webnovel

Rumah Claude

Tak lama kemudian datanglah seorang laki-laki yang membawakan sebuah kotak P3K. Dia adalah Claude, sang pemilik rumah.

Meski Claude juga vegetarian baru, namun kemampuannya untuk menahan diri dari darah manusia jauh lebih baik dari Nicholas.

Bahkan Claude sudah hampir tidak minat dengan darah manusia. Berbeda dengan Jack yang masih sama seperti dengan Nicholas.

Oleh karena itu meski rumah Jack jaraknya jauh lebih dekat dengan lokasi kejadian tadi, Nicholas lebih memilih ke rumah Claude sebab Claude memiliki pertahanan yang lebih baik.

Tiffany baru ingat jika ia pernah melihat Claude sebelumnya saat di kantin sekolah. Jadi Tiffany rasa, Claude adalah teman satu sekolahnya.

'Apakah teman Nicholas yang satunya juga bersekolah di sekolahan kita? Mereka bertiga nampak seperti konglomerat,' batin Tiffany yang merasa jika mereka bertiga orang kaya.

Nicholas yang melihat Claude menghampirinya sudah sangat tidak sabaran karena jalan Claude yang sangat lamban.

"Cepat berikan padaku!" suruh Nicholas yang mendesak Claude.

"Iya, dasar bawel! Sekhawatir itukah kau pada gadis ini?" jawab Claude yang sengaja menggoda Nicholas.

Claude menyerahkan kotak P3K itu pada Nicholas. "Dasar berisik!" ujar Nicholas dengan ketus lalu memberikan pertolongan pertama pada Ulrica.

Tiffany yang melihatnya hanya bisa diam karena ia benar-benar tidak tahu harus berkata apa.

'Jangan sampai Ulrica menjadi kekasihnya! Tampan, sih, tetapi tidak sopan dan semena-mena,' batin Tiffany yang memberi penilaian buruk pada Nicholas.

Tiffany juga heran kenapa Claude hanya diam saja dan hanya menurut akan apa yang Nicholas katakan.

'Apakah Nicholas selalu seperti ini padanya? Nampaknya dia sudah terbiasa dan menghadapinya dengan tenang,' batin Tiffany yang mengamati Nicholas dengan Claude.

Nicholas mengobati luka Ulrica dengan berhati-hati dan penuh kesabaran. Ini memang kali pertamanya mengobati orang yang terluka.

Namun Nicholas sudah nampak mahir karena Nicholas sudah mempelajari hal ini untuk jaga-jaga jika ada yang terluka dan membutuhkan pertolongan.

Tentu Nicholas tidak berbuat untuk menolong orang yang tidak penting. Nicholas awalnya mengira jika ia hanya akan melakukan itu pada sosok yang ia cari.

Namun Nicholas tidak menyangka jika ia akan melakukan hal ini pada gadis yang tidak berguna untuknya yang hanya teman satu kelasnya saja.

'Kenapa aku begitu khawatir padanya? Padahal satu hari belum berlalu dan aku merasa seperti terikat dengannya,' batin Nicholas yang juga heran.

Ulrica yang pingsan merintih dan terasa sakit di bagian jidat dan seluruh tubuhnya. Perlahan ia membuka matanya dan pandangannya masih samar.

Saat Ulrica sudah bisa melihat dengan jelas, betapa terkejutnya ia melihat sosok laki-laki yang ia anggap menyebalkan.

"Kamu?!" Ulrica langsung bangkit dan mundur. "Argh! Sakit!"

Ulrica merintih karena rasa tubuhnya yang tidak karuan, Ulrica hanya bisa bergeser sedikit lalu tangan kanannya memegangi jidatnya yang terasa perih.

'Ada apa denganku? Kenapa tubuhku sakit semua? Apa yang sedang terjadi?' batin Ulrica bertanya-tanya.

"Ulrica, tenang, Nicholas sedang membantu mengobati lukamu! Kamu terluka, jadi berbaringlah lagi, ya?" bujuk Tiffany yang ingin Ulrica tetap tenang dan terobati agar lukanya tidak bertambah parah.

Ulrica lupa dengan apa yang menimpa dirinya sebelumnya. Namun setelah mendengar apa yang Tiffany katakan barulah ia mengingatnya.

'Ah, benar, aku terluka karena dua orang gila itu!' batin Ulrica.

Ulrica pun penasaran dengan apa yang terjadi pada ketiga pria gila tadi. Jadi Ulrica bertanya pada Tiffany.

