iblis itu.

"Selamat pagi, Tuan Wyn. Sarapan anda sudah siap. Apakah anda ingin makan di kamar?" Tanya sang pelayan dengan sangat sopan namun nada suaranya tegas.

"Siapkan saja di meja"

"Untuk dua orang" tambahnya lagi sebelum akhirnya sang pelayan pergi.

"Baik, Tuan"

Untuk sesaat, Ald memandang wajah Eva. Dia tak pernah melihat wajah penuh kedamaian seperti itu sebelumnya. Eva benar-benar tertidur dengan nyenyak. Padahal boneka-boneka sebelumnya selalu tidur dengan wajah penuh ketakutan ataupun bekas air mata yang masih tersisa. Tapi Eva berbeda. Eva tak takut sedikitpun pada serigala yang mungkin akan memangsanya.

Ald memainkan rambut panjang Eva yang berwarna coklat muda itu. Ia menghirup aroma manis vanila dan segar buah peach darinya. Setelah itu ia membela wajah Eva yang tertidur bak bayi.

"Sudah pagi. Sampai kapan kau akan tidur?" Bisik Ald di telingan Eva sehingga yang empunya telinga itu terganggu. Eva kemudian membuka matanya perlahan dan sadar jika ia belum berada di surga. Ia berada di kerajaan serigala iblis yang indah. Tapi yang paling penting dari itu adalah ia bangun dengan melihat sosok Ald di hadapannya. Untuk sesaat, Eva merasa pangeran itu hanya ada di mimpinya, tapi ia sadar jika sang pangeran benar-benar nyata dan Eva terkejut dengan kenyataan yang bagaikan ilusi itu.

Eva terperanjat seperti orang bodoh dan linglung. Otaknya baru saja hidup setelah semalaman mati karena ia terlena dalam mabuknya.

"Bagus. Kau harus bangun di pagi hari atau kau tidak akan mendapatkan sarapan ..." ucap Ald. Nampaknya kewarasannya pun kembali sedikit tersisih ketika ia melihat Eva bangun dengan wajah terkejutnya. Padahal mereka tak meminum apapun yang membuat keduanya mabuk, tapi mereka bangun pagi seperti baru saja meminum banyak vodka.

Meski rasanya Ald kembali lagi seperti semula, namun ia masih dapat merasakan setetes embun yang membasahi dahaganya sehingga ia tak melakukan apapun pada Eva. Ia membiarkan gadis itu sementara ia keluar dari kamar untuk sarapan.

"Nona. Silahkan turun untuk sarapan bersama tuan Wyn" ucap pelayan yang masuk setelah Ald keluar dari kamarnya beberapa menit yang lalu.

"Sa-sarapan?" Gumam Eva. Kata-kata itu masih terdengar asing untuknya yang selama ini sangat jarang makan pagi. Biasanya ia hanya makan di malam hari. Mie instan satu porsi untuk satu hari untuk menghemat pengeluarannya. Ia tak menyangka akan dapat makan dua kali setelah semalam makan hidangan yang mewah dan pagi ini akan sarapan hidangan enak lagi.

Setelah sampai di meja makan. Ald nampak sedikit berwajah kesal sembari memainkan pisau dan garpu di tangannya.

"Akhirnya kau turun juga. Kenapa lama sekali?" Ucap Ald pada Eva yang hanya terlambat lima menit bagi Ald. Meski begitu, lima menit adalah waktu dan waktu adalah uang. Semua orang tau itu.

"Maaf tuan Wyn. Nona ini tadi memiliki masalah dengan pencernaannya, jadi dia harus ke kamar mandi" jelas pelayan yang mengantar Eva dengan jujur.

Ald menyerengitkan dahinya lagi "duduk" perintahnya pada Eva. Setelah Eva duduk menuruti perintahnya, Ald kembali berbicara.

"Ada apa dengan perutmu?. Kita bahkan tidak melakukan apapun semalam. Atau mungkin kau sedang hamil?" Ucap Ald dengan tatapan menyelidik. Ia sedikit curiga jika Eva sebenarnya adalah seorang wanita yang tengah hamil muda ketika diculik. Wajahnya pun pucat ketika berada di penthouse-nya kemarin. Jika benar begitu, maka tidaklah aneh kenapa Eva tak ikut melarikan diri dengan para kelinci yang lainnya kemarin.

"Ti-tidak. Aku ... aku hanya masuk angin, Tuan" jawab Eva asal dan mungkin juga benar. Ia sebenarnya hanya merasakan mual ketika kemarin ia memakan banyak hidangan setelah sekian lama perutnya tak diisi. Pencernaannya terkejut mendapati daging-daging mewah itu masuk, padahal selama ini mereka hanya mengelola mie yang terbuat dari tepung. Tapi Eva tak mingkin mengatakan hal itu pada Ald. Akan sangat tidak sopan jika ia mengatakan jika dirinya sakit perut dan merasa mual setelah memakan makanan mewah.

Ald menatap Eva sebelum akhirnya ia memerintahkan Eva untuk memakan sarapannya juga bersama dengannya.

Eva memandang sarapan di hadapannya. Ia merasa makanan itu memang lezat, tapi dirinya masih merasa mual dan enggan memakannya. Tapi dengan terpaksa, Eva harus membuat pencernaannya terkejut lagi. Eva baru saja memakan satu suap dan dirinya sudah ingin mengeluarkannya lagi.

Hoek!.

Eva pun memuntahkan sarapan pertamanya di depan Ald yang sudah berhenti makan sejak ia melihat Eva mulai menyentuh sendoknya. Ia tau jika perempuan di depannya itu tengah berbohong sejak tadi. Jadi ia menunggu agar Eva menunjukan kebohongannya sendiri.

Untuk sesaat, Ald melihat ponselnya dan membaca sebuah laporan yang memuat seluruh data korbannya, termasuk Eva. Ia juga tau tentang kehidupan perempuan itu yang sangat menyedihkan.

"Harusnya kau tidak memakan daging-daging itu kemarin malam" ucap Ald. Ia bangkit dan menghampiri Eva. Ia lalu memandang Eva dengan tatapan tajam.

"Aku benci orang yang berbohong. Apa kau tau itu?" Bisik Ald pada Eva.