"Lalu di mana ketiga pria itu? Apa yang terjadi pada mereka?" tanya Ulrica yang menatap Tiffany.

"Tadi Nicholas yang mengatasinya. Aku juga tidak tahu apa yang terjadi pada mereka karena aku terlalu mengkhawatirkan dirimu. Jadi kami bergegas membawamu ke sini untuk segera diobati! Kalau tidak ada Nicholas, entah apa yang akan terjadi padamu," jawab Tiffany panjang dan lebar menceritakan kejadian yang telah berlalu.

"Oh," jawab Ulrica yang nampak mengabaikan dan tak mau berterima kasih pada Nicholas.

Claude nampak memandang Ulrica dengan wajah datar. Sementara Nicholas nampak marah pada Ulrica.

Tetapi Ulrica teringat akan kejadian di sekolah sehingga Ulrica merasa jika dirinyalah yang harusnya marah dan kesal.

"Hei! Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Ulrica yang kesal.

"Bisakah kau tidak banyak bergerak? Tinggal berbaring, aku obati, sudah, beres!" Nicholas memaksa tubuh Ulrica agar berbaring. "Nah, begini!"

Kali ini Ulrica hanya bisa pasrah menerima penanganan dari Nicholas karena ia memang memerlukan pengobatan agar lukanya tidak bertambah parah.

Karena Ulrica sudah sadar, Tiffany kembali menyalahkan dirinya karena keadaan Ulrica yang saat ini begitu menyedihkan demi melindungi dirinya dari para pria tadi.

"Ulrica, maafkan aku! Kalau saja aku tidak mengajak kamu keluar kamu pasti tidak akan terluka seperti ini! Aku menyesal karena telah memberikan masalah yang besar pada dirimu! Tetapi aku mohon jangan jauhi aku! Setelah sekian lama aku tidak memiliki teman hingga akhirnya kamu datang, tetapi aku malah memberimu masalah besar! Aku mohon jangan jauhi aku."

Tiffany berbicara panjang dan lebar dengan menangis tersedu-sedu karena rasa bersalahnya.

Nicholas dan Claude hanya menatap Tiffany dengan wajah datar mereka. Sementara Ulrica hanya menghela nafasnya.

Ulrica tidak menyalahkan Tiffany atas kejadian yang menimpa dirinya karena Ulrica menganggap kejadian ini terjadi karena mungkin sudah jalannya.

"Sudahlah, siapa yang menyalahkanmu? Ini sudah terjadi dan ini bukan kesalahanmu, oke? Berhentilah menangis atau aku tidak akan mau berteman dengan dirimu!" ancam Ulrica yang tidak ingin melihat Tiffany menangis dan menyalahkan dirinya sendiri.

Tiffany menganggukkan kepalanya dan langsung terdiam menahan tangisannya. Tiffany tidak mau kehilangan teman karena Ulrica adalah teman pertamanya.

Setelah melihat Tiffany diam, Ulrica meminta Nicholas untuk melanjutkan mengobati lukanya.

"Cepat, selesaikan! Aku harus segera pergi!" suruh Ulrica yang berlagak seperti bos besar.

Nicholas mengernyitkan dahinya melihat tingkah laku perempuan yang ia tolong itu. Hanya dia yang berani memerintah dirinya seperti itu.

Claude menahan tawanya karena ini pertama kalinya Claude melihat seseorang yang memerintah Nicholas.

"Hei! Siapa yang mwmbweimu keberanian untuk memerintah aku? Berani-beraninya menyuruhku!" tegur Nicholas yang kesal karena menganggap Ulrica ngelunjak.

Tentu saja Ulrica tidak tinggal diam karena dari awal Nicholas sendiri yang bersedia mengobati luka Ulrica. Jadi Ulrica hanya meminta Nicholas untuk menyelesaikan apa yang ia lakukan.

"Jika tidak ingin mengobati aku sampai selesai, jadi lebih baik tidak perlu membantu aku mengobati lukaku!" Ulrica memarahi Nicholas lalu duduk.

Ulrica langsung merebut obat dan kapas yang ada di tangan Nicholas. Ulrica pun mengobati lukanya sendiri.

"Dasar! Apa-apa kok cuma setengah-setengah!" Ulrica mengobati lukanya sambil menyindir Nicholas.

Lama-lama Nicholas kesal karena Ulrica membuatnya emosi. Jadi Nicholas pun memberi Ulrica pelajaran.

TBC...